1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

081211 Russland Wahlen USA

9 Desember 2011

Di banyak kota di Rusia demonstrasi digelar mengecam hasil pemilu parlemen Rusia dan sejumlah demonstran ditangkap. Kamis (08/12), PM Putin menuduh siapa yang berada di balik aksi demonstrasi ini.

https://p.dw.com/p/13PNR
Perdana Menteri Rusia Vladimir PutinFoto: picture alliance/dpa

Partai milik Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin, Partai Rusia Bersatu, berhasil memenangkan pemilu yang digelar hari Minggu lalu (04/12), walaupun kehilangan suara cukup banyak. Dan bahkan hasil pemilu ini dimanipulasi pemerintah, demikian tuduhan para pengamat. Ribuan orang turun ke jalan mengecam pemilu parlemen Rusia dan dugaan manipulasi hasil pemilu.

Tuduhan pada Amerika Serikat

Kamis (08/12), untuk pertama kalinya Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin angkat bicara menanggapi aksi demonstrasi ini. Menurutnya sudah jelas, Menteri Luar Negeri Amerika serikat Hillary Clinton bertanggung jawab atas demonstrasi ini. Dikatakan Putin, bahkan sebelum pengamat pemilu internasional mempublikasikan laporan mereka, Clinton telah menyatakan pendapatnya, menilai negatif pelaksanaan pemilu parlemen Rusia.

"Saya telah mengamati reaksi awal dari Amerika Serikat. Yang pertama, apa yang dikatakan menteri luar negeri Amerika merupakan satu penilaian terhadap pemilu kami. Ia mengatakan, pemilu ini tidak jujur dan tidak adil. Dan ini dikatakannya, tanpa bukti dari pengamat OSCE. Dengannya ia telah memberikan sinyal kepada para aktivis. Mereka menerima sinyal ini dan langsung bergerak, didukung oleh Kementrian Luar Negeri Amerika," demikian dinyatakan Vladimir Putin.

Pemilu Tidak Bebas dan Tidak Adil

Sehari setelah pemilu parlemen Rusia, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton mengkritik jalannya pemilu. Para pemilih di Rusia mempunyai hak untuk mengetahui bahwa suara mereka diserahkan dan dihitung dengan jujur, dikatakan Hillary Clinton di sela-sela Konferensi Internasional bagi Afghanistan di Bonn, Jerman, Senin (05/12). Baru setelah Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa OSCE mengeluarkan laporannya, Hillary Clinton mengatakan bahwa pemilu parlemen Rusia berjalan secara tidak bebas dan tidak adil.

Menanggapi tuduhan Putin, Washington membantah bertanggungjawab atas pecahnya aksi protes mengecam kecurangan pemilu di Rusia. Departemen Luar Negeri AS juga menepis tuduhan telah mendanai aksi yang dapat menyebabkan ketidakstabilan di Rusia.

Aksi Demonstrasi

Sudah tiga hari, aksi protes digelar di berbagai kota di Rusia, lebih dari 1.000 demonstran ditangkap. Menanggapi aksi demonstrasi ini, Putin mengatakan, “Saya ingin menanggapi aksi demokrasi jalanan ini. Jika warga bertindak sesuai hukum, tentu saja mereka memiliki hak untuk mengeluarkan pendapat. Kita tidak berhak membatasi hak siapapun.“

Setelah demonstrasi pertama di Moskow, semua aksi protes dilarang di Moskow. Dilaporkan, baru satu demonstrasi yang mendapatkan izin, satu demonstrasi yang akan digelar Sabtu (10/12) di dekat Kremlin. Pemerintah membatasi peserta demonstrasi ini sampai 300 orang. Akan tetapi lewat jejaring sosial, lebih dari 30.000 orang menyatakan akan turut berpartisipasi.

Beberapa dari mereka mendukung demonstrasi untuk kepentingan sendiri, dikatakan Putin. Pernyataannya ini secara tidak langsung ditujukan pada wakil partai-partai oposisi. Mereka hanya ingin menarik keuntungan politik dari demonstrasi. Tapi warga Rusia tidak tertarik untuk melakukan revolusi atau kudeta. Dikatakan Vladimir Putin. “Kami juga tahu, warga Rusia tidak menginginkan satu perkembangan seperti di Kirgistan atau di Ukraina. Tidak seorangpun mengharapkan kekacauan di sini.”

Stefan Laack/Yuniman Farid Editor: Hendra Pasuhuk