1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Politik Obama Prioritaskan Keamanan

as2 Desember 2008

Pengangkatan Hillary Clinton menjadi menteri luar negeri, dan mempertahankan menteri pertahanan Robert Gates pada jabatannya, merupakan pertanda presiden baru masih memprioritaskan tema keamanan.

https://p.dw.com/p/G7jj
Barack Obama dan Hillary Rodham Clinton, akan menggerakkan politik keamanan dan luar negeri baru AS.Foto: AP

Keputusan presiden AS terpilih Barack Obama untuk mengangkat tim kabinet intinya, yakni menteri luar negeri, menteri pertahanan dan penasehat keamanan nasional, menjadi tema sorotan dalam tajuk sejumlah harian internasional.

Harian liberal kiri Inggris The Independent yang terbit di London dalam tajuknya berkomentar :

Obama memberikan isyarat kepada dunia, hendak membangun kembali jembatan kepada aliansinya yang dihancurkan pendahulunya. Obama juga memberikan jaminan kepada Kongres, sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata mendatang, ia akan bekerjasama dengan para pakar dari kalangan pemerintahan, dan tidak merekrut tokoh-tokoh baru yang berhaluan ekstrim. Hal ini dapat mengecewakan para pendukungnya di Timur Tengah atau di belahan lain dunia, yang mengharapkan presiden kulit hitam pertama di AS, melancarkan perubahan drastis di bidang politik dalam dan luar negeri.

Sementara harian Italia La Repubblica yang terbit di Roma berkomentar.

Barack Obama menyusun sebuah tim yang amat kuat. Ini merupakan tim menteri utama dalam kabinetnya, yang dapat menciptakan sukses besar. Akan tetapi juga dengan gabungan personal yang amat kuat, dapat memicu bahaya terjadinya sengketa intern besar. Kita jangan lupa, dalam tim Obama juga terdapat wakil presiden Joe Biden, seorang tokoh berpengalaman dalam politik luar negeri. Biden dipastikan tidak akan bungkam dalam tema ini. Berkaitan dengan terobosan dari politik masalalu, Obama juga memilih tokoh politik yang amat mengerti jalan pikirannya, terutama Eric Holder, menteri kehakiman berkulit hitam pertama di AS.

Harian liberal Swedia Dagens Nyheter yang terbit di Stockholm berkomentar :

Dengan mengangkat Hillary Clinton sebagai menteri luar negeri, Obama menghendaki perubahan haluandalam politik luar negeri AS. Dunia mungkin akan menyaksikan, sebuah AS yang lebih aktif di bidang-bidang yang memang memerlukannya. Misalnya dalam penghentian genosida atau serangan pembunuhan massal lainnya. Di lain pihak, Irak merupakan kasus istimewa. Sebab di wilayah ini, sikap pasif AS justru akan menimbulkan masalah lebih besar, bukan sebaliknya. Dunia memerlukan AS baru yang lebih peduli. Pemicunya, pemerintahan Bush menyebabkan rusaknya citra AS secara permanen di panggung politik internasional.

Terakhir harian Swiss Tages-Anzeiger yang terbit di Zürich berkomentar :

Dalam trio personal inti kabinet mendatang, Hillary Clinton ibaratnya kartu truf yang sekaligus juga kartu risiko. Sebagai kartu truf kelima dalam permainan poker Obama, Hillary Clinton terlebih dahulu harus mampu menunjukkan kehandalannya. Sebab kartu truf keempat, yakni suami Hillary, mantan presiden Bill Clinton masih tetap tidak dapat dikuasai oleh Obama. Apakah nantinya Bill Clinton yang saat ini menjalankan politik luar negeri pribadinya, akan menuruti aturan main pemerintahan Obama, saat ini samasekali tidak dapat diramalkan.