1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertemuan Abbas-Scharon, Amerika Serikat dan Timur Tengah, Penangkapan Ikan Paus

22 Juni 2005
https://p.dw.com/p/CPNr
Mahmud Abbas dan Ariel Scharon
Mahmud Abbas dan Ariel ScharonFoto: AP

Pertemuan puncak antara Presiden Palestina Mahmud Abbas dengan Perdana Menteri Israel Ariel Scharon mendapat sorotan media Interansional, dan akan kami jadikan sebagai tema pertama dalam acara SARI PERS INTERNASIONAL kali ini. Kemudian dalam tema kedua, pandangan Amerika Serikat mengenai situasi politik di Timur Tengah. Dan tema yang ketiga, hasil pertemuan Komisi Internasional Penangkapan Ikan Paus. Baiklah kami mulai dengan tema pertama, pertemuan puncak antara Presiden Palestina Mahmud Abbas dengan Perdana Menteri Israel Ariel Scharon di Yerusalem. Dalam pertemuannya terutama dibahas koordinasi bagi rencana penarikan Israel dari jalur Gaza. Mengenainya harian Spanyol EL PAIS yang terbit di Madrid berkomentar:

Scharon kembali menyatakan, mengenai perdamaian, baru akan dirundingkan, bila pimpinan Palestina melucuti persenjataan kelompok teror. Tapi Mahmud Abbas tidak berada dalam kondisi untuk melakukannya, karena itu berarti akan menyulut perang saudara dikalangan warga Palestina. Ia mengusulkan, agar kelompok tersebut diintegrasikan kedalam aparat pemerintahannya,itupun kalau Israel memberikan konsesi. Dengan demikian rencana penarikan dari Tepi Barat Yordan dan pembebasan 8 ribu tahanan warga Palestina mengandung banyak pertanyaan. Yang terbaik untuk menciptakan gencatan senjata di Jalur Gaza adalah bentuk perdamaian dalam format miniatur.

Selanjutnya kami kutip komentar harian Italia LA STAMPA:

Dalam pertemuan pertama, kedua kepala pemerintahan bulan Februari lalu, terbersit sejumlah harapan. Ketika mereka kembali berbicara hari Selasa lalu, mereka terlihat sangat lemah. Didalam negeri, Ariel Scharon menghadapi tekanan kelompok nasionalis kanan. Sementara Mahmud Abbas diwilayah Palestina tidak hanya menghadapi kelompok Intifada bersenjata, yang meningkatkan serangan anti Israel, melainkan juga meningkatnya bentuk tindak kekerasan bersenjata lainnya. Dalam iklim yang demikian, adalah amat sulit untuk menantikan perkembangan yang positiv, yang dalam kenyataannya memang tidak terdapat.

Peluang yang terlewatkan di Yerusalem. Demikian judul komentar harian Italia lainnya CORRIERE DELLA SERA, menangggapi pertemuan Mahmud Abbas dan Ariel Scharon. Selanjutnya kami baca:

Tidak ada jabatan tangan didepan kamera. Pertemuan puncak kedua antara Presiden Palestina Mahmud Abbas dan Perdana Menteri Israel Ariel Scharon berlangsung dibalik pintu tertutup. Dalam pembicaraan selama dua jam, ternyata peluang yang baik terlewatkan. Ariel Scharon mencemaskan aksi tindak kekerasan. Dan meminta rencana yang pasti, bagaimana aparat keamanan Palestina mengambil tindakan terhadap aksi teror selanjutnya. Sebaliknya Mahmud Abbas meminta jaminan, agar setelah Israel menarik diri, jalur Gaza tidak terkucil sama sekali. Dikatakannya, diperlukan jalur penghubung ke Tepi Barat Yordan, sebuah bandara dan pelabuhan laut, agar warga dan komoditi dapat keluar dari Jakur Gaza.

Kita beralih sekarang ketema kedua, situasi Timur Tengah dari sisi pandang Amerika Serikat. Mengenainya harian Austria SALZBURGER NACHRICHTEN menulis:

Amerika Serikat dapat membukukan pergantian kekuasaan di Libanon. Dan dinilai sebagai keberhasilan, karena akan dapat mendorong kelompok oposisi yang demokratis dinegara-negara Arab lainnya. Tekanan untuk melakukan pembaruan yang dilancarkan Amerika Serikat dinegara-negara Arab , sekarang berupa sebuah koreksi kosmetis, karena mencemaskan jatuhnya pemerintahan dan munculnya kekuatan militan Islam. Tapi dibelakang layar, pemerintah Amerika Serikat telah melakukan pembicaraan dengan kelompok Islam moderat di Mesir. Sementara untuk menciptakan stabilitas di Irak tetap sangat sulit. Pemerintahan sementara jarang berhubungan dengan rakyat, dan tetap bersembunyi dibalik benteng yang tinggi di Bagdad. Mereka menakutkan serangan teror, yang juga tidak dapat dibendung pasukan pendudukan Amerika Serikat.

Terakhir kami ketengahkan komentar mengenai konferensi komisi Internasional penangkapan ikan paus, yang diselenggarakan dikota pelabuhan Korea Selatan Ulsan. Harian Inggris THE GURDIAN berkomentar:

Hasilnya tetap seperti sebelumnya. Jepang, Norwegia dan Islandia tetap melanjutkan penangkapan ikan paus, apakah itu dengan dalih penelitian atau alasan lainnya. Sekarang adalah saatnya bagi negara seperti Inggris turun tangan dan memberikan reaksi yang energis dalam menentang penangkapan ikan paus dengan tujuan komersil. Komisi Internasional penangkapan ikan paus, sudah tidak mampu mengambil tindakan.