1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Presiden Köhler Lawat Nigeria

11 November 2008

Kelimpahan sumber alam tidak otomatis memperkaya rakyat di sebuah negara. Presiden Jerman hendak menunjukkan, betapa pentingnya bila rakyat ikut menikmati kekayaan alam yang dimiliki Nigeria, sebagai negara minyak.

https://p.dw.com/p/Frau
Presiden Jerman Horst Köhler, saat disambut oleh presiden Nigeria, Yar'aduaFoto: picture alliance -dpa

Di Abuja, Presiden Köhler menegaskan, potensi yang dimiliki Nigeria bukanlah sumber minyaknya, melainkan sumber daya manusianya. Untuk mengembangkan hal itu, Nigeria harus membangun infrastrukturnya, terutama di daerah pedesaan. Kata Presiden Köhler selanjutnya: "Dengan demikian para petani dapat membawa produk mereka ke pasar, sehingga pasar-pasar dapat terorganisir dengan baik. Untuk itu, di wilayah-wilayah pedesaan harus pula dibangun sekolah."

Perekonomian Nigeria juga masih sangat tergantung pada minyak. 80 persen pendapatan negara itu datang dari penjualan minyak, tetapi tidak sepenuhnya digunakan untuk kepentingan di dalam negeri. Uang yang dilarikan ke luar negeri dan perdagangan minyak secara ilegal merintangi perkembangan Nigeria.

Presiden Köhler juga mendukung usul dari presiden Nigeria, yang menginginkan agar perdagangan gelap minyak dikecam secara internasional. Terlebih dulu dipertanyakannya: "Kemana perginya minyak yang dicuri dari Delta Niger? Siapa yang menikmati keuntungan? Siapa yang mengolahnya? Berkaitan dengan diskusi mengenai penataan yang lebih baik secara global, semua harus dibuat lebih transparan. Sehingga pencurian minyak semakin sulit."

Nigeria merupakan pemilik sumber gas terbesar di urutan ke tujuh, dan yang paling besar di benua Afrika. Sumber utamanya berada di daerah minyak, Delta Niger. Pada ekplorasi minyak, separuh dari gas yang ikut keluar dibakar. Proses itu merugikan lingkungan dan kesehatan penghuni Delta Niger. Oleh sebab itu bagi Nigeria, presiden Jerman datang membawa proyek yang penting.

Selama kunjungan Presiden Köhler ke Nigeria, perusahaan energi E.On menjalin perjanjian untuk mengurangi pembakaran gas. Dengan teknologi yang dimiliki E.On, gas yang keluar dicairkan dan disalurkan sebagai pelayanan kebutuhan energi di dalam negeri. Bila perlu, mungkin bisa diekspor. Ini merupakan investasi berjumlah milyaran dan bagi presiden Nigeria, itu merupakan bentuk kerjasama yang tidak ada duanya.

Proyek ekonomi lainnya dibawa oleh perusahaan penerbangan Jerman, Lufthansa, yaitu dengan membuka penerbangan langsung ke Nigeria. Selain itu, juga menawarkan penerbangan intern Afrika dalam bentuk joint venture dengan perusahaan penerbangan Nigeria. Lufthansa akan memberikan pula pelatihan terarah bagi para awak pesawat, pengurusan bagasi dan pemeliharaan pesawat.

Kedua perjanjian yang dijalin, bukan hanya menunjukkan kepercayaan presiden dan delegasi ekonomi Jerman pada Nigeria. Hubungan kerjasama yang baik dengan negara besar di tengah-tengah benua Afrika itu sangat penting bagi stabilitas seluruh benua itu. Presiden Köhler mengemukakan selanjutnya: "Adalah demi kepentingan kita bersama, bahwa Nigeria mengalami kemajuan. Problem yang dihadapi sulit dibayangkan. Masyarakat Nigeria terdiri dari banyak kelompok etnis, agama. Ada yang kaya dan miskin, korupsi, termasuk perekonomian yang gagal. Potensi bagi terjadinya konflik sangat besar. Kegoncangan yang dihadapi, disebabkan karena struktur kenegaraan Nigeria tidak memiliki pusat politik yang kuat."
(dgl)