1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rezim Militer Myanmar Lancarkan Aksi Kekerasan

26 September 2007

Ratusan biksu Budha yang memprakasai aksi protes ditangkap, beberapa diantaranya dilaporkan tewas tertembak.

https://p.dw.com/p/CPFB
Biksu Budha ditembaki gas air mata dan dipukuli tongkat oleh pasukan keamanan Myanmar.
Biksu Budha ditembaki gas air mata dan dipukuli tongkat oleh pasukan keamanan Myanmar.Foto: AP

Krisis di Myanmar yang semakin gawat menjadi tema komentar dalam tajuk harian-harian internasional. Aksi protes ribuan biksu Budha di Myanmar yang didukung ratusan ribu rakyat, kini mencapai titik eskalasi paling menentukan. Rezim militer sudah melancarkan aksi kekerasan untuk membubarkan demonstrasi. Semua pandangan terutama diarahkan ke China, yang diharapkan masih dapat memainkan pengaruhnya untuk meredam konflik di Myanmar. Harian konservatif Perancis Le Figaro yang terbit di Paris dalam tajuknya berkomentar : China hendak menunjukkan sikap bertanggung jawab dalam krisis di Myanmar. Beijing memang memegang dogma, tidak mau mencampuri urusan dalam negeri negara lain. Akan tetapi dalam krisis di Myanmar China mengimbau dilakukannya tindakan yang tepat. Dengan itu ditunjukkan, betapa besar kekhawatiran pemerintah di Beijing menghadapi aksi protes kelompok religius. Menjelang digelarnya olimpiade, China hendak mempelihatkan dilakukanya reformasi, dan negara itu kini memainkan peranan sebagai mitra yang dapat dipercaya di panggung politik dunia.

Harian Italia Corriere della Sera yang terbit di Milan berkomentar senada : Pandangan kini diarahkan ke China dan juga India. Dua negara adidaya yang dengan hubungan dagangnya menentukan jalan politik di Myanmar. Keduanya memiliki tugas penting, untuk meyakinkan rezim militer di Myanmar, agar mundur satu langkah. Tapi sejauh ini tidak terlihat niat baik kedua negara adidaya tsb dalam krisis ini. Penyebabnya diduga, karena jalinan hubungannya dengan Myanmar terlalu erat, yang dipengaruhi peluang keuntungan besar serta perspektiv timbal balik.

Sementara harian Belgia De Standaard yang terbit di Brussel berkomentar : Sejak bertahun-tahun India dan China mendukung rezim militer di Myanmar. Khususnya China yang menjadi pembeli utama minyak dan gas bumi Myanmar, serta pemasok terpenting persenjataan bagi rezim militer di negara itu. Beijing menghendaki stabilitas di Myanmar, akan tetapi tidak menginginkan banjir darah, yang akan berdampak pada buruknya citra China menjelang olimpiade.

Tema lainnya yang juga banyak dikomentari adalah kunjungan presiden Iran, Mahmud Ahmadinejad ke AS dalam rangka sidang umum PBB. Harian Austria Der Standard yang terbit di Wina dalam tajuknya berkomentar : Tampilan Ahmadinejad di AS mengokohkan citranya sebagai sosok musuh nomor satu dari presiden Bush. Pertunjukan belum usai, selama Ahmadinejad masih berada di AS. Ia menikmati perhatian dunia internasional, walaupun dalam program atom negaranya, hanya memiliki kewenangan terbatas. Ahmadinejad tidak perlu khawatir, di masa depan harus mengubah gambaran mengenai situasi di Iran.

Terakhir harian Spanyol La Vanguardia yang terbit di Barcelona mengomentari tampilnya Ahmadinejad di Universitas Columbia di New York. Tampilannya menunjukkan dua sisi. Di satu sisi, seperti yang diperkirakan Ahmadinejad menampilkan sinisme dan mengelak dari pertanyaan kritis. Tapi di sisi lainnya, para mahasiswa dapat memperoleh gambaran, bagaimana sosok seorang pimpinan negara yang dinilai busuk.