1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertemuan Puncak Merkel-Chirac di Versailles

25 Januari 2006

Sorotan utama komentar harian-harian Eropa adalah pertemuan tingkat tinggi antara Kanselir Jerman Angela Merkel dengan Presiden Perancis Jacques Chirac di Versailles.

https://p.dw.com/p/CPLU
Presiden Prancis Chirac menyambut kedatangan Kanselir Jerman Merkel di Versailles
Presiden Prancis Chirac menyambut kedatangan Kanselir Jerman Merkel di VersaillesFoto: AP

Merkel menilai ancaman Chirac untuk melancarkan serangan senjata atom ke negara-negara teror, sebagai aktualisasi doktrin atom Perancis, menghadapi zaman yang terus berubah.

Harian Italia Corriere della Sera yang terbit di Roma berkomentar, terlihat adanya atmosfir yang berbeda dalam hubungan Jerman-Perancis.

"Kita sudah terbiasa melihat sikap hangat antara Presiden Chirac dan kanselir Jerman sebelumnya, Schröder, yang merupakan pertanda dari kesepahaman absolut dan persahabatan erat. Pertemuan antara Chirac dan Merkel yang digelar di istana Versailles, memang memberikan kontribusi bagi kehangatan atmosfir, namun juga terasa adanya perbedaan sikap diantara keduanya. Akan tetapi terlalu tergesa-gesa, jika menarik kesimpulan akan berakhirnya hubungan ideal Jerman-Perancis. Atau tiba-tiba terjadi perubahan haluan, yang amat penting bagi reformasi tatanan politik Eropa."

Harian Perancis L’Union yang terbit di Reims menulis komentar, terlihat posisi presiden Perancis Chirac kini lebih lemah dibanding posisi kanselir Jerman, Merkel.

"Eratnya hubungan Jerman-Perancis, 43 tahun setelah kesepakatan Elysee, memang tidak perlu diragukan lagi. Akan tetapi hakiki maupun bentuknya telah mengalami perubahan. Kini posisi Chirac terlihat lebih lemah dibanding posisi Merkel. Diantara keduanya tidak terdapat kesepahaman yang benar-benar mendalam. Chirac kelihatannya seperti anak yatim, yang ditinggalkan bapaknya yakni Gerhard Schröder. Dalam tema politik, Angela Merkel tidak menyerah pada tekanan pemerintah di Paris. Dengan itu, ia mengukuhkan citranya sebagai tokoh wanita yang energik sekaligus seorang pimpinan, tanpa sedikitpun kehilangan senyumnya."

Sementara harian Jerman, General-Anzeiger yang terbit di Bonn menulis, Merkel berusaha agar kemitraan khusus Chirac dan Schröder, tidak lagi dimunculkan secara demonstrativ.

"Paling tidak, di latar belakang memang kenyataan sebenarnya, bahwa persahabatan antara dua tokoh lelaki, Schröder dan Chirac, yang ditonjolkan secara demonstratif itu, tidak banyak mengandung isi. Disamping kecenderungan bersama, untuk menentang sahabat di Gedung Putih, memang tidak banyak hal yang benar-benar berguna bagi Eropa di tahun-tahun belakangan ini."

Tema lainnya yang disoroti harian-harian Jerman adalah tarik ulur pembentukan komisi penyelidik aktivitas dinas rahasia Jerman-BND semasa perang Irak. Terutama sikap Partai Hijau dikritik tajam. Harian Financial Times Deutschland menulis komentar, setelah melontarkan ultimatum, hingga akhir bulan Februari pemerintah harus menjelaskan aktivitas BND dan CIA, tiba-tiba Partai Hijau menolak pembentukan sebuah komisi penyelidik di parlemen.

"Pemerintah memiliki peluang untuk membuat tema ini menjadi berlebihan, demikian kata ketua fraksi partai Hijau, Renate Künast. Tapi, belum lagi Partai Hijau mundur sepenuhnya, partai Liberal FDP sudah kehabisan nafas. Kedua partai harus menyadari, betapa kecilnya mereka di parlemen Jerman. Beberapa hari, Partai Hijau dan FDP yang didukung partai Kiri, bersuara keras menuntut pembentukan komisi penyelidik. Kini terlihat, tema komisi penyelidik BND, hanyalah instrumen ideal, agar partai oposisi yang kecil juga terlihat dan terdengar."

Sementara harian Stuttgarter Zeitung berkomentar, dari awal tidak sulit meramalkan, bahwa pembentukan komisi penyelidik BND akan gagal.

"Dengan ulitimatumnya, Partai Hijau sebetulnya hanya berdalih, agar tidak terlalu kehilangan muka. Sebab, menimbang pemerintahan koalisi partai besar, partai-partai oposisi yang kecil menyadari, mereka akan tetap kuat jika bersatu. Satu saja dari partai oposisi tidak mendukung, ibaratnya pedang tajam untuk membabat koalisi pemerintahan, akan tetap tinggal di dalam sarungnya."