1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Program Atom Iran, Kampanye pemilihan Presiden Amerika Serikat, Uni Eropa dan Turki

11 Maret 2004

Kali ini akan kami ketengahkan tiga tema, yang mendapat sorotan harian-harian Jerman dan Internasional.

https://p.dw.com/p/CPSa

Yang pertama mengenai program atom Iran. Tema kedua,kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat. Tema yang terakhir, Uni Eropa dan Turki. Baiklah kami mulai dengan tema yang pertama, program atom Iran, yang mendapat sorotan sejumlah harian Jerman. Tuduhan negara-negara Barat mengenai Iran memiliki program atom tidak disampaikan secara menyeluruh. Demikian ditulis harian Jerman FRANKFURTER ALLGEMEINE ZEITUNG. Kami baca:

SPR: Jerman,Perancis dan Inggris dalam kasus Iran hendak membuktikan bahwa untuk melucuti senjata atom disebuah negara berkembang, juga dapat dilakukan tanpa aksi kekerasan. Tapi pemerintah di Teheran tidak berpandangan demikian, seperti yang tertulis dalam buku pelajaran mengenai penelitian perdamaian. Pimpinan Iran selalu berusaha menghindarkan para inspektor melakukan pemeriksaan secara meyeluruh. Mereka tidak bermimpi untuk menghentikan program atomnya.

MOD:Alasan yang sama juga disampaikan Harian Jerman GENERAL ANZEIGER yang terbit di Bonn. Selanjutnya kami baca:

SPR: Terlihat isyarat, bahwa pimpinan keagamaan di Iran menginginkan dilanjutkannya program atom. Beberapa bulan mendatang, Iran harus menyetujui Badan Energi Internasional IAEA melakukan pengawasan tanpa batas serta mengakui telah melakukan pelanggaran mengenai perjanjian larangan senjata atom. Tapi sejak terjadi manipulasi dalam pemilihan umum baru-baru ini, pimpinan terlihat kembali menampilkan sikap yang keras.

MOD: Sementara itu harian Jerman lainnya FRANKFURTER RUNDSCHAU yang terbit di Frankfurt menganalisa politik negara-negara Barat terhadap Iran. Kami kutip:

SPR: Secara sekilas Amerika Serikat terlihat menyampaikan ancaman.Sementara Eropa seolah menampilkan sikap yang bermanis-manis. Untuk itu peranan yang dimainkan negara-negara Barat hendaknya kembali secara bersama ditata lebih baik dari apa yang dilakukan selama ini dalam era yang disebut " dialog yang kritis". Setelah pimpinan di Teheran melancarkan siasat yang menyesatkan, negara Eropa menjadi skeptis.

MOD:Kita masuki tema kedua, yakni kampanye pemilihan Presiden Amerika Serikat. Untuk menghadapi penantangnya dari Partai Demokrat, John Kerry, Presiden Bush dan Partai Republik, menggencarkan kampanye, serta terus mencari kelemahan dan kesalahan yang dilakukan John Kerry selama lebih 20 tahun berkecimpung dibidang politik. Salah salah satu diantaranya dengan melancarkan serangan yang menonjolkan keterkaitan John Kerry dengan Eropa. Isyu yang dilontarkan ini, bagi Partai Republik hendak menunjukkan bahwa John Kerry , bukanlah seratus persen warga Amerika. Tuduhan ini dikomentari harian Rusia ISWESTIJA yang terbit di Moskow. Kami kutip:

SPR:Dari mulut kelompok konservativ, yang memuja patrotisme, dan yang sebagian besar merupakan pemilih partai Republik, sebutan " orang Eropa", seolah merupakan suatu tuduhan, dan dapat dikatakan sebagai kata makian. Sebaliknya Bush , koboi dari dari Texas, dinilai kelompok konservativ sebagai " orang kita", orang Amerika tulen, sampai ketulang sumsumnya. Bila berpatokan kepada apa yang disebut " orang Amerika tulen", maka dalam riwayat hidup Kerry terdapat sejumlah kelemahan. Isteri Kerry, Teresa Heinz, keturunan Portugis. Kemudian, masa kanak-kanak Kerry dilewatkannya di Eropa.Antara lain di Jerman, Norwegia, Swiss dan Perancis. Bukankah hal tersebut, telah menjadikannya sebagai seorang liberal, dan bukan sebagai seorang Amerika tulen.Demikian isyu yang dilontarkan Partai Republik. Tapi John Kerry sebagai calon Presiden dari Partai Demokrat sama sekali merasa tidak perlu bertobat dengan dosa-dosa yang dituduhkan itu.

MOD: Baiklah sekarang kita masuki tema terakhir dalam acara SARI PERS dari SJDW yakni perdebatan mengenai penerimaan Turki sebagai anggota Uni Eropa. Harian Denmark BERLINGSKE TIDENDE yang terbit di Kopenhagen berkomentar:

SPR: Banyak isyarat yang menunjukkan , negara-negara Uni Eropa bulan Desember mendatang akan memutuskan dimulainya perundingan penerimaan keanggotaan Turki. Dengan perspektiv ini, sikap politik mengenainya harus ditunjukkan dengan jelas. Harus dinyatakan dengan tandas, bahwa tidak ada satupun alasan prinsipil yang dapat menjadi perintang diterimanya Turki menjadi anggota Uni Eropa. Alasan utama dari yang menentangnya, mengatakan Turki adalah negara Islam, dengan demikian mempunyai budaya yang lain. Itu merupakan alasan yang omong kosong. Uni Eropa sama sekali bukan proyek Kristen dan tidak dapat didefinisikan seperti itu. Bila dalam pembicaraan penerimaan keanggotaannya semuanya berjalan lancar, Turki akan dapat menjadi jembatan antara dunia barat dan dunia Islam.