1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Proses pengadilan AS / Defisit anggaran belanja Jerman / Rencana penghapusan uang logam Sen-Euro

25 Agustus 2004
https://p.dw.com/p/CPR9

Dua komisi yang dibentuk oleh pemerintah AS sedang menyelidiki aksi pelecehan dan penyiksaan yang dilakukan oleh warga Amerika di penjara-penjara di Abu Ghraib di Irak, di Afganistan dan Guantanamo, Kuba.

Harian Jerman Tageszeitung di Berlin menanggapi laporan komisi AS tentang pelecehan di penjara Abu Ghraib di Irak:

Kini sudah hampir resmi bahwa proses terhadap para prajurit dan polisi militer AS yang melakukan penganiayaan di penjara Abu Ghraib di Irak, hanya menyentuh permukaan sebuah skandal. Laporan penyelidikan , atas prakarsa Pentagon, tidak sejauh itu sehingga secara langsung menuduh para perwira atasan bertanggung jawab untuk aski penyiksaan tsb. Dalam laporan hanya disebut tentang gaya kepemimpinan yang buruk, dan tidak adanya pengawasan. Laporan terbaru itu rupanya mendukung pemerintah AS dalam sikapnya yang mengutuk tindakan bawahannya. Itu tidak benar. Penuntasan sesungguhnya dari skandal itu hanya mungkin apabila juga masalah Hak Asasi Manusia dalam politik kemiliteran AS dituntaskan. Namun rupanya hal itu harus dilakukan oleh pihak lain.

Sementara harian Austria Kurier mengkritik rencana proses pengadilan AS terhadap para tawanan Afganistan di Guantanamo:

Mahkamah agung di AS, bulan Juni lalu , menuntut pengadilan sipil yang jujur. Tetapi di Guantanamo tidak berlaku prinsip praduga tidak bersalah, tidak berlaku penolakan memberikan keterangan, tidak berlaku hak atas pengacara sipil. Namun dari sudut pandang pihak pemerintah , proses seperti itu sesuai dengan hukum. Sebaliknya organisasi hak asasi dan para pengacara meragukan bahwa para tawanan akan diberi hak sepenuhnya. Seorang pejabat Human Rights Watch dari AS berpendapat, hasilnya telah diputuskan sebelumnya. Jadi di Guantanamo sedikit hukum juga berlaku. Tetapi keputusan pengadilan AS masih jauh dari peradilan di sebuah negara hukum.

Defisit anggaran belanja Jerman dalam paruhan pertama tahun ini mencapai angka rekor 4 persen dari produk domestik bruto PDB.

Harian Westdeutsche Zeitung yang terbit di Düsseldorf mengomentari defisit negara yang mencapai angka rekor itu:

Memang kenaikan defisit lagi merupakan tragedi. Namun hendaknya juga ditempatkan pada relasi yang benar. Yang penting, tidak hanya ekspor meningkat melainkan juga konsumsi di dalam negeri. Bila motor konjungtur in berjalan , masalah defisit anggaran akan terselesaikan dengan sendirinya. Namun itu baru akan berhasil, bila politik Jerman dapat memberikan kepada rakyatnya harapan yang cerah bagi masa depan.

Komentar harian Die Welt tentang defisit pada anggaran belanja negara Jerman:

Hendaknya negara tidak boleh mengeluarkan lebih banyak uang daripada pemasukannya. Tahun ini Jerman terancam defisit sekitar 4 persen. Target untuk menekan hutang baru di bawah angka 3 persen, batas yang berlaku dalam Pakta Stabilitas UE, tampaknya tidak akan tercapai. Juga pemerintahan sekarang tidak berhasil menekan pengeluaran negara.

Penghapusan uang logam satu dan dua Sen- Euro akan diberlakukan di Belanda mulai tanggal 1 September mendatang. Meski uang logam satu dan dua Sen Euro secara resmi masih tetap berlaku sebagai alat pembayaran, namun lama kelamaan di Belanda uang recehan itu akan hilang dari peredaran. Rupanya Bank Sentral Jerman juga punya rencana yang sama.

Harian Berliner Kurier dalam tanggapannya menulis:

Tidak hanya para pedagang eceran mengeluh. Juga para konsumen mengeluh, karena kalau dulu misalnya mereka membayar 14,99 Euro untuk sebuah produk, kelak mereka harus membayar 15 euro. Berarti ada kenaikan harga lagi. Ketika memberlakukan Euro telah dijanjikan , bahwa harga barang tidak akan menjadi lebih mahal. Meski ketika itu juga banyak harga yang dibulatkan. Padahal ada peri bahasa yang berbunyi: Siapa yang tidak menghargai yang kecil , tidak layak mendapatkan yang besar.