1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Presiden Palestina Temui Obama

28 Mei 2009

Pertemuan antara Presiden Obama dan Presiden Abbas Kamis ini (28/05) dapat menjadi cetak biru bagi petemuan Obama dengan Raja Arab Saudi Abdullah di Riyadh dan Presiden Mesir Hosni Mubarak di Kairo pekan depan.

https://p.dw.com/p/HzTI
Obama (kiri) beserta AbbasFoto: picture-alliance/ dpa

Saat Presiden Amerika Serikat Barack Obama bertemu Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu pekan lalu, Obama menegaskan, Israel harus menghentikan pembangunan atau perluasan pemukiman Yahudi untuk memajukan proses perdamaian Timur Tengah. Diplomat AS menilai, kata-kata Obama jauh lebih keras dibandingkan pemerintahan AS sebelumnya.

Hari Minggu lalu (24/05), PM Benyamin Netanyahu menyampaikan pada kabinetnya di Israel bahwa ia tak berencana membangun pemukiman baru. Tapi, menurutnya tak masuk akal untuk menghentikan seluruh pembangunan mengingat pertumbuhan alami warga Yahudi.

Berbeda dengan pendahulunya, sikap Obama sangat tegas dalam hal ini. Posisi Obama kembali ditandaskan Menteri Lar Ngeri AS Hillary Clinton usai pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Mesir Ahmed Abul Gheit. "Kata-kata Presiden Obama sangat jelas saat bertemu Perdana Menteri Netanyahu. Presiden AS menginginkan dihentikannya pemukiman Yahudi. Bukan hanya pemukiman tertentu, bukan hanya pemukiman di kawasan pinggiran, dan tanpa pengecualian pertumbuhan natural. Kami yakin ini mendukung kepentingan dan upaya kami, sehingga kami mendukung dihentikannya perluasan pemukiman."

Menlu AS Clinton dan Menlu Mesir bertemu Presiden Palestina Abbas Rabu kemarin (27/05). Pemerintahan Abbas menolak melanjutkan perundingan dengan pihak Israel, selama Israel tidak mencabut pemblokiran jalan dan menghentikan pembanguan pemukiman Yahudi di wilayah Palestina. Menurut juru runding Palestina, Presiden Abbas akan mengajukan syarat perundingan ini saat bertemu Presiden Obama di Gedung Putih, Kamis ini (28/05).

Abbas didampingi Perdana Menteri Palestina Salam Fayyad yang baru diangkat sumpahnya pekan lalu. Pemerintahan baru Palestina tidak lagi melibatkan faksi berhaluan radikal Hamas, menyusul kegagalan Fatah dan Hamas menyetujui kesepakatan. Gerakan Fatah dan organisasi radikal Hamas tak berhasil mencapai kata sepakat sejak Hamas mendepak Fatah yang setia pada Abbas dari Jalur Gaza, Juni 2007. Sejak saat itu, Hamas yang didukung Iran menguasai Jalur Gaza, sementara Fatah menguasai kawasan Tepi Barat.

Selasa lalu (26/05), media Israel melaporkan, Netanyahu bersedia merombak pemukiman di Tepi Barat. Sebagai imbalan, Netanyahu mengharapkan dukungan AS dalam menghadapi musuh utama Israel, Iran. Walau ini sudah merupakan konsesi pihak Israel, AS tetap berkeras pada pembekuan sama sekali upaya membangun pemukiman Yahudi.

Satu isu lagi yang menyebabkan ketegangan antara Israel dan mitra terpentingnya Amerika Serikat adalah dukungan Obama bagi solusi dua negara, yaitu Israel dan Palestina yang merdeka dan berdaulat hidup berdampingan secara damai. Menjelang pertemuan antara Presiden Obama dan Presiden Palestina Abbas, Netanyahu mengatakan, pihak Palestina pun harus didesak untuk memenuhi komitmennya, antara lain memukul gerakan kaum militan Palestina, sesuai dengan kesepakatan peta jalan perdamaian tahun 2003.

Pertemuan antara Presiden Obama dan Presiden Abbas Kamis ini (28/05) dapat menjadi cetak biru bagi petemuan Obama dengan Raja Arab Saudi Abdullah di Riyadh dan Presiden Mesir Hosni Mubarak di Kairo pekan depan. Obama mengisyaratkan, AS berharap untuk mewujudkan pendekatan antara Israel dan negara-negara Arab yang adalah tetangganya.