1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PM Theresa May: Penolakan Tawaran UE Berarti Kekacauan

10 Desember 2018

Parlemen Inggris hari Selasa (11/12) akan memutuskan rancangan kesepekatan Brexit dari Uni Eropa. Tapi hingga kini, mayoritas anggota dewan menyatakan menolak rancangan itu.

https://p.dw.com/p/39oKq
Großbritannien | Theresa May im House of Commons
Foto: picture-alliance/dpa/empics/Pa Wire

Perdana Menteri Inggris Theresa May berjuang mempertahankan rancangan tentang prosedur Brexit yang telah dia sepakati dengan Uni Eropa. Jika rancangan itu ditolak, "ada risiko sangat nyata bahwa Brexit tidak terjadi" atau akan ada pemilu baru.

Setelah perudingan alot, Theresa May dan para pemimpin Uni Eropa bulan lalu akhirnya mencapai kesepakatan soal prosedur keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Namun ksepakatan itu masih harus disetujui oleh parlemen di London.

Hingga saat ini, Partai Buruh yang beroposisi menolak kesepakatan itu karena menganggapnya terlalu menjauhkan Inggris dari Uni Eropa. Sedangkan partai Persatuan Demokrat Irlandia Utara DUP menolaknya dengan alasan Theresa May terlalu lunak dan terlalu menguntungkan Uni Eropa. Beberapa anggota partai Theresa May sendiri secara terbuka  menyatakan akan menolak rancangan kesepakatan itu. Setelah berdebat lima hari, parlemen akan mengambil keputusan hari Selasa (11/12) besok.

Großbritannien London - Demonstranten bei der "Brexit Betrayal Rally"
Unjuk rasa di London menentang kesepakatan Brexit dengan Uni Eropa , 9 Desember 2018Foto: picture-alliance/Photoshot

Situasi tidak pasti

Masih belum jelas, apa yang akan terjadi jika parlemen di London menolak rancangan kesepakatan setebal hampuir 600 halaman itu. Kepada surat kabar "Mail on Sunday" Theresa May mengatakan, Inggris "benar-benar akan berada di air keruh" jika kesepakatan Brexit tidak diterima. Perundingan intensif antara Inggris dan Uni Eropa sudah berlangsung dua tahun. Jika tidak ada kesepakatan yang disetujui, Inggris harus meninggalkan Uni Eropa tepat tanggal 29 Maret 2018.

Kegagalan kesepakatan Brexit  akan berarti "ketidakpastian besar bagi negara (Inggris), dengan risiko nyata bahwa Brexit bisa batal, atau berlangsung tanpa kesepakatan sama sekali, kata Theresa May.

Dia juga memperingatkan, jika partai konservatif tidak mendukugnya, pemerintah bisa tumbang dan kemungkinan Partai Buruh di bawah pimpinan Jeremy Corbyn mengambil alih kekuasaan.

Uni Eropa: Tidak ada negosiasi ulang

Para pejabat Uni Eropa berulangkali menegaskan, tidak akan ada perundingan kedua bagi Inggris. Kesepakatan yang dibawa Theresa May dari Brussels adalah "penawaran final". Presiden Dewan Eropa Donald Tusk hari Minggu mengatakan, dia telah berbicara dengan Theresa May melalui telepon sebelum memasuki "minggu penting untuk nasib Brexit."

Anggota parlemen pro Brexit berpendapat kesepakatan itu mengikat Inggris terlalu dekat dengan Uni Eropa, sementara mereka yang lebih pro Eropa mengatakan kesepakatan itu menciptakan hambatan besar antara Inggris dan mitra dagang terbesarnya, dan membuat masa depan Inggris penuh ketidakpastian.

Hal lain yang menjadi batu sandungan adalah apa yang disebut "backstop", sebuah ketentuan yang dirancang untuk menjaga agar perbatasan antara Republik Irlandia, yang anggota Uni Eropa, dan Irlandia Utara yang dikuasai Inggris, tetap terbuka.

Pada hari Minggu (9/12), polisi anti huru-hara dikerahkan di London untuk memisahkan ribuan pengunjuk rasa pro-Brexit dan para demonstran pro-Uni Eropa.

hp/yf (rtr, afp, ap)