1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

300909 Pakistan Indien Atom

30 September 2009

Dunia memantau dengan cemas upaya Iran mengembangkan program senjata nuklirnya. Namun ada satu negara penguasa senjata atom lain yang juga dipantau duni, Pakistan.

https://p.dw.com/p/Juqi
Siapa lebih unggul dalam perlombaan program senjata nuklir Pakistan-India?Foto: AP Graphics/DW

Sekilas nampak, seakan-akan gunung di propinsi Balutshistan di barat Pakistan terbakar. Getaran bawah tanah yang memicu kekuatan gempa 5,0 di skala Richter, mengguncang gunung itu dari dasarnya, sehingga muncul gumpalan asap yang menyelimuti gunung itu. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 28 Mei 1998. Ketika Pakistan meluncurkan tes senjata atom pertamanya. Menteri luar negeri Pakistan saat itu, Sataj Aziz, memaparkan, "jika melihat sejarah senjata atom, terlihat bahwa India yang selalu melakukan langkah pertama. Ketika India memulai program senjata atomnya di tahun 1974, kami terpaksa mengikutinya. Saya selalu berupaya demi proses perdamaian kedua negara itu. Tetapi perdamaian tidak mungkin tercapai jika kita lemah. Kelemahan tidak membawa perdamaian.“

Demikian tutur mantan menteri luar negeri itu membela uji coba senjata nuklir Pakistan. Pakistan menjadi pemilik senjata nuklir ketujuh di dunia. Sekitar tiga minggu sebelumnya, kawasan gunung pasir negara bagian India, Rajasthan, juga diguncang oleh getaran. Dan peristiwa itupun bukan akibat bencana alam. Akan tetapi, disebabkan oleh tangan pakar fisika atom. Ketika itu, perdana menteri India, Atal Bihari Vajpayee, mengatakan dengan bangga, "hari ini India telah meluncurkan tiga uji coba senjata nuklir di bawah tanah.“

Perlombaan teknologi ini berawal di tahun 70an. Ketika India mulai menguji ledakan nuklir. Apalagi uji cobanya diberi nama „Buddha yang tersenyum“. Tahun 1998 dunia tidak tersenyum lagi. Karena baru sadar, bahwa program atom dua negara itu semakin matang dan mereka menolak menandatangi perjanjian non proliferasi nuklir. Pakar keamanan dan pertahanan Pakistan Hasan Rizvi menjelaskan, bahwa senjata nuklir itu justru menciptakan stabilitas dalam kemitraan dua musuh bubuyutan itu, "senjata nuklir berhasil menghindari perang di tahun 2002, begitu juga setelah serangan Mumbai. Namun itu tidak berarti, bahwa tidak ada krisis antar India dan Pakistan. Tetapi, senjata nuklir membuat dua negara itu berunding“

Menurut politisi Pakistan, negaranya berhak memiliki senjata nuklir karena sesuai hukum alam. Secara konvensionil Pakistan berhasil mengejar negara tetangganya yang tidak disukainya itu. Program rudal nuklir India oleh barat selalu disambut dengan tangan terbuka. Sedangkan program senjata nuklir Pakistan selalu menimbulkan kecamasan. Misalnya ketika pejuang Taliban semakin merapat ke ibukota Paksitan, Islamabad. Politisi AS secara resmi menyatakan kekhawatirannya, teroris dapat memiliki senjata nuklir. Seorang juru bicara kemnterian luar negeri Pakistan memaparkan pada radio Jerman, "spekulasi ini pasti bagus untuk dijadikan sebagai skenario sebuah film aksi Bollywood atau Hollywood. Tetapi, saya jamin, skenario itu tidak mungkin ada. Dalam beberapa tahun ini kami berhasil merancang sebuah mekanisma yang tak terkalahkan.“

Mengutip seorang pejabat dinas rahasia AS, sejak dulu lebih mudah bertemu dengan pemerintah Pakistan daripada melihat bomnya. Meskipun Taliban belum siap untuk menyerang pemeritah Pakistan, dunia tidak bisa tidur dengan tenang.

Kai Küstner / Andriani Nangoy

Editor: Hendra Pasuhuk