1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertemuan Abbas dan Olmert

Torsten Teichmann6 Agustus 2007

Kedua politisi bertemu di Yeriko untuk membicarakan masalah utama menyangkut pembentukan negara Palestina. Untuk pertama kalinya pertemuan semacam ini diadakan di Tepi Barat Yordan, dan untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun terakhir, Presiden Israel berkunjung ke kota Palestina.

https://p.dw.com/p/CIrH
Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert (kiri) dan Presiden Palestina, Mahmud Abbas
Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert (kiri) dan Presiden Palestina, Mahmud AbbasFoto: AP

Pertemuan antara Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert dan Presiden Palestina, Mahmud Abbas dimulai dengan pemberian janji. Yaitu janji dari Perdana Menteri Olmert kepada tuan rumah, Presiden Abbas. Ia menyatakan, datang ke Yeriko untuk membicarakan masalah-masalah penting dengan Abbas. Ia juga menyatakan harapan agar pertemuan itu segera membawa kedua belah pihak menuju perundingan tentang pendirian negara Palestina.

Palestina Menilainya sebagai Kesuksesan

Pihak Palestina sudah menilai perkataan Ehud Olmert sebagai kesuksesan. Karena di waktu-waktu lalu Olmert selalu menolak untuk membicarakan masalah-masalah paling penting dalam pertemuan yang diadakan secara teratur. Akibat adanya tekanan pemerintah AS Olmert rupanya mengubah sikap.

Namun demikian, setelah Olmert memberikan pernyataannya, wakil Israel yang duduk dalam perundingan mengoreksi antusiasme Olmert. Dikatakan, Senin (06/08) lalu kedua politisi belum membicarakan perincian pokok pembicaraan yang paling penting. Misalnya status ibukota Yerusalem, kesulitan pengungsi, atau juga masalah pemukiman Yahudi di wilayah Palestina.

Pandangan Israel

Bagi pihak Israel, yang dibicarakan Olmert dan Abbas hanya kesepakatan yang menjadi kerangka atau dasar. Itu kemudian akan dibicarakan bersama AS dan mitra negara-negara Arab dalam Konferensi Timur Tengah November mendatang. Jadi bagi kedua belah pihak pertemuan tersebut lebih merupakan awal rangkaian perundingan.

Sejumlah perundingan itu akan dibayangi masalah intern, baik di pihak Palestina, maupun Israel. Menurut jajak pendapat terakhir, citra Perdana Menteri Ehud Olmert sangat buruk di mata rakyat Israel, setelah kegagalan dalam perang pertengahan tahun lalu.

Pertanyaan Yang Belum Terjawab

Jadi dipertanyakan, apakah Olmert tetap dapat melaksanakan langkah besar seperti pemindahan pemukiman Yahudi dari Tepi Barat Yordan? Dan juga, apa yang akan dilakukan Presiden Abbas terhadap Hamas yang berkuasa di Jalur Gaza?

Organisasi radikal Hamas berhasil mengambil alih kekuasaan sepenuhnya di Jalur Gaza Juni lalu. Sejak itu mereka juga menuntut keikutsertaan dalam pembicaraan menyangkut Palestina. Seruan Ismail Haniyah, yang dicopot dari jabatan perdana menteri memperjelas tuntutan Hamas. Haniya menyatakan, pertemuan antara pemimpin Palestina dan pemimpin pendudukan Israel hanya ulangan dari pembicaraan yang sudah lalu, yang tidak membawa hasil bagi Palestina.

Keadaan Warga Palestina

Organisasi kemanusiaan Israel “B’Tselem“ juga mengeluhkan tidak adanya perbaikan bagi warga Palestina. Menurut laporan aktual, tahun lalu Israel mendirikan 47 pos pemeriksaan dan menutup 455 jalan di Tepi Barat Yordan. Daerah-daerah itu tidak saling berhubungan, melainkan 6 daerah yang terpisah. Demikian ditambahkan pejuang hak asasi.

Kebebasan bergerak warga Palestina menjadi salah satu tema mendasar dalam diskusi antara Olmert dan Abbas. Apakah ini juga menjadi pokok dalam pertemuan di Yeriko, baru akan diketahui beberapa hari mendatang. Setelah pembicaraan empat mata, kedua politisi menolak memberikan penjelasan terperinci. (ml)