1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

040609 obama 4 kairoer rede

5 Juni 2009

Hari Kamis (4.6) di Universitas Kairo, Presiden AS, Barack Obama dalam pidatonya mengusung nilai kemanusiaan dan berbicara kepada umat Islam secara global.

https://p.dw.com/p/I3jG
"Akhiri lingkaran kecurigaan dan sengketa", begitu Presiden AS Barack Obama dalam pidatonya di Universitas Kairo, 4 Juni 2009.Foto: AP

“I am also proud to carry with me the goodwill of the American people, and a greeting of peace from Muslim communities in my country: assalaamu alaykum.”

Hadirin menyambut pidato Presiden Amerika Serikat, Barack Obama di Universitas Kairo dengan hangat pada hari Kamis. Bukan saja karena pengakuan dan rasa hormat yang diungkapkannya untuk sejarah, budaya dan inovasi yang digulirkan Islam. Tapi juga karena Presiden Obama yang menyampaikan salam dari masyarakat Islam-Amerika itu, dengan terbuka menyatakan kesadaran bahwa satu pidatonya ini tak akan bisa menghapus rasa curiga dan tidak percaya yang sudah tumbuh selama bertahun-tahun.

Namun tegasnya, untuk bisa melangkah kedepan masing-masing pihak harus terbuka, dan terus menerus berusaha untuk mendengarkan satu sama lain, belajar dari pihak lainnya, saling menghormati dan mencari kesamaan di pihak lainnya.

Mengutip Al Qur'an, Obama menyatakan, "Seperti diserukan oleh Al Qur'an, sadarilah keberadaan Allah dan selalu katakan yang sebenarnya. Itulah yang akan saya coba, menyatakan yang sebenarnya sejauh kemampuan saya, menghadapi tugas kami dengan rendah hati, dan dengan keyakinan besar bahwa kepentingan bersama kita sebagai manusia jauh lebih kuat daripada kekuatan-kekuatan yang sengaja memisahkan kita.”

Seperti dalam beberapa pidato sebelumnya, Presiden Obama menceritakan pengalamannya dengan Islam, masa kanak-kanaknya di Indonesia, keluarga ayahnya di Kenya serta para kenalannya di Amerika Serikat yang menemukan harkat dan rasa damai dengan memeluk agama Islam.

Selain merinci kesamaan nilai yang dimiliki umat Islam dan warga Amerika Serikat, dalam pidato selama hampir satu jam itu, Obama mengupas sejumlah isu secara khusus. Perang melawan terorisme, konflik Palestina dan Israel serta kesepakatan anti nuklir merupakan tiga diantaranya. Ia juga menguraikan kebijakan baru Amerika Serikat untuk Afghanistan dan Pakistan, serta penarikan seluruh pasukan Amerika Serikat dari Irak.

Ia jelaskan, "Amerika memiliki tanggung jawab ganda: membantu Irak menuju masa depan yang lebih baik dan membiarkan warga Irak untuk mengelola negaranya sendiri. Telah saya tegaskan, bahwa Amerika tidak ingin menancapkan kaki di Irak, kami tidak membangun markas dan juga tidak ingin mengambil wilayah maupun sumber alamnya. Irak adalah negara yang berkedaulatan penuh.”

Dikatakanya, Amerika Serikat telah belajar dari pengalaman dan menyadari perlunya dukungan internasional untuk bertindak, serta pentingnya mengutamakan jalan diplomasi.

Terkait dengan konflik Israel-Palestina, Presiden Obama menegaskan tuntutan akan solusi dua negara. Ia menyentuh derita warga Palestina yang selama 60 tahun terpaksa hidup di kamp-kamp pengungsi karena terusir dari tanahnya. Obama berjanji:"Amerika Serikat tidak akan berpaling dari keinginan Palestina untuk memiliki martabat, peluang dan negara sendiri“. Bersamaan dengan itu, Presiden Obama juga menegaskan hak eksistensi Israel.

Berbicara tentang demokrasi, Presiden AS itu menyatakan keyakinannya, bahwa setiap orang menginginkan hak-hak azasi mereka dipenuhi, dan bukan penguasa atau pihak lain yang justru mencuri dari mereka.

Kini Presiden Amerika Serikat Barack Obama sudah tiba di Dresden untuk peringatan perang dunia kedua di sebuah kamp konsentrasi Nazi, Buchenwald, serta peringatan mendaratnya pasukan sekutu di Normandi, Perancis.

Dirangkum: Edith Koesoemawiria

Editor: Dewi Gunawan