1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Film

Film Horor Bisu Dibalut Gamelan dan Orkestra

24 September 2018

Kisah cinta berbalut mistis tentang pemuda miskin, Setio yang jatuh cinta dengan puteri bangsawan jawa, Asih. Restu yang tak kunjung didapat membuat Setio nekad membuat perjanjian dengan Setan.

https://p.dw.com/p/35Mh2
Der Javanische Teufel Stummfilm
Foto: DW/Y. Pamuncak

Dalam pameran bertajuk Listening to the World yang diadakan Humboldt Forum di Berlin, Jerman, pada Sabtu malam (22/09),  sutradara kawakan Indonesia Garin Nugroho diundang untuk mementaskan film bisu garapannya yang berjudul ‘Setan Jawa'.

Berlatar di era kolonial Indonesia, kisah cinta ini menceritakan perjuangan seorang warga desa miskin bernama Setio yang diperankan Heru Purwanto dalam merebut hati Asmara Abigail yang memerankan Asih, seorang puteri jawa yang cantik. Untuk memenangkan cintanya, dia membuat perjanjian dengan Setan. Namun setan memberikan persyaratan yang tak dinyana oleh pasangan tersebut dan menyebabkan akhir yang tragis.

Garin Nugroho
Garin Nugroho, sutradara film bisu "Setan Jawa"Foto: DW/Y. Pamuncak

Kisah ini terinspirasi oleh film horor bisu asal Jerman ‘Nosferatu‘ (1922) karya Friedrich Wilhelm Murnau. Selain itu Garin juga mengombinasikan pementasan musik gamelan untuk mengiringi film yang diputar di layar.

Uniknya dalam pementasan tersebut gamelan turut diiringi musik orkestra dari Rundfunk-Sinfonieorchester Berlin yang dikonduktori oleh komponis Australia Iain Grandage.

"Pertunjukannya sangat bagus, sangat mengesankan. Yang sangat saya sukai adalah ada orkestra kecil, itu adalah sebuah film yang bagus dan orkestranya luar biasa,” kata salah satu penonton bernama Chiara. "Sempurna, Benar-benar sempurna. Sungguh harus ditonton dan semuanya benar-benar bagus,” ungkapnya menambahkan saat reporter DW Indonesia menanyakan kesan Chiara tentang perpaduan orkestra dan gamelan. 

Setan Jawa Hadir di Berlin

Sang Sutradara Film mengungkapkan bahwa perpaduan budaya penting bagi seorang seniman film. "Kita selalu ingin menciptakan sinkritisme-sinkritisme baru dalam berbagai bentuk. Dalam musik, tari dan teater contohnya. Setiap kita melakukan pertemuan kebudayaan pasti menghasilkan petualangan baru," ujar Garin Nugroho.

Untuk itu Garin berharap insan perfilman Indonesia banyak melakukan percobaan dalam menghasilkan karya. "Karena dengan percobaan itulah personalitas dapat tumbuh dan berdialog dengan dunia,” tutupnya.

Baca juga: Sandy Sondoro: "Tak Pernah Padam" di Jerman

yp/at/ts