1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialAsia

Balada Vaksin COVID-19

Monique Rijkers
Monique Rijkers
31 Juli 2020

Sejauh ini ada dua topik yang mengemuka yaitu Indonesia akan produksi vaksin COVID-19 dan uji coba vaksin COVID-19 di Indonesia. Sebetulnya, Indonesia akan produksi vaksin atau cuma uji coba vaksin di Indonesia?

https://p.dw.com/p/3gAOs
Indonesia: Eijkman Institut uji coba vaksin Corona
Lembaga-lembaga riset termasuk di Indonesia uji coba vaksin COVID-19Foto: Eijkman Institute

Jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia melebihi 100 ribu orang, menewaskan hampir 5000 orang jika mengacu pada data akhir Juli 2020. Dengan kecenderungan angka yang terus naik, vaksin menjadi solusi yang diharapkan banyak orang. Pertengahan Juli 2020 media massa Indonesia memberitakan vaksin COVID-19 yang diproduksi perusahaan Cina Sinovac akan diuji coba di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir menyatakan vaksin Sinovac sudah melewati uji klinis fase I dan II. Jadi, ada Bio Farma dan Sinovac yang akan memproduksi vaksin COVID-19 bernama Vaksin Merah-Putih yang diharapkan membuahkan hasil pada tahun 2021. Produksi vaksin ini menelan biaya 103,7 miliar rupiah dengan alokasi untuk pengembangan vaksin tahap I sampai III dan uji klinis.

Lalu ada pula Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang juga mengeluarkan pernyataan bekerja sama dengan Kalbe Farma dan perusahaan asal Korea Selatan Genexine dan akan melakukan uji klinis pula di Indonesia. Akhir Juni 2020, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengaku ada rencana kerja sama vaksin COVID-19 dengan Uni Emirat Arab yang sudah bermitra dengan China National Biotec Group Sinopharm. Mitra lokal yang akan digandeng di Indonesia adalah Bio Farma.

Untuk vaksin yang berbiaya besar dan butuh riset tahunan, ada tiga rencana produksi vaksin tentu sesuatu yang tidak main-main. Sejauh ini saya berharap ada kerja sama produksi vaksin agar Indonesia tidak sekadar menjadi pasar, apalagi hanya menjadi lokasi uji coba vaksin. Saya pun tidak menolak uji coba vaksin, tentu dengan syarat pemberitahuan yang memadai mengenai dampak dan atas kehendak relawan itu sendiri. Tetapi kerja sama yang mana yang idealnya diprioritaskan pemerintah?

Kerja Sama Bio Farma dan Sinovac

Mengutip situs resmi Sinovac tanggal 13 Juni 2020 dalam rilis pers tertulis, “Seperti yang sebelumnya diumumkan pada 11 Juni 2020, Sinovac bekerja sama dengan Instituto Butantan di Brasil untuk mempersiapkan dan melakukan studi klinis fase III. Pada tanggal 11 Juni 2020, Sinovac menyatakan, “Melalui kolaborasi ini, Instituto Butantan akan mensponsori uji klinis Fase III di Brasil. Ini adalah yang pertama dari serangkaian perjanjian yang diharapkan akan diselesaikan antara para pihak untuk membangun kolaborasi luas yang mencakup perizinan teknologi, otorisasi pasar dan komersialisasi CoronaVac (nama vaksin COVID-19). Dengan cara ini, Instituto Butantan dapat memastikan populasi Brasil memiliki akses ke vaksin ini.

Lalu pada tanggal 6 Juli 2020, Sinovac kembali merillis pernyataan pers sebagai berikut:”Pada tanggal 3 Juli 2020, Badan Regulasi Nasional Brasil, Anvisa, memberikan persetujuan untuk uji klinis fase III yang disponsori oleh Instituto Butantan untuk menguji kemanjuran dan keamanan vaksin COVID-19 tidak aktif yang dikembangkan oleh Sinovac Life Sciences Co., Ltd atau Sinovac LS, anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki di Brasil. Uji coba ini bertujuan untuk menjadi studi penting guna mendukung lisensi produk ini. Studi ini akan merekrut 9000 profesional kesehatan yang bekerja di fasilitas khusus COVID-19 di 12 lokasi klinis di beberapa negara bagian di Brasil. Peserta dijadwalkan untuk mulai bulan ini setelah persetujuan etis diperoleh dari setiap situs klinis.

