1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ratusan Warga Sipil Sri Lanka Lari ke 'Zona Aman'

5 Februari 2009

Pemerintah Sri Lanka menolak tegas perundingan dengan LTTE dan menyatakan hanya akan memberikan amnesti bagi pemberontak yang melucuti senjatanya. Selain itu, pihak militer mengaku, pertempuran kini mencapai tahap akhir.

https://p.dw.com/p/GngV
Warga sipil tiba di 'zona aman'Foto: picture-alliance/ dpa

Lagi-lagi warga sipil tewas dalam sejumlah pertempuran hebat antara angkatan bersenjata Sri Lanka dan pemberontak Tamil Eelam LTTE di utara Sri Lanka. Menurut keterangan Perserikatan Bangsa-Bangsa, hari Rabu (4/02) sedikitnya 52 orang tewas akibat bentrokan bersenjata antara kedua pihak yang bertikai. Pasien dan pekerja rumah sakit terakhir yang masih berfungsi di wilayah pertempuran kini sudah dievakuasi, setelah beberapa kali terkena serangan. Tekanan internasional terhadap pemerintah Sri Lanka dan LTTE kini semakin meningkat. Namun, pemerintah menyatakan, target utama pemberontak. Begitu yang dikatakan Menteri Luar Negeri Sri Lanka Palitha Kohana:

"LTTE telah menumpuk berbagai persenjataan berat, termasuk mortir dan artileri. Kami menembaki senjata-senjata tersebut. Kami tidak berkepentingan menembaki wilayah lain karena kami tahu ada warga sipil yang tinggal di situ. Sekedar untuk mengingatkan saja, saya harus menegaskan bahwa perang ini bukan melawan warga sipil Tamil."

Hilfslager in Sri Lanka
AB Sri Lanka dan truk Dana Bantuan Pangan PBBFoto: picture-alliance / dpa

Warga sipil tinggalkan wilayah pertempuran

Meskipun demikian, hari Kamis ini (05/02) menurut keterangan militer, sedikitnya 700 warga sipil melarikan diri dari zona perang dan bergerak memasuki wilayah aman yang dikuasai pemerintah. Juru bicara militer Sri Lanka, Brigadir Jenderal Udaya Nanayakkara mengatakan bahwa jumlah itu terus meningkat. Pemerintah mengimbau warga sipil untuk memasuki zona aman yang sebelumnya telah disebutkan, dan menyatakan tidak bertanggung jawab atas warga yang tidak mau meninggalkan zona yang dikuasai pemberontak Tamil.

Sementara itu, pemerintah Sri Lanka menawarkan amnesti kepada pemberontak Tamil jika mereka melucuti senjatanya. Perdana Menteri Ratnasiri Wickremanayake menyebut tawaran amnesti itu dalam sidang parlemen hari Kamis (05/02) di Colombo, namun dia tidak merincinya. Sebelumnya, dalam wawancara dengan sebuah harian, Menteri Pertahanan Gotabhaya Rajapakse mengatakan, Sri Lanka hanya menerima pengakuan untuk menyerah sepenuhnya dari kelompok pemberontak Tamil Eelam LTTE dan tanpa persyaratan. Dengan begitu, dia menolak upaya penengahan Uni Eropa, AS dan negara lainnya.

Zivilisten bei Artilleriebeschuss durch Armee in Sri Lanka getötet
Tentara Sri LankaFoto: picture-alliance/dpa

Pemerintah: Wilayah LTTE semakin menciut

Australia, hari Kamis (05/02) kembali menuntut agar kedua pihak segera melakukan gencatan senjata. Pemerintah Sri Lanka dan LTTE harus mengakhiri pertempuran agar warga sipil dapat dievakuasi ke wilayah yang aman. Demikian ujar Menteri Luar Negeri Australia Stephen Smith. Selanjutnya ia mengatakan, perdamaian jangka panjang di Sri Lanka hanya dapat tercapai melalui penyelesaian politik.

Pemerintah di Colombo melihat serangan militernya kali ini sebagai aksi tahap akhir dalam perang melawan LTTE yang sejak 27 tahun ini berjuang untuk membentuk negara sendiri di utara Sri Lanka. Sejak tahun 2007, wilayah yang dikuasai LTTE semakin menciut. Saat ini diperkirakan hanya meliputi lahan di hutan sebesar 300 kilometer persegi. Sekitar 2. 000 pejuang Tamil diduga bersembunyi di wilayah itu. Mullaittivu yang merupakan markas terakhir dan terbesar pemberontak Tamil, berhasil dikuasai pasukan pemerintah Sri Lanka pada minggu lalu. (Agent./cs)