1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Plagiarisme Marak di Jerman

28 Juni 2007

"Menulis karya ilmiah tanpa harus repot-repot mengadakan penelitian? Gampang, cari saja di Google." Begitulah yang kini marak di Jerman. Bagaimana menghalau plagiarisme?

https://p.dw.com/p/CIry

Semester musim panas tahun 2001 Profesor Media dan Informatika Sekolah Tinggi Teknik dan Ekonomi Berlin Debora Weber-Wulff menugaskan mahasiswanya untuk membuat karya tulis sebagai pengganti ujian. Ternyata, dalam 12 makalah dari 34 mahasiswanya terdapat beberapa paragraf kutipan yang tidak mencantumkan sumbernya. Weber-Wulff juga menemukan sebuah makalah yang seluruhnya diambil dari situs www.hausarbeiten.de, hanya namanya saja yang diubah menjadi nama si mahasiswa. Situs internet itu merupakan situs publikasi karya-karya ilmiah yang disusun oleh mahasiswa dan peneliti muda di Jerman.

Sejak saat itu, Profesor Weber-Wulff memburu plagiat karya ilmiah. Banyak orang yang tidak memahami bagaimana mengutip dapat menjadi menjiplak:

“Ada beberapa definisi berbeda mengenai plagiarisme. Ada juga yang mendefinisikannya dengan: menyalin dari satu buku disebut plagiat, menyalin dari dua buku disebut sebuah esai, dari tiga buku disebut kompilasi dan menyalin dari emapt buku disebut disertasi. Tidak mudah menyimpulkan definisi plagiat. Tapi yang jelas, jika menyalin mentah-mentah, itu disebut plagiarisme. Saya ingin menegaskan lagi, plagiarisme itu seperti pria dengan kepala botak, jika dia botak, maka kelihatan jelas. Jika dia tidak botak, itu juga jelas. Dan jika berada di tingkat peralihan, itu yang harus kita bicarakan.”

Tidak ada yang tahu pasti seberapa banyak aksi penjiplakan karya ilmiah di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi di Jerman. Hanya beberapa aksi penjiplakan yang berhasil terbongkar. Sarjana Ilmu Politik Sarah Knoop misalnya, mengadakan survei mengenai plagiarisme pada mahasiswa dan dosen Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Münster. Survei tersebut dijadikan skripsi yang berjudul “Plagiarisme dengan Internet”. Hasilnya mengejutkan, sebagian besar siswa sekolah dan mahasiswa pernah mengutip tulisan tanpa menyebutkan sumbernya. Tapi apakah aksi ini semakin merajalela dengan adanya internet, Profesor Weber Wulff juga tidak mengetahuinya dengan persis:

“Plagiarisme tidak dapat dihitung, karena tidak tahu seberapa banyak plagiator yang tidak pernah ketahuan. Jadi tidak bisa dikatakan, apakah plagiarisme makin sedikit atau makin banyak. Tapi bisa dibilang sekarang lebih mudah bagi kami para dosen untuk memburu plagiator, yang hanya menyalin sebuah tulisan dan meletakkannya di tengah karya ilmiahnya. Dengan mudah kami cari kalimat serupa di Google atau mesin pencari lainnya. Jika beruntung, kami temukan sumber aslinya.”

Salah satu sumber yang sering dijiplak, yang sebetulnya dipertanyakan keaslian sumbernya adalah ensiklopedia online Wikipedia. Setiap orang dapat menulis di Wikipedia, demikian dikatakan Weber-Wulff. Ditambahkannya, Wikipedia tidak bisa dijadikan sumber karya ilmiah karena keakuratan isi tulisannya belum diuji secara ilmiah.

Di Jerman, terdapat situs www.hausarbeiten.de yang memuat seluruh hasil makalah ilmiah mahasiswa dan peneliti muda di Jerman. Setiap orang dapat memuat karyanya di situs ini. Saat ini terdapat lebih dari 60 ribu karya tulis ilmiah dari 400 bidang studi. Orang dapat saja mengutip sebagian kecil isi karya ilmiah yang dimuat di situs itu, tapi tidak boleh disalin begitu saja, begitu dikatakan Profesor Weber-Wulff.

Perusahaan piranti lunak Jerman Mediaphor mengembangkan piranti lunak Plagiarisme-Finder untuk mendeteksi apakah suatu tulisan merupakan hasil plagiat dan menemukan sumber aslinya di internet. Menurut Mediaphor, saat ini sekitar seribu institusi pendidikan seperti sekolah menengah dan perguruan tinggi di Jerman sudah menggunakan Plagiarism-Finder. Tapi Profesor Weber-Wulff juga menemukan kekurangan piranti lunak ini:

„Piranti lunak ini memiliki banyak kekurangan, punya kesulitan untuk mengenali beberapa karya plagiat. Plagiarisme dengan menerjemahkan dari teks asli juga tidak bisa dideteksi. Dan salinan tulisan yang dibeli dari bank data juga tidak bisa ditemukan. Dan menurut saya ini merupakan suatu pembodohan jika mengatakan pada umum, 18,6 persen karya ini merupakan hasil plagiat. Apa yang dimaksud plagiarisme dalam hal ini? Apakah terdapat huruf, kata-kata, atau kalima-kalimat yang sama? Ketepatannya masih diragukan.“