1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perkembangan Mode di Brussel

12 September 2007

Brussel, kota yang terkenal akan coklatnya dan menjadi markas besar Komisi Eropa setahap demi setahap berkembang menjadi kota yang kreatif, juga di bidang mode.

https://p.dw.com/p/CPUx
Benita Ferrero Waldner percayakan busananya kepada designer Brussel
Benita Ferrero Waldner percayakan busananya kepada designer Brussel

Paris masih menjadi pusat trend mode dunia, tapi tidak lagi sendirian. New York, Milan dan London juga merupakan kota-kota yang masuk daftar penentu garis mode dunia. Di tengah era globalisasi, sejumlah kota tidak hanya semakin penting dalam bidang ekonomi atau politik, tapi juga berkembang menjadi pusat mode. Antara lain ibukota Belgia, Brussel.

Tekstil sudah memiliki tradisi lama di Brussel, sejak sekitar 1000 tahun. Dulu di abad ke-10 ibukota Belgia itu juga menjadi pusat kerajinan tekstil Eropa, dimana bahan pakaian dibuat di sana. Sedangkan untuk design bahan, sejak lama menjadi tanggung jawab kota Belgia lainnya, Antwerpen. Kota di utara inilah yang menjadi pusat perancang mode dan designer besar Belgia. Namun pada tahun-tahun terakhir Brussel berusaha melepaskan diri dari bayang-bayang Antwerpen, kota yang terletak di kawasan Flandern tersebut.

Kreatifitas Masih Kurang Dilirik

Place du Nouveau Marché aux Grains adalah salah satu kawasan di pusat kota Brussel. Linda van Waesberge menyebut nama designer kondang Belgia. Dries van Noten atau Ann Demeulemeester. Dua designer yang terkenal kreatif ini juga telah hijrah dari kota mode Antwerpen ke kawasan kreatif di Brussel tersebut. Linda van Wasberge mengenal para designer tersebut, karena ia pemimpin Modo Bruxellai, sebuah organisasi yang sejak 13 tahun tidak kenal lelah mengorbitkan Brussel menjadi kota mode dan mendorong para designer muda

Waesberge: „Dari perspektif Eropa Brussel dikenal sebagai kota administrasi. Tapi kami ingin menunjukkan bahwa di balik itu, Brussel memiliki potensi sebagai kota yang sangat menarik, multikultural, sangat kreatif dan dinamis. Di Brussel terdapat beragam pilihan gaya dan harga. Tapi terutama keaslian, yang tidak dapat ditemukan orang di tempat manapun.“

Keaslian ini dikembangkan pada sekolah design La Cambre, yang merupakan pengasah bakat bagi designer eksklusif Brussel. Sekolah mode ini didirikan tahun 80-an, dan sejak itu berupaya sekuat tenaga melepaskan diri dari bayang-bayang tradisi Akademi Desigen Antwerpen. Usaha yang membuahkan hasil. Para designer muda Brussel tidak lagi berpindah domisili, tapi memilih tetap tinggal di Brussel. Dan sementara ini kedua kota di Belgia itu mulai diakui dunia mode internasional

Waesberge: „Saya pikir mahasiswa mode baik di Antwerpen maupun di Brussel, lebih berani dibanding lainnya, karena sekolah mode kami tidak mendorong sisi komersial tapi sisi kreatifitas. Seusai pendidikan para designer muda mau tidak mau harus menyesuaikan dengan situasi pasar dan merancang mode yang dapat dipakai orang. Pada parade di catwalk sekolah kami, orang melihat kreatifitas yang lain dari pada yang lain. Yang tidak ditemukan dijual di butik manapun tapi merupakan gambaran kreatifitas yang luar biasa.“

Sayangnya menurut Linda kreatifitas ini kurang ditengok segmen pelanggan penting di Brussel. Para anggota institusi Eropa jarang berbelanja di kawasan kreatif Dansaert. Mereka lebih suka mengunjungi kawasan pertokoan baru dan elit Brussel, terutama Avenue Louise. Di sana semua merk internasional memiliki cabangnya, seperti Christian Dior, Yves Saitn-Larurent atau Chanel…Tapi juga Natan, label perancang mode terkenal Belgia Edouard Vermeulen. Dengan modenya yang elegan dan sederhana, ia menjadi langganan anggota kerajaan Belgia dan komisaris urusan luar negeri Erop Benita Ferrero Waldner.

Lain Negara Lain Gaya

Kepala bagian marketing rumah mode tersebut Hilde Bellens juga mengenal garis trend yang berbeda di antara pelanggan Eropa-nya

“Mereka kebanyakan masih muda, tapi selera yang mereka miliki tidak selalu muda. Banyak pelanggan kami baru berusia sekitar 30 tahun, tapi memilih model yang klasik. Berbeda misalnya dengan pilihan perempuan Belgia berusia 30-an yang tinggal di sini di Brussel. Dalam pemilihan busana para perempuan Eropa ini sangat konservatif. Mungkin pada Komisi Eropa terdapat syarat tidak tertulis untuk cara berbusana.“

Artinya cenderung tertutup, warna yang tidak terlalu mencolok, yang terdiri dari gaya klasik dua bagian, yakni stelan jas dan celana panjang atau jas dan rok. Meskipun demikian setiap perempuan tampak memiliki aksen masing-masing

Hilde Bellens: “Sering orang dapat mengenali dari negara mana pelanggan itu berasal. Sungguh hal yang unik. Perempuan Inggris misalnya sangat tradisional dan mengenakan rok panjang hingga menutupi lutut. Sebaliknya perempuan Perancis cenderung berpakaian lebih genit.”