Blogger Monique Rijkers
Penulis: Monique RijkersFoto: Monique Rijkers

Uji Coba Vaksin di Bandung

Dari tiga rilis pers yang dikeluarkan oleh Sinovac, saya tidak menemukan informasi kerja sama uji coba vaksin dengan Indonesia seperti yang disebutkan oleh Direktur Utama Bio Farma di atas. Saya pun tidak menemukan adanya informasi kerja sama produksi vaksin antara Bio Farma dengan Sinovac, tepatnya tidak disebutkan oleh Sinovac dalam situs resminya. Informasi adanya uji coba vaksin datang dari Indonesia (Bio Farma dan Universitas Padjajaran).

Melalui situs resmi Universitas Padjajaran pada 15 Juli 2020 diinformasikan persiapan uji klinis vaksin COVID-19 asal China yang akan disuntikkan kepada 1.620 relawan di Kota Bandung sesuai prosedur uji klinis vaksin. Ketua Tim Riset Fakultas Kedokteran Unpad Prof.Dr. Kusnandi Rusmil mengatakan uji klinis vaksin akan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian Unpad. Rencananya vaksin COVID-19 akan disuntikkan dua kali ke tubuh relawan selama 14 hari. Relawan akan dipantau selama tujuh bulan dan sudah diasuransikan. 

Tidak ada pernyataan resmi dari Sinovac terkait produksi vaksin dan uji coba vaksin di Indonesia, tentu perlu dijelaskan oleh mitra Sinovac di Indonesia. Dari sisi jumlah, relawan di Brasil yang terlibat pada uji klinis mencapai 9000 orang, sedangkan di Indonesia hanya 1.620 orang. Apakah karena jumlah yang kalah jauh dari Brasil sehingga uji coba vaksin di Indonesia tidak dianggap perlu diinfokan dalam situs resmi Sinovac?

Sementara itu, terkait kerja sama LIPI, Kalbe Farma dan Genexine, merujuk situs resmi Genexine, pada 13 Maret 2020 Genexine memulai pengembangan GX-19 (nama vaksin COVID-19) dengan membentuk konsorsium pengembangan vaksin COVID-19 DNA (Genexin, Binex, Institut Vaksin Internasional, Korea Advanced Institute of Science & Technology (KAIST) dan Universitas Sains dan Teknologi Pohang (POSTECH). Situs resmi Kalbe menyebut akan mengadakan uji coba klinis Juni 2020. Dengan demikian, Kalbe Farma maupun LIPI tidak disebutkan berada dalam konsorsium.

Fokus Mencegah COVID-19

Bisa memproduksi vaksin COVID-19 di dalam negeri tentu sangat baik, tetapi ketika dihadapkan pada sejumlah pilihan, pemerintah tentu tidak bisa coba-coba. Pemerintah Indonesia tak perlu gegabah, kerja sama tumpang tindih atau investasi besar dalam pengadaan atau produksi vaksin COVID-19.

Pemerintah idealnya fokus pada salah satu produsen namun di tahap awal seperti ini, ketika vaksin masih belum terkonfirmasi efektif, tentu lebih bijaksana jika pemerintah memfokuskan pada mencegah penambahan kasus COVID-19. Sebab siapa pun yang berhasil memproduksi Vaksin COVID-19, seluruh negara di dunia akan menggunakan vaksin tersebut.

Soal harga vaksin, Koalisi untuk Inovasi Kesiapan Epidemi (CEPI) dan WHO serta GAVI yang peduli pada imunisasi murah untuk anak membentuk COVAX yang terdiri dari negara-negara yang bersedia mengucurkan dana untuk pembelian vaksin COVID-19. Indonesia jika diperlukan tentu bisa meminta bantuan COVAX demi melawan COVID-19. 

@monique_rijkers adalah wartawan independen, IVLP Alumni, pendiri Hadassah of Indonesia, inisiator Tolerance Film Festival dan inisiator #IAMBRAVEINDONESIA.
 
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis
 
*Bagi komentar Anda dalam kolom di bawah ini.