1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Qatar Minta Maaf Perihal Penggeledahan di Bandara Doha

26 Oktober 2020

Pemerintah Australia mengatakan petugas bandara secara paksa memeriksa beberapa perempuan setelah penemuan bayi baru lahir di toilet bandara. Qatar mengaku menyesal dan akan lakukan investigasi terhadap insiden tersebut.

https://p.dw.com/p/3kRAt
Frankreich | Airbus von Qatar Airways
Foto: picture-alliance/dpa

Rabu (28/10), Qatar menyampaikan permintaan meminta maaf terkait pemeriksaan invasif pada penumpang perempuan di Bandara Internasional Ahmad Doha di awal bulan ini.

"Kendati tujuan dari pencarian segera diputuskan adalah untuk mencegah para pelaku kejahatan mengerikan melarikan diri, Qatar menyesalkan setiap tekanan atau pelanggaran terhadap kebebasan pribadi setiap penumpang yang disebabkan oleh tindakan ini," kata otoritas komunikasi pemerintah Qatar dalam sebuah pernyataan.

Perdana Menteri Qatar Sheikh Khalid bin Khalifa bin Abdulaziz Al Thani mengatakan dalam pernyataan tersebut bahwa investigasi "komprehensif dan transparan" akan dilakukan.

Apa yang terjadi di Bandara Doha?

Sebelumnya, sebanyak 13 perempuan asal Australia penumpang maskapai Qatar Airways, yang terbang ke Sydney pada tanggal 2 Oktober, menjadi sasaran pencarian invasif di atas landasan, setelah penemuan bayi baru lahir yang ditinggalkan di toilet bandara.

Wolfgang Babeck, seorang penumpang penerbangan tersebut, mengatakan kepada penyiar Australia ABC bahwa para perempuan dibawa keluar dari pesawat tanpa memandang usia mereka. “Mereka mengatakan kepada saya bahwa mereka harus melepas pakaian dalam mereka, atau pakaian mereka dari bawah, dan kemudian memeriksa apakah mereka telah melahirkan atau tidak,” kata Babeck.

“Ketika para perempuan kembali, banyak dari mereka, atau mungkin semuanya, merasa kesal. Salah satunya, seorang perempuan yang lebih muda, menangis. Orang-orang tidak percaya apa yang telah terjadi,” tambah Babeck.

Dari penerbangan yang sama dan beberapa penerbangan lainnya, sejumlah wanita berkebangsaan lain juga dilaporkan telah mengalami pemeriksaan yang invasif.

Kini bayi berjenis kelamin perempuan itu sudah dalam keadaan aman di pusat perawatan medis di Doha.

‘Mengganggu dan ofensif'

Penggeladahan ini memicu perselisihan diplomatik antara Australia dan Qatar.

“Ini adalah serangkaian peristiwa yang sangat, sangat mengganggu dan ofensif,” kata Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne kepada wartawan. "Ini adalah sesuatu yang tidak pernah saya dengar pernah terjadi dalam hidup saya dan dalam konteks apa pun. Kami telah menjelaskan pandangan kami kepada pihak berwenang dari Qatar tentang masalah ini."

Payne mengatakan pemerintah Australia akan menunggu laporan dari pemerintah Qatar sebelum “menentukan langkah selanjutnya.”

Dia mengatakan para perempuan telah menerima “bantuan yang tepat” saat mereka menjalani karantina setibanya di Australia.

Hak-hak perempuan di Qatar

Doha sendiri telah banyak berinvestasi dalam proyek sosial yang mencakup inisiatif kesehatan dan pendidikan bagi kaum perempuan. Media Al-Jazeera, kantor berita asal Qatar juga kencang membela hak-hak peremuan di sana.

Tetapi di negara monarki tersebut, seks dan melahirkan di luar nikah merupakan pelanggaran yang dapat dikenai pidana. Qatar telah berjuang untuk meyakinkan para pengkritik kebijakan bahwa janji-janji mereka tentang hak-hak perempuan, buruh, dan demokrasi dapat dipercaya.

st/rap (AP, dpa, AFP)