1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perjuangan Hillary Clinton Menuju Kandidat Presiden AS

22 Mei 2008

Setelah pemilihan di Kentucky dan Oregon, kandidat presiden dari Partai Demokrat Barack Obama masih mengantongi mayoritas suara delegasi. Namun Hillary terus berjuang.

https://p.dw.com/p/E4L7
Hillary Clinton di depan pendukungnya di Kentucky.
Hillary Clinton di depan pendukungnya di Kentucky.Foto: AP

Pertarungan untuk merebut posisi kandidat presiden di Partai Demokrat tidak hanya mengenai dua orang. Pemilihan ini lebih mengenai sebuah keputusan penting dan bersejarah. Pemenangnya jika bukan seorang Afro Amerika, adalah seorang perempuan. Di satu sisi, pemilihan kandidat presiden Partai Demokrat merupakan ajang regenerasi yang sangat dinanti kaum muda Amerika Serikat. Di lain pihak, pemilihan kali ini merupakan panggung unjuk diri bagi kaum hawa bahwa mereka mampu menjadi pemimpin politik.

Kaum perempuan di Amerika Serikat sejak lama memperjuangkan hak-haknya dan mengalami bahwa persamaan hak pada kenyataannya hanyalah sebuah mimpi. Laki-laki yang memiliki posisi dan pekerjaan yang sama dengan perempuan, mendapatkan gaji lebih besar atau perempuan tidak akan mendapatkan posisi puncak. Makanya kaum perempuan di Amerika Serikat tidak bisa menerima komentar para wartawan, terutama pria, yang mengatakan seharusnya Hillary mundur saja, toh tidak akan menang. Sudah tiba saatnya, demikian motto para perempuan tersebut. Hal itu tercermin dari iklan satu halaman penuh di harian New York Times yang dipasang oleh sebuah organisasi perempuan. Isinya, kami ingin agar Hillary tetap berkompetisi hingga semua suara diberikan, dihitung dan kami tahu suara kami didengar.

Mengapa Hillary Clinton harus menyerah? Kedua laki-laki pendahulunya berhasil melangkah ke kongres partai dengan suara minoritas. Di tahun 1980, Edward “Ted” Kennedy dalam pemilihan presiden putaran awal hanya mendapatkan kira-kira setengah jumlah suara dari yang didapatkan kandidat favorit waktu itu, Presiden Jimmy Carter. Tapi Kennedy tidak menyerah, dan akhirnya memenangkan pemilihan presiden putaran awal dari Partai Demokrat. Ketidakpuasan terhadap kubu Carter dilampiaskan secara terbuka. Kennedy ingin membebaskan delegasi dari ikatan suara pada kongres partai dan ingin memenangkan suara mayoritas. Di detik-detik terakhir, Kennedy kalah dalam pemilihan kandidat di kongres partai. Jimmy Carter melangkah sebagai kandidat utama presiden dari Partai Demokrat. Namun pada November 1980 Carter kalah dalam pemilihan presiden yang dimenangkan Ronald Reagan dari Partai Republik.

Empat tahun sebelumnya, upaya serupa juga dilakukan oleh Presiden Gerald Ford. Ford menang tipis dalam pemilihan putaran awal, namun akhirnya dikandaskan dalam pemilihan presiden oleh Jimmy Carter.

Ted Kennedy dan Ronald Reagan tidak menyerah begitu saja. Saat ini Kennedy tetap menjadi salah seorang senator yang paling berpengaruh di Partai Demokrat dan Ronald Reagan kembali mencalonkan diri dan berhasil menjadi presiden Amerika Serikat dari Partai Republik.

Kini, jika Hillary Clinton maju terus dalam pemilihan, tetap hadir hingga penghitungan suara terakhir, dan memenangkan pemilihan, dia dapat mewakili kaum perempuan dari generasinya. Pemilih perempuan dan laki-laki merasa diperlakukan sejajar. Rekonsiliasi dengan simpatisan Barack Obama dan upaya bersama mengalahkan kandidat dari Partai Republik, John McCain, menjadi mudah. Tapi utamanya adalah Hillary Clinton dapat menunjukkan bahwa dirinya merupakan pejuang tangguh dalam permulaan karir politiknya. (ls)