1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Presiden Sementara Sri Lanka Menyatakan Kondisi Darurat

18 Juli 2022

Penjabat Presiden Ranil Wickremesinghe mengatakan bahwa kondisi darurat baru diperlukan untuk memadamkan kerusuhan sosial di Sri Lanka, yang juga dicengkeram oleh gejolak ekonomi.

https://p.dw.com/p/4EGW4
Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe
Wickremesinghe dilantik sebagai presiden sementara setelah Gotabaya Rajapaksa melarikan diri dan mengundurkan diri dari jabatannyaFoto: Adnan Abidi/REUTERS

Penjabat Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe telah memberlakukan kondisi darurat, dilansir dari laporan media lokal atas pernyataan resmi pemerintah yang dirilis pada Minggu (17/07) malam.

"Ini hal yang bijaksana untuk dilakukan, demi kepentingan keamanan publik, perlindungan ketertiban umum dan pemeliharaan persediaan serta layanan yang penting bagi kehidupan masyarakat," demikian isi pernyataan tersebut.

Wickremesinghe telah mengumumkan kondisi darurat di Sri Lanka sejak minggu lalu, setelah mantan Presiden Gotabaya Rajapaksa melarikan diri dari negara itu. Sementara aturan yang lebih terperinci untuk saat ini belum diumumkan, kondisi darurat sebelumnya telah digunakan untuk mengerahkan kekuatan militer untuk menangkap dan menahan, menggeledah properti pribadi serta meredam protes para warga Sri Lanka.

Sri Lanka akan memilih presiden barunya minggu ini. Anggota parlemen Sri Lanka akan bersiap memilih beberapa nominasi pada hari Selasa (19/07) mendatang.

Aksi protes warga terhadap presiden sementara Sri Lanka Ranil Wickremesinghe
Kemarahan publik telah memaksa Gotabaya Rajapaksa mengundurkan diri jabatannya di tengah krisis yang melandaFoto: ARUN SANKAR/AFP/Getty Images

Krisis Sri Lanka

Sri Lanka telah berjuang melawan krisis ekonomi dan politik akut di negaranya dalam beberapa bulan terakhir. Negara ini juga sudah mengurangi beberapa barang-barang penting, termasuk makanan, bahan bakar dan obat-obatan demi berjuang di tengah krisis.

Kemarahan publik serta aksi kebencian terhadap kepemimpinan politik di negara tersebut memaksa Mantan Presiden Gotabaya Rajapaksa untuk meninggalkan Sri Lanka dan mengirim surat pengunduran dirinya, yang kemudian diterima oleh parlemen pada hari Jumat (15/07).

Wickremesinghe, yang saat itu tengah menjabat sebagai perdana menteri, akhirnya dilantik sebagai presiden sementara Sri Lanka.

Gejolak politik menunda pembicaraan dengan IMF

Parlemen Sri Lanka telah bertemu pada hari Sabtu (16/07) untuk memulai proses pemilihan presiden baru, serta membahas pengiriman bahan bakar yang tiba sebagai bentuk bantuan kepada negara yang tengah dilanda krisis tersebut.

Sri Lanka telah mengajukan banding ke Dana Moneter Internasional (IMF) perihal bailout negaranya, tetapi kekacauan politik telah menunda diskusi tersebut.

Kepala bank sentral Sri Lanka mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa ekonomi negaranya kemungkinan akan menurun lebih dari 6% di tahun ini.

Setelah Rajapaksa melarikan diri, protes warga di jalanan mulai berkurang. Tetapi masih ada sekitar 500 orang terus menduduki sebagian dari kantor presiden, yang diserbu warga di awal bulan ini.

kp/hp (Reuters, dpa)