1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ribuan Orang Melarikan Diri dari Sirte

2 Oktober 2011

Ribuan orang melarikan diri dari Sirte. Krisis kemanusian di kota kelahiran Muammar Gaddafi itu semakin buruk.

https://p.dw.com/p/12khv
Situasi di SirteFoto: AP Photo/Xinhua

Rumah sakit di Sirte kehabisan bahan bakar untuk menyalakan generator darurat. Akibatnya pasokan energipun terputus. Tak urung, orang-orang yang terluka dalam pertempuran di Sirte, sekarat di meja operasi. Krisis kemanusian di Sirte, semakin parah. 

Libyen Rebellen Sirte Panzer
Panzer Dewan TransisiFoto: dapd

Krisis Kemanusia Memburuk

Akibat baku tembak yang terus menerus, pekerja bantuan dari Palang Merah Internasional, yang membawa pasokan obat-obatan tak dapat mencapai lokasi rumah sakit. Rumah sakit kini menjadi pusat perhatian. Warga menceritakan, para dokter berusaha untuk menyelamatkan pasien, meski suplai obat-obatan tak mencukupi.

Tak hanya pasokan listrik, warga pun kekurangan makanan dan air bersih. Palang Merah Internasional kini berupaya mencari jalan alternatif untuk dapat mengantarkan obat-obatan yang dibutuhkan.

Gencatan Senjata Habis Tenggat Waktunya

Sirte, kota kelahiran Gaddafi, merupakan salah satu dari dua markas pendukung Muammar Gaddafi, yang belum jatuh ke tangan oposisi. Warga di kota tersebut terperangkap dalam pertempuran hebat yang telah memasuki pekan ketiga. Pemerintahan sementara yang dipimpin oleh Dewan Transisi Nasional, sebelumnya telah mendeklarasikan dua hari gencatan senjata. Ini dimaksudkan agar warga berkesempatan untuk mengungsi. Namun orang-orang di kota itu mengatakan tak tahu menahu mengenai gencatan senjata tersebut dan menceritakan bahwa bunyi tembakan tetap tak berhenti.

In this Thursday, Sept. 15, 2011 photo, smoke rises over Sirte, Libya. In a surprise advance, revolutionary forces entered the outskirts of Sirte, 250 miles (400 kilometers) southeast of Tripoli along the Mediterranean coast, on Thursday and were facing rocket fire, according to a member of the military council from the nearby city of Misrata, which was leading the assault.(Foto:Gaia Anderson/AP/dapd)
Berpekan-pekan pertempuran menggerogoti SirteFoto: dapd

Memburu Putra Gaddafi

Seorang komandan kubu anti Gaddafi, yang ebrtugas di timur Sirte mengemukakan, gencatan senjata telah habis tenggat waktunya hari Minggu kemarin. Namun untuk melakukan serangan berkekuatan penuh, masih menjadi pertanyaan, karena ternyata masih banyak warga yang bertahan di dalam kota.  Jumlahnya sekitar 1500 orang. Kami tak ingin mereka menjadi korban, ujar komandan brigade Qatar, Kolonel Hamed Al Hasi. Ditambahkannya, pasukan Dewan Transisi Nasional kini beralih ke target lainnya, yakni Distrik Bouhadi, yang terletak di selatan Sirte.  Sebab dari kesaksian seorang pendukung Gaddafi yang ditangkap, diketahui bahwa Mutassim, yang merupakan anak Gaddafi berada di distrik tersebut.

Saling Tuding Atas Nama Warga Sipil

Pendukung Gaddafi dan beberapa kalangan warga mempersalahkan serangan udara NATO dan gempuran pasukan Dewan Transisi Nasional atas pembunuhan warga sipil di Sirte.

Baik NATO maupun Dewan Transisi nasional menolak tudingan itu, dan menyatakan bahwa pendukung gaddafi-lah yang telah mebahayakan penduduk, dengan memanfaatkan mereka sebagai perisai manusia. 

Sementara itu, kota-kota lainnya sudah mulai kembali normal. Pesawat komersial pertama sejak Gadddafi digulingkan, sudah mulai beoperasi di ibukota Tripoli, hari Sabtu (01/09) lalu.  Salah seorang penumpang pesawat yang ingin terbang ke Turki menceritakan, “Kami akan ke Turki untuk urusan bisnis sebab sudah lama sekali kami tak bepergian. Kami senang kini sudah ada pesawat lagi. Terimakasih Tuhan.”

Kelihatannya seperti hal kecil. Namun ini merupakan langkah yang sangat penting bagi Libya yang baru.

afp/rtr/dpa/dw/Purwaningsih

Editor :Renata Permadi