1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Prabowo: Arah Ekonomi Indonesia Salah, Harus Kita "Robah"

Hendra Pasuhuk
13 April 2019

Debat capres yang terakhir putaran kelima digelar di Hotel Sultan, Senayan, Jakarta hari Sabtu (13/4). Prabowo mengatakan arah ekonomi Indonesia sudah menyimpang dari cita-cita kemerdekaan.

https://p.dw.com/p/3Gihn
Indonesien | TV-Debatte der Präsidentschaftskandidaten Widodo und Subianto
Foto: Reuters/W. Kurniawan

Debat capres-cawapres putaran kelima ini adalah debat terakhir sebelum pelaksanaan pemungutan suara di Indonesia pada Rabu, 17 April 2019. Debat  dimulai pada pukul 20.00 WIB. Pada awal debat, pasangan capres dan cawapres masing-masing menyampaikan visi dan misinya.

Ada empat bidang tema yang akan diperdebatkan kali ini dalam enam sesi, yaitu ekonomi & kesejahteraan sosial, keuangan, investasi, dan industri. Debat ini dimoderatori dua jurnalis senior: Balques Manisang dari TVOne dan Tomy Ristanto dari NET TV.

Pengamat sebelumnya mengatakan, debat kali ini akan menjadi debat terpanas, karena kedua pihak akan saling mengadu data-data ekonomi. Sebagai petahana, kubu Jokowi-Amin harus mempertahankan diri dari berbagai serangan yang dilancarkan penantangnya Prabowo-Sandi. Baik Jokowi, Prabowo maupun Sandiaga Uno adalah politisi yang sudah punya pengalaman di bidang ekonomi dan bisnis.

Selama ini, pemerintahan Jokowi selalu menekankan berbagai keberhasilan mereka dalam pembangunan infrastruktur, sementara Prabowo berulangkali mengeritik tingginya utang, besarnya impor dan lemahnya nilai tukar Rupiah.

Penyampaian Visi dan Misi

Pasangan Prabowo-Sandi mendapat giliran pertama menyampaikan visi dan misi. Di kalimat pembuka, Prabowo langsung mengatakan bahwa politik ekonomi Indonesia "berada di arah yang salah". Dia mengatakan Indonesia sudah "menyimpang" dari cita-cita kemerdekaan, dan sudah mengalami "deindustrialisasi". "Ini yang harus kita robah (red:ubah)", tandasnya Prabowo. Sandiaga Uno menambahkan,  banyak emak-emak dan ibu-ibu yang sekarang kewalahan dengan harga bahan pokok yang tinggi.

Jokowi menimpali, perekonomian tidak hanya soal pertumbuhan, karena pertumbuhan ekonomi tanpa pemerataan menunjukkan ketimpangan dan ketidakadilan. Itu sebabnya pemerintahannya sekarang membangun infrastruktur di luar Jawa. "Tidak Jawa sentris", tukasnya. Selain itu Jokowi menekankan pentingnya kemandirian dan memberi contoh bagaimana pemerintahnya berusaha menguasai blok Mahakam dan Freeport. Pada sesi ini Ma'ruf Amin tidak menambahkan apa-apa.

Hal-hal yang disampaikan Jokowi, termasuk kartu-kartu "sakti" yang akan dikeluarkan, sudah sering disampaikan dalam berbagai forum dan dalam debat-debat sebelumnya.

Tim panelis dari ilmuwan sampai pegiat sosial

KPU sebelumnya telah menetapkan sepuluh panelis, yang terdiri dari para pakar dan kalangan pengamat kebijakan ekonomi dan sosial. Mereka adalah:

1. Rektor Universitas Airlangga, Prof Muhammad Nasih

2. Direktur Eksekutif Indonesia for Global Justice (IGJ), Rahmi Hertanti.

3. Guru Besar FEB Universitas Tanjungpura, Prof Eddy Suratman

4. Dosen FEB UIN Syarif Hidayatullah, Dr Muhammad Arief Mufraini

5. Dekan FEB Universitas Diponegoro, Dr Suhartono

6. Dekan FEB Universitas Sam Ratulangi, Dr Herman Karamoy

7. Dekan FEB Universitas Udayana, Dr I Nyoman Mahaendra Yasa SE MSi

8. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Dr Harif Amali Riva'i

9. Guru Besar ITB, Prof Dr Ir Dermawan Wibisono

10. Dosen Community Development Unika Soegijapranata Semarang, Tukiman Taruno Sayoga PhD.