1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pro Kontra terhadap Kabinet Obama

24 November 2008

Presiden terpilih AS Barack Obama mengumumkan nama-nama calon menteri kunci di kabinetnya, Senin (24/11). Banyak pro kontra mengenainya.

https://p.dw.com/p/G1Nt
Presiden terpilih AS, Barack Obama.
Presiden terpilih AS, Barack Obama.Foto: AP

Mulai muncul suara-suara nyinyir terhadap presiden terpilih Barack Obama. Terutama atas penunjukan posisi-posisi kunci dalam kabinetnya nanti, yang diisi orang-orang lama, khususnya orang-orang dekat atau bekas pejabat di masa pemerintahan Bill Clinton. Para politikus Partai Republik menuduh Obama ingkar terhadap janji perubahan. Namun banyak juga yang justru memuji Obama karena kabinetnya akan dipenuhi orang-orang yang berkompeten. Apakah masa bulan madu Obama sudah berakhir sebelum ia resmi menduduki jabatannya?

New York Times menulis:

"Selamat untuk Hillary dan Bill Clinton. Yang tampaknya telah memenangkan pemilihan presiden, terlepas dari hasil resmi Pemilihan tanggal 4 November".

Harian ini mempertanyakan, apakah Hillary Clinton nantinya akan benar-benar bisa menempatkan diri di bawah Obama, dan mengabdikan diri sepenuhnya untuk suksesnya kepresidenan Obama.

Sementara The Telegraph yang terbit di London menyebut, penunjukan Hillary Clinton banyak dilihat sebagai suatu pengejawantahan istilah merangkul lawan. Namun bisa jadi pandangan itu lebih dipengaruhi oleh pikiran yang menempatkan Hillary Clinton sebagai lawan Obama. Kenyataannya bisa jadi berbeda. Lebih-lebih mereka berasal dari partai yang sama. Dan Clinton memperlihatkan dukungan kuat pada Obama usai Pemilihan Pendahuluan. Ditulis lebih jauh oleh harian konservatif Inggris itu:

Kehidupan politik kita tidak selalu menunjukan terjadinya suatu perujukan bahkan aliansi, sesudah sebelumnya terjadi pertarungan yang keras dan ganas dalam pemilihan, yang bahkan terkadang bisa membekaskan dendam." Ternyata, menurut The Telegraph, Obama dan Clinton sekarang bisa menunjukkannya.

Sementara itu International Herald Tribune, terbitan New York menyorot tantangan yang dihadapi Barack Obama segera, untuk memulihkan kehormatan Amerika di mata dunia. Khususnya dalam mengubah atau berbagai kebijakan Bush yang dianggap keliru besar. Yang sebetulnya merupakan agenda yang dikampanyekannya sejak awal oleh Obama. Misalnya menarik pasukan dari Perang tidak perlu di Irak dan fokus pada perang yang justru penting di Afghanistan. Lalu menutup Penjara Perang Anti Teror Guantanamo, dan melarang praktik penyiksaan dalam memeriksa tahanan.

Dalam tajuknya International Herald Tribune mengakui, semua itu sama sekali tidak mudah. tetapi bisa dilakukan, kendati dengan perlahan-lahan. Ditulis lebih jauh:

Barangkali bahkan terpaksa harus dilakukan sejumlah kompromi, disesuaikan dengan banyak pertimbangan strategis yang bisa diterima. Akan bisa dimengerti bahwa sejumlah kalangan akan menganggapnya jauh dari memuaskan. tetapi penting untuk dicatat, bahwa ini merupakan harga yang harus dibayar oleh pemerintahan Amerika yang tidak kompeten di bawah George Bush, dan perang anti terior yang dilancarkannya secara tidak sah. Inilah harga yang pantas dibayar untuk memulihkan tertib hukum dan nama baik Amerika Serikat sebagai suatu bangsa.

Sementara itu, harian ekonomi yang terbit di London, Financial Times, memuji tim ekonomi pilihan Obama. Disebutkan, tim ekonomi ini tidaklah dibentuk dari orang-orang yang saling bersaing satu sama lain. Melainkan dipenuhi orang-orang handal. sebagai tim yang sangat handal. Financial Times sudah menyatakan pujiannya bahkan sejak judul tajuknya. Yakni "Tim Orang-orang Handal".

Secara khusus koran ini memapar kelebihan Timothy Geithner yang akan diangkat sebagai Menteri Keuangan, dan Lawrence Summer, yang akan diangkat sebagai ketua Dewan ekonomi Nasional. Anggota tim ekonomi lainnya pun dianggapnya merupakan tokoh-tokoh kelas wahid pula, yang kaya pengalaman, luas wawasan dan ahli di bidangnya. Karenanya, dituliskan Financial Times lebih jauh:

Jika pengalaman dan keahlian yang handal merupakan modal untuk menangani krisis ekonomi ini, maka Amerika telah memperoleh dasar yang sangat baik untuk keluar dari masalah. (gg)