1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Prabhakaran Tewas. Konflik di Sri Lanka Berakhir?

19 Mei 2009

Setelah berlangsung sekitar 25 tahun perang saudara di Sri Lanka kini tampaknya hampir berakhir. Menurut keterangan militer, pemimpin pemberontak, Velupillai Prabhakaran tewas saat melarikan diri Senin (18/05).

https://p.dw.com/p/Ht1z
Velupillai Prabhakaran (02/2009)Foto: AP

Suara Perdana Menteri Ratnasiri Wickremanayaki hampir melengking ketika ia membenarkan laporan tewasnya pemimpin pemberontak LTTE Velupillai Prabhakaran. Die jalan-jalan rakyat Sri Lanka menyambut gembira tewasnya Prabhakaran.

Akhir pekan lalu, ketika Presiden Mahinda Rajapakse mengumumkan kemenangan militer atas Gerakan Pembebasan Macan Tamil Eelam LTTE orang-orang menari-nari di jalan-jalan ibukota Colombo. Mereka juga membagi-bagikan mangkuk-mangkuk berisi nasi manis kepada tentara. Seorang perempuan muda berkata: "Saya sangat senang. Kami sudah menunggu begitu lama. Saya hidup dengan perang ini sejak saya lahir."

Tinggal Masalah Waktu

Sri Lanka Bürgerkrieg
Tentara Sri Lanka berpatroli sambil melindungi warga sipil Tamil (22/04)

Sementara itu seorang supir taksi menghiasi mobilnya dengan bendera nasional. Ia berkata, "Seluruh dunia selalu berkata, orang tidak mungkin mengalahkan terorisme. Kami semua juga berpikir begitu. Sekarang kami sangat berterimakasih kepada presiden dan militer kami. Sekarang kami dan generasi selanjutnya bisa hidup dengan bahagia dan dalam perdamaian. Perang sudah berakhir."

Akhir pertempuran di kawasan hutan kini tinggal masalah waktu saja. Demikian dikatakan pasukan pemerintah Sabtu lalu (16/05). Ditambahkan juga, pejuang LTTE harus menyerah atau bunuh diri.

Seluruh Pimpinan LTTE Tewas

Sri Lanka Präsident Mahinda Rajapaksa verkündet Sieg gegen Rebellen
Rakyat sambut baik pernyataan kemenangan militer atas LTTEFoto: AP

Militer berhasil mengepung pemimpin pemberontak Veluppillai Prabhakaran bersama 200 anggota LTTE di sebuah kawasan hutan di Sri Lanka timur laut. Demikian keterangan militer.

Dalam pertempuran Prabhakaran kemudian ditembak mati tentara pemerintah. Menurut keterangan militer, seluruh pimpinan LTTE juga tewas bersama Prabhakaran, demikian halnya dengan putranya. Situs internet TamilNet yang berhubungan erat dengan LTTE menyebut aksi militer itu pembantaian pasukan pemerintah.

Pendiri LTTE

Sri Lanka LTTE Führer Velupillai Prabhakaran Tamilen Tiger
Prabhakaran dan beberapa anggota LTTE (26/03/07)Foto: AP

Veluppillai Prabhakaran yang berusia 55 tahun jarang menampakkan diri di depan umum. Ia mendirikan gerakan pemberontak Macan Tamil atau LTTE, yang asalnya organisasi remaja, tahun 1976 lalu. Awal tahun 80 an lalu Macan Tamil mulai mengadakan perlawanan bersenjata. Tujuan LTTE adalah mendirikan negara sendiri di Sri Lanka timur laug, bagi warga minoritas Tamil yang didiskriminasi.

Prabhakaran memperluas LTTE secara sistematis menjadi pasukan gerilya yang ditakuti. LTTE bahkan mempunyai pasukan marinir dan angkatan udara sendiri. Dulu Prabhakaran sempat mengepalai 15.000 tentara yang selama bertahun-tahun berhasil menguasai wilayah yang luas di negara pulau Sri Lanka.

Ayah dari tiga anak itu tidak mentolerir protes dari kalangan sendiri. Prabhakaran memerintahkan pembunuhan semua lawan politiknya dan mengorganisir serangan bunuh diri yang dilakukan baik oleh pria maupun wanita. Oleh sebab itu tahun 2006 lalu Uni Eropa menyatakan LTTE organisasi teror.

Konflik antara Tamil dan Sinhala

Bürgerkrieg in Sri Lanka Flüchtlinge
Seorang tentara Sri Lanka memberi minum kepada anak pengungsi Tamil (21/04)Foto: AP

Dengan perasaan puas Presiden Mahinda Rajapakse menyatakan kemenangan militer akhir pekan lalu, setelah perang saudara berlangsung seperempat abad. Tetapi Rajapakse belum memberikan konsep politik, untuk mengakhiri konflik antara warga mayoritas Sinhala dan minoritas Tamil.

Konflik tersebut sudah berlangsung sejak kemerdekaan Sri Lanka 1948 lalu. Sekarang, saat warga Sinhala merayakan tewasnya Prabhakaran, sekitar 250.000 warga sipil Tamil menderita di kamp-kamp pengungsi milik pemerintah, yang dibatasi dengan kawat berduri.

Sandra Petersmann / Marjory Linardy

Editor: Dyan Kostermans