1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PM Thailand Akui Perlakuan Kejam terhadap Pengungsi Rohingya

13 Februari 2009

Setelah beberapa kali militer membantah, PM Thailand kini mengakui bahwa aparat negeri itu berlaku kejam terhadap manusia perahu dari Myanmar.

https://p.dw.com/p/GtTW
Etnis Rohingya di kamp pengungsi di Bangladesh (arsip foto)Foto: DW

Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva mengakui bahwa pihak berwenang menarik perahu berisi pengungsi Rohingya kembali ke tengah laut dan meninggalkan mereka di sana agar mereka tiba di wilayah lain. Pernyataan ini bertolak belakang dengan bantahan sebelumnya dari militer Thailand bahwa telah terjadi perlakuan kejam terhadap pengungsi Rohingya.

Meski begitu, Abhisit mengatakan bahwa para pengungsi tidak ditelantarkan begitu saja.

Dalam wawancara yang disiarkan CNN Jumat ini (13/02) Abhisit mengatakan, "Saya yakin pada saat banyak tekanan ketika sejumlah besar orang-orang ini tiba, ada upaya untuk membiarkan mereka hanyut ke pantai yang lain. Saya sudah menanyakan apakah orang-orang menyadari adanya praktik semacam ini. Satu hal yang jelas, ketika praktik-praktik semacam ini terjadi, itu dilakukan dengan pemahaman bahwa mereka memiliki cukup persedian makanan dan air."

Bulan lalu perdana menteri Thailand memerintahkan investigasi terhadap tuduhan bahwa hampir 1000 pengungsi Rohingya diseret ke tengah laut dalam 30 perahu tanpa mesin dan persediaan makanan mencukupi, pada Desember 2008. Perlakuan kejam personil angkatan laut Thailand terungkap setelah ribuan manusia perahu Rohingya diselamatkan di perairan Indonesia dan India. Sampai kini, sekitar 500 pengungsi Rohingya lainnya yang ditinggalkan di tengah laut masih belum ditemukan dan dikuatirkan tenggelam. PM Thailand Abhisit Vejjajiva mengatakan, ia tak bisa menunjuk pihak mana dalam pemerintahan yang menyetujui praktik seperti itu.

"Masih belum jelas betul siapa yang melakukan ini. Semua pihak yang berwenang mengatakan itu bukan kebijakan mereka. Tetapi saya punya alasan untuk mempercayai bahwa kejadian-kejadian ini betul terjadi. Dan jika saya mendapat bukti siapa persisnya yang melakukan, saya tentu akan menyuruh mereka mempertanggungjawabkannya", kata Abhisit.

Etnis Rohingya ditolak untuk mendapatkan kewarganegaraan di Myanmar dan Bangladesh. Junta militer yang memerintah Myanmar mengklaim minoritas Muslim tersebut berasal dari Bangladesh. Karena penyiksaan, tidak mendapat peluang bekerja dan disangkal haknya untuk memiliki tanah sendiri di Myanmar, ratusan ribu warga Rohingya lari ke Bangladesh, di sana mereka hidup dalam kamp-kamp pengungsi. Ribuan pria etnis Rohingya membayar penyelundup untuk membawa mereka ke Thailand dan Malaysia guna mencari pekerjaan. Karena bukan pelarian politik, pemerintah Thailand mengatakan, mereka tidak bisa tinggal di Thailand. Setelah proses di pengadilan, yang menentukan bahwa mereka adalah pendatang gelap, para pengungsi akan dikembalikan ke negara asal.

Perdana menteri Thailand kini memerintahkan, jika kelak ada pengungsi Ronhingya yang tiba di wilayah Thailand, mereka harus diproses di pengadilan dan tidak langsung dipaksa kembali ke laut terbuka.

Pemerintah Thailand mengusulkan pembicaraan antara negara-negara terkait, Bangladesh, India, Indonesia, Malaysia, Myanmar dan Thailand, untuk mencari solusi jangka panjang bagi masalah pengungsi. Persoalan manusia perahu Rohingya juga akan didiskusikan dalam KTT ASEAN di Bangkok, akhir Februari. (rp)