1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikAmerika Serikat

Rusia Serang Mal, G7 Janjikan Bantuan Ekstra untuk Ukraina

28 Juni 2022

Rusia meluncurkan serangan rudal ke pusat perbelanjaan di Ukraina tengah. Kelompok G7 mengecam insiden itu dan menjanjikan bantuan untuk Ukraina selama itu diperlukan.

https://p.dw.com/p/4DKzH
Serangan Rusia di kota Kremenchuk, tenggara Kyiv
Rusia menghantam mal di kota Kremenchuk, tenggara KyivFoto: Effrem Lukatsky/AP/picture alliance

Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan, rudal Rusia menghantam pusat perbelanjaan di Ukraina tengah pada Senin (27/06). Serangan itu terjadi saat Moskow berjuang untuk menguasai kota penting di timur Ukraina. Di sisi lain, para pemimpin Barat menjanjikan akan tetap melanjutkan dukungan untuk Kyiv selama hal itu diperlukan.

Lebih dari 1.000 orang berada di dalam gedung pusat perbelanjaan itu, ketika dua rudal Rusia menghantam mal di kota Kremenchuk, tenggara Kyiv, tulis Zelenskyy di Telegram. Sedikitnya 13 orang tewas dan 50 orang luka-luka.

"Ini bukan serangan yang tidak disengaja, ini adalah serangan Rusia yang diperhitungkan tepat ke pusat perbelanjaan ini," kata Presiden Zelenskyy dalam pidatonya, Senin (27/06) malam. Dia mengatakan korban tewas bisa bertambah.

Rusia belum mengomentari serangan yang dikecam oleh PBB dan sekutu Barat. Namun, Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB, Dmitry Polyanskiy, menuduh Ukraina menggunakan insiden itu untuk mendapatkan simpati menjelang pertemuan puncak aliansi militer NATO pada 28-30 Juni.

Duka warga Kremenchuk dan tanggapan G7

Pada Senin (27/06) malam, petugas pemadam kebakaran dan tentara membawa lampu dan generator untuk melanjutkan pencarian korban yang tertimbun reruntuhan bangunan. Anggota keluarga menunggu sambil berbaris di sebuah hotel di seberang jalan di mana petugas penyelamat mendirikan pos komando evakuasi.

Kiril Zhebolovsky, 24, mengatakan, ia sedang mencari temannya, Ruslan, 22, yang bekerja di toko elektronik Comfy dan tidak terdengar kabar sejak ledakan itu.

"Kami mengirimi dia pesan, menelepon, tetapi tidak ada kabar apa-apa," katanya. Zhebolovsky meninggalkan nama dan nomor teleponnya kepada petugas penyelamat, dan meminta dikontak jika temannya ditemukan.

Juru bicara PBB Stephane Dujarric menyatakan, serangan itu "menyedihkan". Para pemimpin negara-negara demokrasi utama Kelompok Tujuh G7, berkumpul untuk pertemuan puncak tahunan mereka di Jerman, dan mengutuk apa yang mereka sebut sebagai serangan "keji".

"Kami bersatu dengan Ukraina dan berduka atas korban tak berdosa dari serangan brutal ini," tulis mereka dalam pernyataan bersama yang dicuitkan oleh juru bicara pemerintah Jerman. "Presiden Rusia Vladimir Putin dan mereka yang bertanggung jawab akan dimintai pertanggungjawaban."

Di wilayah lainnya, Ukraina mengalami hari yang sulit menyusul jatuhnnya kota Sievierodonetsk yang saat ini sudah hancur setelah berminggu-minggu dibombardir.

Artileri Rusia juga terus menggempur Lysychansk, yang berlokasi di seberang Sungai Donets Siverskyi. Lysychansk adalah kota besar terakhir yang masih dikuasi oleh Ukraina di provinsi Luhansk timur, target utama Kremlin setelah gagal merebut ibu kota Kyiv di awal perang.

Serangan rudal Rusia menewaskan delapan orang dan melukai 21 lainnya di Lysychansk pada hari Senin (27/06), kata Gubernur Lysychansk Serhiy Gaidai.

Janji bantuan selama diperlukan oleh Kyiv

Selama pertemuan puncak di Jerman, para pemimpin G7, termasuk Presiden Amerika Serikat Joe Biden, mengatakan mereka akan mempertahankan sanksi terhadap Rusia selama diperlukan dan mengintensifkan tekanan internasional pada pemerintah Presiden Vladimir Putin dan sekutunya Belarus.

"Bayangkan jika kita membiarkan Putin lolos, setelah dengan kekerasan mengakuisisi bagian besar wilayah sebuah negara lain, yang berdaulat dan independen," kata Perdana Menteri Inggris Boris Johnson kepada BBC.

Amerika Serikat menyatakan, sedang menyiapkan paket bantuan senjata berikutnya untuk Ukraina, yang akan mencakup sistem pertahanan udara jarak jauh, senjata yang secara khusus diminta Zelenskyy ketika dia berbicara kepada para pemimpin G7 melalui video konferensi pada hari Senin (27/06).

Dalam pidatonya kepada para pemimpin G7 itu, Zelenskyy kembali meminta lebih banyak bantuan senjata. Dia juga meminta bantuan untuk mengekspor gandum dari Ukraina dan lebih banyak sanksi terhadap Rusia.

Negara-negara G7 berjanji untuk lebih lanjut menekan sistem keuangan Rusia, termasuk kesepakatan untuk membatasi harga minyak Rusia, dan menjanjikan  bantuan hingga US$29,5 miliar lebih untuk Ukraina.

"Kami akan terus memberikan dukungan keuangan, kemanusiaan, militer, dan diplomatik dan mendukung Ukraina selama itu diperlukan Kyiv," kata pernyataan G7.

Gedung Putih menyatakan, Rusia telah gagal membayar utang luar negerinya untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu abad karena sanksi besar-besaran telah secara efektif memutus negara itu dari sistem keuangan global. Namun, Rusia menolak klaim tersebut.

Perang Ukraina telah menciptakan krisis bagi negara-negara lain yang jauh di luar perbatasan Eropa, dimana dampak terganggunya ekspor bahan makanan dan naiknya harga energi, telah memukul telak ekonomi global.

ha/as (Reuters)