1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pusat Data Anti Teror di Jerman

6 September 2006

Sebagai antisipasi terhadap serangan teror, menteri dalam negeri federal dan para menteri dalam negeri negara bagian di Jerman, akhirnya menyepakati apa yang disebut pusat data anti teror.

https://p.dw.com/p/CPJ8

Dengan pusat data bersama itu, polisi dan dinas rahasia dapat melacak tersangka teroris lebih cepat. Kesepakatan pendirian pusat data anti teror ini tetap disoroti dengan tajam oleh harian Eropa maupun harian Jerman.

Para menteri dalam negeri negara bagian dan federal di Jerman pada prinsipnya telah gagal, demikian komentar harian Swiss Basler Zeitung yang terbit di Basel.

"Diperlukan rencana serangan teror yang gagal, untuk memaksa para menteri dalam negeri Jerman menyepakati rencana pendirian bank data anti teror. Ini merupakan buku raport yang buruk. Sebetulnya, hanya diperlukan pemecahan pragmatis, dimana para pejabat dimungkinkan memanfaatkan data dari instansi lain, dan sekaligus tetap menjaga hak dasar warga."

Harian Jerman Süddeutsche Zeitung juga menyoroti tajam keputusantersebut. Harian yang terbit di München ini berkomentar:

"Para menteri dalam negeri akhirnya memutuskan sebuah pemecahan yang sangat pragmatis. Sekarang, dalam penyusunannya harus diperhatikan, jangan sampai kumpulan data ini dapat diakses sembarangan oleh siapa saja. Permintaan data harus diawasi dan pertukarannya harus didokumentasikan. Juga jangan sampai gara-gara terlalu ambisius, data orang orang yang tidak berdosa, atau hanya bertindak sebagai penghubung, juga dimasukkan ke dalam data anti teror."

Sedangkan harian Tagesspiegel yang terbit di Berlin berkomentar:

"Seharusnya sudah sejak lama polisi dan dinas rahasia mempercepat pertukaran informasi tersangka teroris, tanpa melanggar peraturan perlindungan data. Kompromi yang disepakati para menteri dalam negeri negara bagian dan federal Jerman, kelihatannya tidak banyak gunanya. Polisi hanya diizinkan mengumpulkan informasi, sejauh yang diizinklan batasan tugasnya. Sementara dugaan mengenai radikalisme, tetap merupakan bagian tugas dinas rahasia."

Tema lain yang masih tetap disoroti harian Eropa maupun Jerman adalah alotnya pengiriman pasukan perdamaian internasional untuk Libanon-UNIFIL. Terutama disoroti kontingen dari negara Islam atau dunia Arab, serta kontingen pasukan Jerman.

Harian konservativ Prancis Le Figaro yang terbit di Paris, mengomentari keikutsertaan tentara Turki sebagai pertanda positiv, bagi penugasan pasukan UNIFIL di Libanon selatan.

"Kehadiran pasukan dari negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam akan membantu Eropa membangun jembatan ke Timur Tengah, untuk membungkam kelompok radikal dan sekaligus mencegah kejutan budaya. Kontribusi Ankara di Libanon paling tidak dapat memperbaiki suasana, serta menampilkan citra Turki yang berbeda, yang dapat menolong Eropa memainkan peranannya di tatanan dunia."

Sementara harian Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung yang terbit di Frankfurt am Main, mengomentari rencana pengiriman marinir Jerman ke Libanon, menulis:

"Untuk penugasannya masih diperlukan dialog dengan Beirut. Dengan itu, para penentang penugasan marinir Jerman di fraksi parlemen di Berlin tidak perlu lagi mengajukan alasan beban sejarah. Kemungkinan pemerintah di Beirut atau pihak lainnya yang akan memutuskan tidak diperlukannya permintaan bantuan pasukan Jerman untuk menjaga kesepakatan gencatan yang rapuh di Libanon selatan."