1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertemuan Puncak Uni Eropa

29 Oktober 2010

Pertemuan puncak Uni Eropa di Brussel, Belgia, dan penolakan permintaan Jerman dan Perancis untuk pencabutan hak suara bagi negara-negara yang melanggar Pakta Stabilitas mata uang Euro, menjadi sorotan media cetak Eropa.

https://p.dw.com/p/PtZh
Pantulan bendera Uni Eropa dari bangunan kaca gedung Komisi Eropa di BrusselFoto: AP

Pertemuan puncak Uni Eropa di Brussel dan penolakan permintaan Jerman dan Perancis untuk pencabutan hak suara bagi negara-negara yang melanggar Pakta Stabilitas mata uang Euro, menjadi sorotan media cetak Eropa. Harian Austria Der Standard berkomentar

“Bukan intinya yang tidak tepat, melainkan cara penyampaiannya. Pada kenyataannya tidak terlalu cerdik dari Angela Merkel, mula-mula mencapai kompromi dengan Perancis tanpa melihbatkan mitra-mitra kecil dan memberikan jaminan. Merkel justru melakukan kebalikan dari yang seharusnya dilakukan: Mengalah terhadap lawan yang kuat dalam mata uang Euro seharusnya dilakukan paling akhir, seperti yang terjadi pada proses Pakta Stabilitas Euro tahun 1996 lalu. Tapi itu tidak memungkiri bahwa dalam hal tersebut Merkel benar. Secara lebih konsekuen dibanding negara-negara lainnya, Jerman mendesak untuk menarik pelajaran dari krisis keuangan dan mata uang Euro. Perhimpunan ini, jika perlu harus dapat menarik tali kekang anggotanya secara ketat, guna mencegah kasus Yunani yang kedua. Apa yang tidak diatur dalam perjanjian harus ditambahkan. Dan itu bukan tanpa melibatkan warga dan pemilih dalam referendum, melainkan secara terbuka. Oleh sebab itu sengketa masalah tersebut ada gunanya.“

Eropa berada di simpang jalan. Demikian judul tajuk harian Italia Corriere della Sera

“Dalam perbedaannya Eropa di masa lalu selalu menemukan impuls untuk pembaharuan dan kemajuan. Tapi saat ini perbedaan yang mengguncang Uni Eropa menjadi demikian radikal akibat resep ekonomi dan keuangan yang berbeda, berrisiko terhambatnya proyek Eropa secara serius. Akibat guncangan krisis keuangan Yunani, Eropa berada di persimpangan jalan. Tinggal memilih antara keruntuhan yang tidak dapat dibendung, atau pertolongan secara ketat untuk mempertahankan apa yang telah ada. Untuk itu diperlukan lebih dari sekedar keinginan politis. Untuk tetap dapat eksis, perhimpunan Eropa harus mau menampilkan wajah masing-masing anggotanya. Jika tidak, Eropa mengambil risiko menjadi sebuah model tanpa masa depan, dengan harga sistem demokrasinya yang sebagian pun sudah mengalami pukulan hebat.“

Perundingan mengenai keaneka ragaman hayati di Nagoya yang tidak mengalami kemajuan menjadi sorotan harian Luksemburg, Luxemburger Wort

"201 tahun setelah lahirnya biologi pakar evolusi Charles Darwin, penulis buku mengenai terbentuknya spesies, situasi fauna dan flora di dunia sangat buruk. Seperempat spesies di dunia terancam punah. Pada kenyataanya secara lebih tepat orang harus menyebut menurunnya jumlah spesies dibanding keanekaragaman hayati. Mirip seperti konferensi puncak iklim PBB di Kopenhagen Desember lalu, yang berakhir dengan kegagalan yang susah payah ditutup-tutupi, kini konferensi PBB mengenai biodiversitas di Nagoya, Jepang juga terancam gagal.“

Dyan Kostermans/dpa

Editor: Hendra Pasuhuk