1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

110509 Bürgerkrieg Sri Lanka

12 Mei 2009

Pertempuran antara tentara Sri Lanka dan pemberontak Tamil akhir pekan lalu menewaskan ratusan warga sipil. Kedua pihak saling menyalahkan.

https://p.dw.com/p/HoXQ
Warga Tamil yang mengungsi antri makanan yang dibagikan dari sebuah bis di VavuniyaFoto: AP

Pertumpahan darah. Demikian Perserikatan Bangsa Bangsa menyebut apa yang terjadi selama akhir pekan lalu di wilayah yang disebut zona aman di timur laut Sri Lanka. Ratusan korban tewas, lebih dari 1000 cedera, karena tembakan senjata berat. Seorang dokter di kawasan pertempuran mengatakan kepada sejumlah wartawan lewat telepon bahwa di kliniknya tercatat ada 378 mayat, 100 diantaranya anak-anak.

Gordon Weiss, juru bicara PBB di ibukota Sri Lanka, Colombo, mengatakan, "Selama Macan Tamil tidak membiarkan rakyat sipil mengungsi, dan selama tentara Sri Lanka tidak memperhatikan keselamatan warga sipil, kita akan menyaksikan apa yang terjadi akhir pekan lalu. Hampir 400 warga sipil tewas dan ratusan lainnya cedera. Hanya soal waktu sampai terjadi kembali pertumpahan darah."

Sebuah organisasi bantuan Tamil mengedarkan foto-foto suram yang membuktikan apa yang terjadi. Organisasi Pembebasan Macan Tamil Eelam (LTTE) menyalahkan tentara pemerintah yang menembaki wilayah aman, yang terletak di kawasan pemberontak, tanpa mempertimbangkan keselamatan warga sipil.

Pemerintah Sri Lanka membantah tuduhan itu dan menyebutnya propaganda LTTE. Pemberontak yang juga menguasai persenjataan berat lah yang menembaki warga sipil Tamil. Seorang jubu bicara militer menyatakan, tentara berhasil membebaskan ratusan warga, yang digunakan pemberontak sebagai tameng hidup, dari wilayah pertempuran.

Informasi dari pihak independen sulit dicari. Pemerintah Sri Lanka tidak mengijinkan jurnalis maupun organisasi bantuan memasuki daerah konflik untuk mengetahui kondisi di lapangan. Tidak juga Badan Pengungsi PBB.

Koordinator di Sri Lanka, Amin Awad, mengatakan, "Belum pernah kami tidak mendapat akses seperti ini. Sekarang kami mengurusi 200 ribu pengungsi etnis Tamil di lebih 40 kamp, yang terletak di wilayah yang dikuasai pemerintah. Tetapi masih ada 50 ribu orang, diperkirakan lebih, yang terjebak di daerah pertempuran. Kami butuh akses ke lapangan, untuk juga mengawasi apakah kedua pihak mematuhi hukum kemanusiaan internasional. Kami harus mendapat akses itu.“

PBB tidak secara langsung menyalahkan pihak manapun. Baik tentara pemerintah maupun pemberontak Tamil sama-sama bertanggungjawab atas apa yang terjadi di lapangan.

"Tentara Sri Lanka mengepung pemberontak di kawasan kecil, tidak lebih besar dari Central Park di New York. Di sana pemberontak menahan antara 50.000 sampai 100.000 warga sipil, untuk mencegah tentara terus menyerang. Namun pemerintah dan militer Sri Lanka menegaskan akan menggempur pusat kekuatan terakhir pemberontak dan menghabisi Macan Tamil. Jadi sudah jelas, tentara akan terus menyerang dan menyeret warga sipil dalam pertempuran,“ kata Gordon Weiss, juru bicara PBB di Colombo.

Sejak tahun 1983, pemberontak Tamil memperjuangkan berdirinya negara sendiri di wilayah utara dan timur Sri Lanka dan menguasai sebagian luas kawasan itu. Namun tentara Sri Lanka kini merebut hampir seluruh wilayah kekuasaan Macan Tamil. Para pemberontak dipojokkan di daerah kecil di wilayah pesisir, sebelah utara kota Mullaitivu. Perang saudara 26 tahun di Sri Lanka telah menewaskan lebih dari 70 ribu orang.

Sandra Petersmann/ Renata Permadi

Editor: Hendra Pasuhuk