1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perusahaan Singapura NOL Berencana Beli Hapag-Lloyd

29 Agustus 2008

Perusahaan pelayaran Singapura Neptune Orient Lines tertarik untuk membeli perusahaan logistik laut, Hapag Lloyd. Hingga akhir September ini, pemilik Hapag Lloyd, perusahaan Jerman TUI, memutuskan pembelinya.

https://p.dw.com/p/F7Ht
Kontainer Hapag-Lloyd sedang diangkat di pelabuhan Rostock, Jerman.
Kontainer Hapag-Lloyd sedang diangkat di pelabuhan Rostock, Jerman.Foto: dpa

Bagi perusahaan pelayaran Singapura, Neptune Orient Lines NOL, akuisisi Hapag Lloyd yang merupakan anak perusahaan Jerman TUI, adalah strategi penting. Di bidang usaha pelayaran, ukuran perusahaan memegang peranan, demikian dikatakan direktur utama NOL, Ron Widdows. Bersama Hapag Lloyd, NOL dapat menjadi perusahaan terkuat dalam bisnis kargo laut yang penuh persaingan ketat.

“Industri ini memperhatikan ukuran. Ukuran menentukan efektivitas biaya dan kemampuan bersaing. Jika dua perusahaan besar digabungkan, yang termasuk dalam sepuluh besar di bidang pelayaran, perusahaan itu akan menjadi sangat kuat dan tidak dapat disaingi oleh perusahaan mana pun yang berusaha sendirian,“ kata Widdows.

Neptune Orient Lines NOL merupakan salah satu perusahaan pelayaran terbesar di dunia dan menguasai pasar bisnis kontainer logistik. Bersama dengan anak perusahaannya, American President Lines APL, NOL menguasai hampir semua rute penting kapal logistik, terutama di wilayah Asia Pasifik dan Eropa.

Selain NOL, perusahaan logistik dari Hamburg, Kühne, juga menyatakan tertarik untuk membeli Hapag Lloyd. Kedua perusahaan itu juga sudah memberikan tawaran harga yang belum mengikat. Widdows tidak menyebut rinciannya, namun kisaran harganya adalah antara 3,1 hingga 3,4 miliar Euro. Dikabarkan, TUI menginginkan Hapag Lloyd dilepas dengan harga 4 miliar Euro.

NOL belum siap untuk memberikan tawaran harga yang lebih tinggi lagi. Melihat keadaan ekonomi dunia saat ini dan pertumbuhan negatif di bidang logistik membuat NOL masih mempertimbangkan tawarannya.

“Akuisisi seperti ini sekarang tentu lebih berisiko ketimbang dua tahun lalu. Semua tahu apa yang terjadi saat ini di cabang bisnis ini. Kondisi ekonomi dunia saat ini berdampak pada semua sektor dan cabang logistik terutama sangat terpengaruh oleh tingginya harga bahan bakar. Sayangnya kesempatan untuk membeli perusahaan seperti Hapag Lloyd datangnya justru di saat orang tidak dapat merencanakan sesuatu. Tapi keputusan harus diambil dan harus memperhitungkan persyaratannya. Mungkin pada akhirnya kami memutuskan untuk tidak membeli karena harganya tidak menguntungkan. Saat ini kami masih mempertimbangkan segala sesuatunya dan belum memberikan tawaran harga final,“ tutur Widdows.

Widdows menjamin, nama Hapag Lloyd tetap akan dipakai sebagai merek dagang perusahaan itu, seperti halnya American President Lines APL yang diakuisisi NOL 10 tahun lalu. Namun masih belum diketahui apakah para pekerja Hapag Lloyd dapat mempertahankan posisinya. Hal itu baru akan dibicarakan jika proses akuisisi sudah selesai.(ls)