1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
OlahragaTimur Tengah

Saudi-Iran, Gairah Baru untuk Sepak Bola di Timur Tengah?

24 Maret 2023

Membaiknya kembali hubungan diplomatik antara Arab Saudi dan Iran mengejutkan banyak orang. Penggemar sepak bola di Timur Tengah berharap hubungan itu akan menggairahkan kembali sepak bola di kawasannya.

https://p.dw.com/p/4P8Hn
Bintang sepak bola Cristiano Ronaldo sejak Desember lalu bermain di klub Riyadh, Al-Nasr
Bintang sepak bola Cristiano Ronaldo sejak Desember lalu bermain di klub Riyadh, Al-NasrFoto: Franck Fife/AFP

"Sepak bola di Iran berantakan dan itu sudah berlangsung lama," kata fans klub Esteghlal yang berbasis di Teheran, Ehsan Rahman, kepada DW. "Ada banyak masalah, tapi sulit untuk menyelesaikannya karena tidak ada uang, lihat saja apa yang terjadi di klub saya."

Baru-baru ini, Esteghlal, salah satu klub sepak bola terbesar di Asia, meminta sumbangan kepada para fans untuk melunasi utang lama mereka kepada mantan pelatih Andrea Stramaccioni dan menghindari sanksi dari FIFA.

Iran sendiri masih terkena sanksi dari komunitas internasional, terutama oleh Amerika Serikat dan aliansinya. Misalnya, pemblokiran akses ke SWIFT, sistem pembayaran internasional, yang berarti klub-klub Iran dan organisasinya kesulitan menerima uang dari negara lain.

"Sulit bagi Iran untuk memainkan pertandingan persahabatan, karena banyak negara tidak ingin bermain melawan kami atau mengetahui bahwa pemerintah mereka tidak akan memberikan visa kepada pemain kami," kata Rahman. "Melelahkan menjadi penggemar sepak bola di Iran."

Namun, belakangan ada beberapa berita positif. Pengumuman mengejutkan yang dibuat di Cina pada 10 Maret bahwa Iran dan Arab Saudi telah memutuskan untuk memulihkan hubungan diplomatik menawarkan harapan baru untuk sepak bola, tidak hanya di Teheran dan Riyadh melainkan di seluruh kawasan Timur Tengah, kata Rahman.

Menteri Keuangan Saudi Mohammed Al-Jadaan mengatakan dalam sebuah wawancara televisi pada 15 Maret lalu bahwa investasi signifikan ke Iran akan terjadi "segera".

Arab Saudi dan Iran bulan Maret mengumumkan hubungan diplomatik baru di bawah penengahan Cina
Arab Saudi dan Iran bulan Maret mengumumkan hubungan diplomatik baru di bawah penengahan CinaFoto: CHINA DAILY via REUTERS

Perkembangan baru untuk para pemain

Arab Saudi saat ini memiliki liga sepak bola dengan anggaran terbesar di Asia. Bulan Desember lalu, kejutan datang dari klub Riyadh Al-Nassr yang merekrut bintang lapangan hijau, Cristiano Ronaldo. Jadi para pemain Iran sekarang juga bisa berharap.

"Para pemain Iran memiliki reputasi yang kuat di kejuaraaan sepak bola Asia, AFC, dan keterampilan serta bakat mereka sangat dihargai," kata Baljit Rihal, seorang agen spesialis Asia kepada DW. "Klub-klub Saudi saat ini banyak berinvestasi dalam olahraga dan mereka selalu mencari pemain berbakat."

Setiap klub di Saudi memang dibatasi hanya boleh memainkan delapan pemain asing dan salah satunya harus dari sesama negara Asia. Baljit Rihal melihatnya sebagai potensi baru. "Saya berharap klub-klub Saudi akan tertarik untuk merekrut talenta profesional Iran," ujarnya.

Analis sepak bola Behnam Jafarzadeh percaya, ada keuntungan bagi kedua belah pihak. "Karena masalah ekonomi di Iran saat ini, menerima uang dalam dolar akan bagus untuk pemain, tapi itu bukan satu-satunya alasan yang menarik mereka ke klub Saudi," kata Jafarzadeh kepada DW. "Investasi besar dalam sepak bola di sana telah menarik perhatian dunia dan dengan pemain hebat, tidak hanya Ronaldo, itu akan menjadi tempat yang hebat untuk tampil."

Perubahan yang lebih luas

Bukan hanya Iran dan Arab Saudi yang akan mendapat manfaat dari pemulihan hubungan tersebut. Hubungan yang lebih baik antara kedua negara berpotensi meredakan gejolak di tempat lain, misalnya di Lebanon.

"Kedua negara memiliki pengaruh politik di sini dan jika hubungan mereka membaik maka itu akan membantu situasi di Lebanon dan sepak bola Lebanon," kata Wael Chehayeb, anggota Komite Eksekutif Asosiasi Sepak Bola Lebanon, kepada DW.

Stabilitas politik memengaruhi segalanya, termasuk ekonomi. Masalah ekonomi adalah salah satu masalah besar dalam sepak bola di Lebanon, tambah Wael Chehayeb. "Sedikit klub yang secara ekonomi stabil. Ini seharusnya sangat membantu Yaman juga."

Perang saudara Yaman yang menghancurkan dimulai pada 2014 ketika pemberontak Houthi, yang memiliki hubungan dengan Iran, bangkit melawan pemerintah Sunni, yang didukung oleh Arab Saudi. Sepak bola hampir berhenti sepenuhnya, banyak pemain meninggalkan negara atau memulai karier lain. Stadion-stadion digunakan untuk tujuan militer.

"Konflik, perusakan infrastruktur, dan kebingungan yang disebabkan oleh ketidakstabilan tak pelak lagi berdampak pada sepak bola di Timur Tengah," kata Chadwick. "Dengan situasi yang lebih damai di seluruh kawasan, diharapkan bisa memungkinkan negara-negara untuk fokus menghidupkan kembali liga sepak bola domestik mereka dan harus berimplikasi pada keberlanjutan jangka panjang, bahkan mungkin kemakmuran, di tempat-tempat seperti Lebanon, Yaman, dan Irak. "

(hp/ha)