1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
IptekAfrika

Pertanian Berkelanjutan di Burkina Faso

Coulibaly Sharaph | Julia Mielke
1 Januari 2022

Pertanian hidroponik semakin populer di Afrika. Metode ini menghemat air dan tanah, dan menggunakan bahan alamiah seperti sabut kelapa.

https://p.dw.com/p/44UYi
Pertanian tanpa tanah di Burkina Faso
Pertanian tanpa tanah di Burkina FasoFoto: DW

Air dan sabut kelapa. Hanya itulah yang dibutuhkan untuk memelihara kacang hijau dan tomat. Di Ouagadougou, ibukota Burkina Faso, petani dari sejumlah negara Afrika belajar bagaimana bertani tanpa tanah.

Adjaratou Sanogo mulai menggunakan hidroponik beberapa tahun lalu setelah menyadari sayur-sayuran di pasar kota-kota sagat berkurang jumlahnya dalam waktu tertentu. 

“Petani di sini sudah bekerja dengan cara tradisional sejak dahulu kala,“ papar Adjaratou Sanogo. Tapi tanah dalam situasi buruk dan hasil panen menurun. Banyak petani bahkan tidak dapat cukup makanan bagi dirinya dan keluarga, apalagi menjual hasil pertaniannya. Saya rasa metode ini lebih bagus. Orang beli dasarnya, dan mengembangkan hingga hasil bertambah. 

Para ahli khawatir, hasil pertanian di kawasan Sahel, Afrika akan berkurang 30%. Sebagai reaksinya, Adjaratou Sanogo mengadakan pusat pelatihan dengan sokongan internasional. Ia ingin melanjutkan pengetahuannya ke orang lain. 

Cara Bercocok Tanam Yang Cocok bagi Kawasan Kering

Tempat kursus penuh. Kabarnya bahkan sudah menyebar ke negara tetangga Mali, Chad dan Congo, berkat penggunaan media sosial. Pengikut kursus tertarik karena punya bisnis atau karena ingin memperbanyak pengetahuan. 

Evelyne Dahani bercerita, "Saya ikut kursus karena saya ingin bisa menanam tanaman organik bagi saya dan keluarga - kapan saja, sepanjang waktu.“ Dengan hidroponik, orang tidak tergantung pada musim. Orang bisa memanen sepanjang tahun. Begitu dijelaskan Evelyne Dahani lebih lanjut. 

Dengan bantuan hidroponik, orang-orang yang dilatih bisa mengembangkan sayuran dengan lebih cepat. Pelatihan spesial ongkosnya 10 Euro. Banyak dari mereka mengambil lebih banyak pelatihan, tinggal lebih lama dan membayar lebih banyak. 

“Kami memilih ikut pelatihan selama empat bulan, karena mulai dari menanam sampai panen lamanya sekitar empat bulan. Dengan demikian, mereka tahu tahapan produksi."

Bagi teori maupun praktek, keduanya sangat penting. Butir-butir dari tanah liat, serat kelapa dan kompos organik adalah substrat organik yang bisa digunakan, sebagai ganti tanah.  

Di rumah kaca, tomat juga bisa tumbuh selama musim hujan, dan bisa dipetik secara teratur. Dalam waktu singkat, tomat, bawang bombai dan cabai akan dijual di toko bahan pangan organik. Sebuah koperasi lokal menjual produk ke pelanggan yang mengutamakan produk organik. 

Moussa Ouedraogo, adalah direktur pemasaran pada perusahaan Bioprotect. Dia mengatakan, "Untuk menjamin bahwa petani organik juga mendapat imbalan yang adil, harus ada penyaluran ke pedagang eceran. Para petani tidak hanya menjaga kelestarian lingkungan hidup dengan menggunakan metode dan produk organik, tapi mereka juga menjaga kesehatan mereka, dan kesehatan konsumen lewat cara ini. 

Tapi produk organik terlalu mahal bagi banyak penduduk kota. Mereka masih menanam sayuran sendiri, jika mereka bisa. Di kota ada area sempit yang disisihkan untuk tujuan ini. Tapi pemerintah kotamadya khawatir kawasan ini akan semakin terdesak dan akhirnya hilang.

Para ahli memperkirakan, populasi akan meningkat 100% dalam 10 tahun ke depan. Namun demikian, perusahaan pengolahan sampah juga akan dapat keuntungan karena mereka bisa menghasilkan kompos organik untuk metode penanaman baru itu.

Christophe Ouedraogo, dari departemen pertanian Burkina Faso menjelaskan, "Pertanian hidroponik menawarkan banyak keuntungan bagi Burkina Faso - terutama mengingat masalah yang kami hadapi.“ Dengan pertanian hidroponik mereka bisa menambah banyak jenis tanaman. Petani juga bisa mendapat lebih banyak uang dengan metode ini. Di saat bersamaan, mereja juga bisa mendaurulang banyak limbah perkotaan, baik limbah padat maupun cair. Itu akan menjadikan kota lebih bersih dan hijau.“

Inisiatif itu kini sudah memberikan pelatihan di 20 komunitas pedesaan. Adjaratou Sanogo sudah menghubungkan para petani lewat media sosial, untuk merintis sebuah "koperasi virtual," dan dengan demikian memastikan bahwa produk sehat bisa diperoleh di lebih banyak tempat di seluruh Burkina Faso. (ml/yp)