1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rekaman Suara Bin Laden dan Politik Atom Chirac

21 Januari 2006

Rekaman suara Osama bin Laden serta perubahan haluan politik nuklir Prancis menjadi sorotan berbagai media internasional.

https://p.dw.com/p/CPLW
Presiden Prancis Chirac: Senjata nuklir untuk menuntaskan sengketa program atom Iran?
Presiden Prancis Chirac: Senjata nuklir untuk menuntaskan sengketa program atom Iran?Foto: AP

Setelah lama menghilang, pemimpin jaringan Al Qaeda Osama bin Laden kembali muncul dengan sebuah pesan berupa rekaman suaranya. Rekaman suara yang disiarkan oleh stasiun televisi Al Jazzera mengundang kontroversi, terutama karena bin Laden seolah menawarkan sebuah solusi damai.

Harian Derniéres Nouvelles d’Alsace yang terbit di Strassburg mengomentari pesan terbaru Osama bin Laden:

“Osama bin Laden ingin membuktikan, ia masih hidup, Jaringan Al Qaeda tetap eksis dan ancaman terorisme belum berakhir. Itu sudah cukup untuk membuat aksi pencarian besar-besaran yang dijalankan Amerika Serikat tampak sia-sia. Padahal, tentara Amerika tiap minggu melaporkan tewasnya seorang kepala atau petinggi organisasi teror – entah itu di Afghanistan, di perbatasan Pakistan atau di Irak.
Sebenarnya, pesan terbaru Osama bin Laden merupakan propaganda murahan yang menggunakan cara-cara perang psikologis. Sayangnya, metode ini terbukti sangat efektif. Di Prancis, bahkan di seluruh Eropa, muncul gerakan yang merekrut pendukung ‚Jihad’. Dan, makin terbukti, dalam perang anti teror, musuh utama Amerika Serikat masih tampak ulung.“

Harian Italia Corierre della Sera yang terbit di Milan menyoroti beberapa hal, yang perlu dipertimbangkan dalam pesan terbaru pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden.

“Walau perhatian pertama pasti tertuju pada ancaman aksi teror terhadap Amerika Serikat, namun, kenyataan bahwa ancaman tersebut disampaikan dengan suara letih perlu diperhitungkan. Selain itu, pesan kali ini juga berisi tawaran untuk berunding dan kesediaan untuk berkompromi. Tapi yang terpenting adalah, melalui rekaman suara yang terakhir ini, Osama bin Laden kembali membuktikan kepada dunia bahwa ia masih hidup.“

Benarkah tawaran untuk berunding yang disampaikan bin Laden merupakan langkah menuju perdamaian? Harian Inggris The Guardian yang berhaluan liberal kiri menilai, tawaran gencatan senjata Al Qaeda hanyalah merupakan dalih untuk mengulur waktu:

“Yang perlu diperhitungkan di sini, bukan hanya adanya pesan baru dari Osama bin Laden. Isi rekaman tersebut sama pentingnya, karena kali ini bin Laden menyampaikan pesan ganda. Ia tidak hanya mengancam, bin Laden juga menawarkan sejenis gencatan senjata. Jaringan Al Qaeda akan menghentikan aksi terornya di negara barat, bila Amerika Serikat dan sekutunya menarik diri dari Irak dan Afghanistan. Tentu saja, ini bukan merupakan uluran tangan untuk mewujudkan perdamaian di kawasan itu. Karena, gencatan senjata hanya akan memberi waktu dan kesempatan pada Al Qaedah untuk merencanakan aksi teror besar berikutnya.“

Tema kedua yang mendapat perhatian media Eropa adalah perubahan haluan politik Presiden Prancis Jacques Chirac dalam sengketa program atom Iran. Upaya tiga besar Eropa untuk menyelesaikan sengketa itu di meja perundingan, berkali-kali digagalkan sikap enggan menyepakati konsesi dari pihak Iran. Kini, Presiden Chirac mengancam akan, bila perlu, Prancis akan menggunakan senjata nuklir untuk memaksa Iran menghentikan program atomnya.

Harian Prancis Le Figaro mengomentari perubahan sikap Presiden Chirac sebagai berikut:

“Chirac menggunakan kata-kata yang sangat jelas. Bahkan lebih jelas daripada Amerika Serikat, yang dalam rangka perang melawan teror secara diam-diam mengembangkan bom nuklir mini. Bom dengan kekuatan yang lebih kecil, namun tetap dapat menembus dinding tempat perlindungan bawah tanah yang tebal. Masyarakat Prancis tidak menolak politik atom yang dijalankan pemerintahnya, walau mungkin ada yang bertanya, apa sebenarnya tujuan pidato yang disampaikan Chirac. Sebenarnya, pidato tersebut juga mempunyai tujuan penerangan. Walau saat ini Prancis sedang berusaha menghemat pengeluarannya, tapi dana untuk menjamin politik atom yang sesuai dengan ambisi Prancis tetap akan disalurkan.“

Sementara, harian Wina Der Standard mengomentari ancaman tidak langsung Chirac untuk menggunakan senjata atom.

“Perubahan spontan haluan politik nuklir Prancis, diharapkan dapat menakuti-nakuti Iran. Selain itu, ancaman tersebut diharapkan dapat menambah kesediaan Teheran untuk berkompromi. Namun, mengingat ungkapan terakhir pemimpin agama tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamnei, sangat kecil kemungkinan sebuah kesepakatan akan tercapai.

Dengan ancaman yang dilontarkan Chirac, kemungkinan tersebut bahkan mendekati nol. Karena penganut aliran keras di Iran yang memang menginginkan senjata atom, kini merasa punya bukti, bahwa negara barat ingin menyudutkan mereka. Dengan pernyataan Chirac, ia malah memberi angin kepada kekuatan radikal yang sedang diperangi Uni Eropa.“