1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pidato Politik Timur Tengah Obama

Andriani Nangoy20 Mei 2011

Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyampaikan pidato terkait haluan politiknya di Timur Tengah dan kawasan Arab lainnya.

https://p.dw.com/p/11Kcm
Presiden AS Barack Obama menyampaikan pidatonya terkait haluan politik di Timur Tengah dan kawasan Arab lainnyaFoto: AP

Dalam tajuknya harian konservatif Spanyol Corriere della Sera menulis:

„Dalam pidatonya Presiden AS Barack Obama tidak perlu menghidupkan istilah seperti „harapan dan perubahan“ dalam upaya negara Arab meraih kehidupan baru. Baginya sudah tidak mungkin lagi membela status quo, hanya karena takut, proses perubahan yang terjadi di kawasan yang sedang mengalaminya dapat mengakibatkan ketidakstabilan. Ini berlaku baik bagi kawasan yang sedang mengalami „musim semi Arab“ maupun wilayah perbatasan Israel dan kawasan yang didudukinya. Obama menyadari betul risikonya. Dalam rencana untuk masa depan, tidak ada yang aman maupun haluan jelas."

Harian Swiss Neue Züricher Zeitung juga memberi komentarnya terkait strategi Timur Tengah Obama. Harian itu menulis:

"Pengunduran diri utusan khusus AS untuk Timur Tengah George Mitchell baru-baru ini menandakan, bahwa dengan pragmatisme saja AS ternyata tidak berhasil sebagai perantara dalam konflik Palestina. Dalam pertikaian tanah suci tidak ada ada istilah "memberi dan menerima". Pembangunan pemukiman warga Yahudi di Tepi Barat Yordan masih berlanjut dan semakin mempersulit harapan terbentuknya negara Palestina. Perlu lebih banyak lagi untuk mengakhiri kemandekan perundingan perdamaian Israel-Palestina. Perubahan di Arab tidak akan cukup untuk mencapai solusi dalam soal Palestina. Pidato Obama sebenarnya merupakan kesempatan baik bagi AS untuk mulai memainkan peranan baru sebagai perantara dengan lebih jujur. Namun, kesempatan ini dilewatkan begitu saja."

Kemudian harian Perancis Ouest-France menulis:

"Obama sebenarnya hanya mengusulkan sebuah rangka yang mendukung dan mendampingi musim semi Arab. Ia tidak mengusulkan sebuah doktrin. Obama mengatakan, tidak akan ada yang dapat menghalangi perubahan di Arab."

Tema lain yang juga menjadi sorotan media internasional adalah skandal seks mantan direktur IMF Dominique Strauss-Kahn. Harian konservatif Perancis La Figaro menulis:

"Mengingat Eropa sedang menghadapi krisis Euro, kebulatan tekad Uni Eropa untuk mencarikan orang Eropa sebagai pengganti Strauss-Kahn, dapat dipahami. Situasi di Eropa menuntut kejelian memahami mekanisme UE dan politik lokal dengan baik. Ini masuk akal, karena seorang petinggi Eropa lebih memahami tema-tema pelik di Eropa ketimbang orang Asia atau Amerika Latin. Dan sudah bukan merupakan rahasia besar lagi, bahwa Menteri Keuangan Perancis Christine Lagarde sangat mengenal tema-tema politik lokal Eropa dan tema IMF lainnya. Semua berpendapat, profil Lagarde sangat cocok untuk jabatan tersebut."

Dan terakhir harian Belanda de Volkskrant menulis:

"Sebenarnya jika jabatan direktur IMF kembali diisi orang Eropa, lembaga yang beranggotakan 187 negara itu terancam menjadi instansi yang anakronis. Tetapi krisis Euro membuat situasinya berubah. Untuk mengatasi krisis keuangannya, telah dicanangkan program termahal bagi Eropa. Bersama Yunani, Portugal dan Irlandia telah dilakukan perundingan yang sangat kompleks. Sebuah permainan, dimana keunggulan berunding Straus-Kahn berunding memainkan peranan penting. Ia berbicara setara dengan Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Perancis Nikolas Sarkozy. Dan, ia punya kepekaan dalam masalah politik Eropa. Kemampuan seperti ini yang diharapkan."

AN/HP/dpa/afpd