1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rencana Pembunuhan terhadap Obama

29 Oktober 2008

Terbongkarnya dugaan komplotan rasialis yang merencanakan pembunuhan Obama, memanaskan situasi di kalangan pemilih kulit hitam. Diduga penangkapan itu ibaratnya fenomena gunung es dari rasisme di AS.

https://p.dw.com/p/Fjht
Boneka Obama yang digantung di sebuah kebun, cermin rasisme terhadap capres berkulit hitamFoto: DW

Akhir masa kampanye pemilu presiden di Amerika Serikat, yang diwarnai penangkapan dua anggota kelompok Neo-NAZI yang dituduh merencanakan serangan pembunuhan terhadap kandidat Partai Demokrat arack Obama menjadi sorotan tajam dalam tajuk sejumlah harian Eropa.

Harian Italia La Stampa yang terbit di Turin dalam tajuknya berkomentar:

Walaupun Obama segera menenangkan situasi, dan mengatakan tidak ada ancaman bahaya dari kelompok Neo-NAZI di Tennessee dan kelompok rasialis di Pansylvania, namun kelompok militan Afro-Amerika menilai pernyataan itu sebagai terlalu naif. Obama percaya akan sebuah Amerika pasca-rasisme. Akan tetapi kelompok kulit hitam anarkis mengatakan, situasi semacam itu hanya ilusi. Bahkan pendeta Jesse Jackson, tokoh Afro-Amerika kandidat presiden tahun 1984 mengancam, akan melancarkan aksi menduduki Washington secara damai, jika Obama kalah pemilu.

Harian Italia lainnya La Repubblica yang terbit di Roma berkomentar:

Bayangan gelap ini sejak lama menyelaputi impian Obama. Bayangan ini juga akan terus mengikutinya, setiap menit dalam jabatannya sebagai presiden di Gedung Putih. Barack Obama merupakan calon pertama dari semua kandidat yang tampil dalam pemilu pendahulua, yang dilindungi sejak awal oleh dinas rahasia AS, yakni sejak bulan Januari lalu. Ini merupakan pertanda jelas, bahwa pemerintah di Washington atau juga seluruh dunia mengkhawatirkan atau menilai terdapat kemungkinan serangan bermotif rasialis, ketika melihat warna kulit dan sejarah Obama, yang terus melaju ke Gedung Putih, yang biasanya hanya diperebutkan oleh warga kulit putih berpakaian necis.

Sementara harian Luxemburg Luxemburger Wort berkomentar terbongkarnya kelompok Neo-NAZI itu ibaratnya hanya puncak gunung es.

Menjadi presiden AS merupakan jabatan yang paling berbahaya sedunia. Sekarang ditambah lagi, bahwa calon terkuat untuk menduduki jabatan di Gedung Putih adalah Barack Obama yang warna kulitnya hitam. Seorang warga Afro-Amerika di Gedung Putih, adalah perubahan paradigma bagi Amerika, yang selama ini selalu dipimpin presiden berkulit putih, Anglo-Saxon dan berlatar belakang budaya protestan. Rasisme secara hukum sudah dihapus. Tapi secara budaya, sosial dan ekonomi masih terdapat garis pembatas antara warga kulit hitam dan kulit putih di Amerika. Rencana serangan pembunuhan terhadap Obama adalah fenomena puncak gunung es sikap rasialis, yang hendak mencegah tampilnya seorang presiden kulit hitam dengan menghalalkan segala cara.

Sementara harian Swiss Neue Zürcher Zeitung yang terbit di Zürich lebih menyoroti tugas berat yang dihadapi presiden AS mendatang:

Siapapun yang memenangkan pemilu presiden AS, setelah itu harus tunduk pada neraca anggaran negara. Untuk menetapkan, penurunan pajak dan kenaikan pengeluaran macam apa yang masih dapat dibiayai negara. Ruang geraknya menciut nyaris mendekati titik nol, setelah delapan tahun masa kekuasaan George W.Bush. Semakin terlihat, krisis keuangan dan resesi akan membebani semakin berat anggaran negara. Pendapatan dari pajak terus menurun. Dan diharapkan dikucurkan paket stimulasi konjunktur berikutnya senilai sekitar 300 milyar Dolar. Pada akhirnya, program konsolidasi anggaran negara akan menjadi prioritas utama pemerintahan mendatang.(as)