1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

SBY Unggul dalam Jajak Pendapat

Zaki Amrullah11 Maret 2009

Susilo Bambang Yudhoyono bisa bernafas lega. Ditengah ancaman pecah kongsi dengan Jusuf Kalla, popularitasnya sebagai Calon Presiden masih tetap menjulang.

https://p.dw.com/p/H9no
Presiden Susilo Bambang YudhoyonoFoto: AP

Hasil survey bersama yang dilakukan oleh CSIS, LP3ES, LIPI, dan Pusat Kajian Politik FISIP Universitas Indonesia menyebutkan, Yudhoyono, masih pilihan 46 persen responden. Angka ini melampaui perolehan suara semua kandidat presiden yang lain, seperti Sri Sultan, Prabowo Subianto dan Wiranto serta tak terkecuali pesaing utamanya, Megawati Sukarnoputri.

Peneliti CSIS, Sunny Tanuwidjaya, memaparkan: “Terjadi pengerucutan di satu individu, atau kalau mau lebih fair mungkin di dua individu. Akan ada dua capres dominan dari hasil survey kita kemarin, yaitu Pak SBY dan Ibu Mega. Tapi jaraknya masih cukup jauh. SBY 46 persen dan Mega 17 Persen. Dan bahkan nanti kalau diadakan pemilihan ada kemungkinan satu putaran akan selesai kalau SBY maju, apalagi jika Jusuf Kalla juga maju. Prabowo sampai sekarang masih dikisaran 5 persen. Kemudian capres-capres lain belum bisa menunjukan bahwa mereka mampu berkompetisi sekarang.”

Hasil survey yang digelar pertengahan Februari di 33 Propinsi itu, juga mengungulkan Partai Demokrat sebagai pemenang Pemilu Legislatif. Tercatat dengan 21, 52 persen hasil suara responden, partai itu lebih diminati daripada PDIP yang meraih 15,51 persen dan Golkar yang mendapatkan 14,27 persen. Dua partai besar ini pada Pemilu 2004 memperoleh suara mayoritas, melampaui perolehan suara Demokrat.

Peneliti CSIS, Sunny Tanuwidjaya, menjelaskan: “Banyak dari pemilih Demokrat dan PDIP yang memilih karena figur Megawati dan SBY. Dan yang menarik ada jumlah yang signifikan di pemilih Demokrat yang menyatakan mereka memilih Demokrat karena partai ini sudah terbukti. Sudah melakukan a, sudah melakukan b, sudah melakukan c. Yang unik dari Demokrat, karena isi iklannya menunjukan apa yang sudah mereka lakukan, mereka berhasil membangun persepsi di publik, entah faktanya benar atau tidak.”

Secara keseluruhan survey ini mengukuhkan hasil beberapa jajak pendapat dari sejumlah lembaga survey lain. Di sana tercatat Yudhoyono dan Partai Demokrat masih paling banyak dukungannya. Meski begitu, para peneliti mengakui, perubahan besar dalam peta politik Pemilu kali ini masih sangat mungkin. Ini karena hasil survey menunjukan masih terdapat 50 persen pemilih cair yang belum menentukan pilihan saat survey itu digelar. Peta dukungan capres, juga masih bisa berubah, tergantung sikap politik sejumlah partai menengah yang hingga kini belum menentukan pilihan.

Hasil survey itu juga menunjukan kenyataan lemahnya sosialisasi Pemilu kali ini. Begitu ungkap peneliti Fisip UI, Sri Wardani. Tambahnya: “39 persen dari masyarakat yang belum mengetahui dengan benar kapan pelaksanaanya pemilu legislatif 9 April. Yang juga menarik dari sisi cara pemberian suara, sekitar 60 persen sudah bisa memberikan suara dengan menandai satu kali dengan centang, tapi ini angka yang masih rendah kalau nanti misalnya tidak ditolong dengan Perpu tentang penandaan dua kali, itu masih banyak suara yang dianggap tidak sah, karena cukup besar juga sekitar 30 persen masyarakat yang masih mencoblos bukan mencentang."

Meski begitu menurut Peneliti Fisip UI, Sri Wardani, 95 persen responden menyatakan akan menggunakan haknya dalam Pemilu Legislatif. Temuan ini tampaknya menepis kehawatiran tingginya angka Golput pada Pemilu mendatang. (ek)