1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perkembangan politik di Irak; Masalah Aids di dunia

24 November 2004

Proses politik di Irak dan masalah HIV-Aids di dunia disoroti harian-harian internasional

https://p.dw.com/p/CPQ9
Lokasi konferensi Irak
Lokasi konferensi IrakFoto: AP

Konferensi internasional Irak di Sharm el Syaik, Mesir ,telah berakhir. Para peserta dalam pernyataan penutupan mendukung Pemilu yang akan diselenggarakan di Irak bulan Januari mendatang. Sekaligus mengecam aksi teror di Irak. Proses politik di Irak menjadi topik utama dalam tajuk dan komentar harian-harian internasional .

Harian Jerman Rheinlandpfalz menilai hasil konferensi Irak :

Hasil terpenting dari pertemuan di Sharm el Syaik adalah kenyataan bahwa kini juga negara tetangga, seperti Suriah dan Iran diikutsertakan dalam perundingan itu. Justru negara-negara itu selalu dituduh menghasut konflik dari luar oleh pemerintahan transisi Irak. Namun dokumen yang ditandatangani di Mesir oleh Iran dan Suriah tidak ada artinya, selama pemerintahan di Teheran dan Damaskus merasa bahwa merekalah yang akan menjadi sasaran berikutnya bagi serangan preemtif AS. Selama demikian halnya, mereka akan melakukan segalanya agar eksperimen AS mengenai serangan preemtif , untuk selamanya gagal di Irak.

Sementara harian Perancis Le Monde berkomentar:

Setiap perkembangan tergantung pada perdamaian. Di Irak pembangunan ekonomi baru akan dapat dimulai apabila aksi bersenjata dihentikan. Karenanya kompromi mengenai utang Irak sangat bermanfaat. Bagi AS itu semacam awal atau isyarat bagi dukungan internasional. Pemilu yang direncanakan pada tanggal 30 Januari mendatang selanjutnya akan memperkokoh proses politik di Irak, seperti yang dikatakan oleh Presiden AS. Namun situasi keamanan dan aksi kekerasan setiap hari meredam optimisme itu. Invasi ke Falujjah adalah demi perdamaian di kawasan segitiga Sunni. Namun kenyataannya , situasi semakin meruncing.

Badan penanggulangan Aids di bawah naungan PBB – UNAIDS – Selasa lalu menerbitkan laporan tahunannya , yang menimbulkan kerisauan akan terjadinya peningkatan epidemi ini . Harian Jerman Neue Osnabrücker Zeitung memperingatkan terhadap sikap yang kurang waspada terhadap penyakit Aids.

Tepat 13 tahun lalu penyanyi Freddy Mercury meninggal dunia akibat Aids. Biduan pop itu mewakili proto-tipe orang Eropa yang dapat terkena virus Aids, yakni laki-laki homoseksual. Dewasa ini di Eropa gambaran itu tidak berlaku lagi. 41 persen orang terinfeksi baru di Jerman adalah orang heteroseksual, demikian laporan AIDS WHO. Penyakit Aids semakin menjadi masalah dunia , juga di Jerman. Tahun lalu 78 persen orang Jerman yang melakukan hubungan seks dengan partner yang berganti-ganti menggunakan kondom. Demikian menurut studi Pusat Penyuluhan Kesehatan Jerman. Tahun 2001 , 83 persen menggunakan kondom, berarti berkurang lima persen dalam waktu hanya tiga tahun. Semakin berkurangnya kewaspadaan adalah perkembangan yang fatal.

Suratkabar Freie Presse di Chemnitz mengenai masalah HIV di dunia mengulas:

Sementara ini negara-negara kaya mulai belajar. Di dunia global kesusahan bagi yang satu merupakan kemalangan bagi yang lain. Uang saja , meski pun jumlahnya lebih banyak, tidak cukup. Untuk membrantas Aids, bidang medis dan politik harus bersatu , mengkoordinasi sumber daya internasional, terutama kewaspadaan harus ditingkatkan, juga di Eropa. Sebab di perbatasan timur UE sudah tampak bencana berikutnya, seperti yang diungkapkan oleh angka-angka yang merisaukan dari Rusia dan Ukraina. Pada 1998 Konferensi Aids Dunia telah memperingatkan terhadap bencana tsb. Namun apa yang dilakukan? Hampir tidak ada tindakan apa pun. Penerangan, pengetahuan tentang pencegahan Aids masih kalah cepat dengan penularan pesat virus HIV.