1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertaruhan NATO di Afghanistan

7 September 2006

Meningkatnya pertempuran antara tentara pelindung perdamaian NATO melawan milisi Taliban, ibaratnya mempertaruhkan masa depan NATO sendiri.

https://p.dw.com/p/CPJ7
Tentara NATO di Afghanistan
Tentara NATO di AfghanistanFoto: AP

Harian Belanda De Volkskrant berkomentar: NATO mengalami kekalahan di Afghanistan.

"Di awal tahun ini, menteri pertahanan Inggris menyatakan harapannya, bahwa tentara NATO di Afghanistan dapat melaksanakan tugasnya sesuai rencana, dan dapat segera ditarik keluar tanpa melepaskan satu kalipun tembakan. Akan tetapi, kini kenyataan berkata lain. NATO bukan hanya melepaskan tembakan, tapi terlibat pertempuran hebat, yang menewaskan puluhan serdadunya."

Sementara harian Swiss Tages-Anzeiger yang terbit di Zürich, juga mengomentari memburuknya secara dramatis situasi di Afghanistan.

"Mimpi indah di Afghanistan kini buyar. Berbagai insiden, yang terus terjadi sejak Amerika Serikat membebaskan Afghanistan dari rezim Taliban pada akhir tahun 2001 lalu, kembali mengancam Afghanistan menjadi sebuah negara yang gagal. Penyebab utamanya adalah invasi ke Irak, yang memakan biaya amat besar dan memerlukan pasukan dalam jumlah banyak. Agar Afghanistan tidak tejerumus menjadi negara narkotika, negara-negara Barat harus meningkatkan bantuan keuangan dan pasukannya dalam jangka panjang. Sebab jika Afghanistan kalah, artinya dunia juga kalah."

Sedangkan harian Inggris Financial Times yang terbit di London berkomentar :

"Masa depan NATO dipertaruhkan di Afghanistan. Korban cukup banyak di kalangan serdadu NATO menunjukan dengan jelas, bahwa aliansi pertahanan Barat itu harus diperbaiki kemampuan tempur maupun persenjataannya. Dengan begitu, pasukan NATO dapat menghadapi serangan Taliban, sekaligus melindungi infrastruktur yang telah dibangun kembali. Sekarang, yang dipertaruhkan bukan hanya masa depan Afghanistan, melainkan juga masa depan NATO sendiri."

Tema lainnya yang masih disoroti dengan tajam, terutama oleh harian-harian Jerman, adalah rencana penugasan marinir Jerman dalam pasukan perdamaian internasional di Libanon-UNIFIL.

Harian Die Welt yang terbit di Berlin berkomentar: Pasukan Jerman jangan berharap terlalu muluk.

"Jarang sekali penugasan tentara Jerman dibayangi sejumlah kemustahilan. Dapat digambarkan, ketika pasukan marinir Jerman mengawasi jalur penyelundupan di laut, yang sebetulnya tidak ada, penyelundupan senjata bagi Hisbullah lewat darat, mencapai rekor baru. Sementara tentara Libanon tidak memiliki keberanian, tidak percaya diri dan ogah-ogahan menghadapi penyelundupan senjata. Kini faktanya, pemerintah Libanon dan PBB, justru menyiapkan kerangka untuk pecahnya perang baru, yang mungkin lebih hebat dari perang sebelumnya."

Sementra harian Thüringer Allgemeine yang terbit di Erfurt berkomentar:

"Tawar menawar penugasan pasukan Jerman di Libanon mirip transaksi di pasar. Pemerintah Libanon ibaratnya terjebak lingkaran setan, dengan mengajukan persyaratan pencabutan blokade Israel untuk penugasan marinir Jerman. Sementara Israel berjanji akan mencabut sanksi, jika sudah cukup banyak tentara internasional ditempatkan di Libanon Selatan, untuk mencegah Hisbullah meningkatkan persenjataannya. Kelihatananya, Beirut mulai melakukan tawar menawar, untuk menaikan posisinya terhadap Israel."