1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertempuran di Sri Lanka Belum Berakhir - AS dan Inggris Serukan Gencatan Senjata

4 Februari 2009

Pada peringatan hari kemerdekaan Sri Lanka yang ke-61, Rabu (04/02), Presiden Mahinda Rajapaksa mengatakan, perjuangan para pemberontak untuk membentuk negara sendiri di utara Sri Lanka hampir sepenuhnya dihancurkan.

https://p.dw.com/p/Gmxp
Tentara AB Sri Lanka sedang patroli di kawasan tempurFoto: picture-alliance/ dpa

52 warga sipil tewas dalam pertempuran hebat antara pasukan pemerintah dan pemberontak di sebelah utara Sri Lanka. Demikian diutarakan juru bicara PBB Gordon Weiss hari Rabu (04/02) di Colombo. Sejak hari Selasa (03/02) tercatat sedikitnya 80 orang cedera, di antaranya luka parah. Dikatakan bahwa para korban saat itu sedang berada di zona keamanan yang seharusnya bukan merupakan target serangan.

Selanjutnya dilaporkan, rumah sakit terakhir yang masih berfungsi di wilayah pertempuran, terkena serangan bom curah. Rumah sakit itu berada di wilayah Mullaitivu yang dikuasai oleh pemberontak Tamil Eelam LTTE. Di dekat rumah sakit tersebut juga dilancarkan serangan udara. 15 pekerja PBB dan 81 anggota keluarga terisolasi di wilayah Puthukkudiyiruppu. Rumah sakit yang hanya terisi 10 persen itu ditembaki artileri pada akhir pekan lalu. Sedikitnya 12 orang tewas dalam serangan itu.

Berbagai organisasi bantuan internasional mengecam serangan terhadap rumah sakit yang berada di wilayah yang diperebutkan oleh pasukan pemerintah dan LTTE. Menurut keterangan Dana Bantuan untuk Anak-Anak PBB UNICEF, bagian perawatan anak yang terisi penuh, juga terkena serangan. Situs internet TamilNet yang dekat dengan LTTE menuding angkatan bersenjata Sri Lanka yang bertanggung jawab atas serangan tersebut, namun pihak militer tidak mengomentari tuduhan itu. Carla Haddad Mardini, juru bicara Komite Palang Merah Internasional menuntut kedua pihak yang bertempur:

"Orang-orang kami di sana shock karena rumah sakit tiga kali diserang dalam kurun waktu kurang dari 12 jam. Anda dapat membayangkan kepanikan yang terjadi di situ. Kami sangat, sangat prihatin melihat situasi saat ini. Kami menyerukan untuk segera memberikan koridor keamanan agar dapat mengevakuasi korban cedera melalui wilayah yang dikuasai oleh pemerintah. Kami menyerukan kedua pihak yang bertempur untuk segera menjamin koridor keamanan."

Hari Rabu (04/02) ini, untuk pertama kalinya keluar berita yang menyebut bahwa pasukan pemerintah menggunakan bom curah dalam serangannya. Ini berarti penggunaan yang pertama sejak kesepakatan perdamaian yang gagal pada tahun 2006 antara pemerintah dan pemberontak Tamil. Bom curah dapat berisikan ratusan bom-bom kecil yang menimbulkan ledakan di lokasi yang luas dan dengan begitu dapat melukai dan membunuh banyak orang. Palang Merah dan organisasi bantuan internasional mengkritik pemakaian munisi ini dan mengupayakan agar bom curah dilarang di seluruh dunia.

Sementara itu Menteri Luar negeri AS dan Inggris menyerukan kedua pihak yang bertempur di Sri Lanka untuk segera melakukan gencatan senjata. Penghentian pertempuran akan memberikan kesempatan kepada warga sipil dan korban terluka untuk meninggalkan wilayah perang. Demikian diutarakan Hillary Clinton dan David Miliband seusai pertemuannya di Washington hari Selasa (03/02).

Di Sri Lanka Utara, wilayah Vanni dan kawasan sekitarnya yang diperebutkan masih dikuasai oleh pemberontak Tamil. Sekitar 250. 000 orang diperkirakan terisolasi di wilayah itu. Hingga kini, sekitar 70. 000 orang tewas dalam perang saudara yang berlangsung sejak 25 tahun ini. (Agent/cs)