1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Peringatan ancaman teror Bush

5 Agustus 2004

Pemerintah AS meningkatan status keamanan , karena memperoleh informasi tentang kemungkinan serangan terorisme .

https://p.dw.com/p/CPRM

Peringatan kewaspadaan terhadap ancaman serangan teroris oleh pemerintah AS harian Jerman Der Tagesspiegel ditanggapi dengan sinis. Harian ini menulis:

Orang tidak pernah tahu presis, kapan Bush dalam soal terorisme bertindak sebagai negarawan, dan kapan ia bertindak sebagai juru kampanye pemilu. Setelah rivalnya John Kerry beberapa minggu lalu menyatakan akan mengikuti rekomendasi komisi 11 September, Bush merasa harus bertindak defensif dalam soal keamanan. Itu sebabnya mengapa ia akan mengangkat seorang direktur intelijen baru , meski ditentang oleh Pentagon dan menteri pertahanan Rumsfeld.

Sebaliknya harian Inggris The Times mengkritik sikap sinis terhadap peringatan ancaman teror:

Tak lama setelah serangan 11 September , berita tentang penangkapan anggota-anggota terkemuka Al Qaeda disambut dengan perasaan lega, dan memuji setiap peningkatan status keamanan. Namun tiga tahun setelah serangan 11 September orang cenderung bersikap skeptis terhadap perang melawan terorisme. Di Inggris sikap sinis terhadap AS memuncak. Pemerintah di AS dan Inggris sedang melancarkan perang yang rumit dan memakan waktu lama untuk melawan terorisme. Dugaan bahwa dinas intelijen di Pakistan atau di negara lain hanya menunggu saat yang tepat bagi kampanye pemilihan presiden , untuk menangkap anggota terkemuka Al Qaeda, memang absurd. Tetapi dalam beberapa hal AS dan Inggris menjadi korban dari suksesnya sendiri. Sebab, karena di tahun-tahun belakangan tidak terjadi serangan teror terhadap AS dan Inggris, sementara pihak mengambil kesimpulan bahwa sebenarnya tidak ada ancaman serangan teror.

Namun harian Perancis Le Monde tetap kritis terhadap peringatan ancaman teror Bush:

Bila dalam masalah yang begitu penting kredibilitas pemerintah dipertanyakan, maka juga seluruh kebijakan politiknya dipertanyakan. Sejak pemerintah Bush memegang kekuasaan di bulan Januari 2001, Bush tidak pernah berhenti memicu ketegangan dan kekhawatiran. Sampai memberikan informasi salah kepada masyarakat, tentang senjata pemusnah massal di Irak , yang tidak pernah ditemukan. Melihat skenario Bush di hari-hari belakangan, orang sulit dapat percaya bahwa Bush tidak membuat isyu Al Qaeda sebagai isyu untuk memenangkan pemilihan.

Sementara harian Rusia Kommersant dalam tajuknya menulis:

Aneh, kalau rejim totaliter hendak memperluas badan intelijennya , itu dipandang tidak baik untuk masyarakat di negara bersangkutan. Tetapi di negara yang menganggap dirinya sebagai teladan bagi demokrasi , peningkatan dan perluasan badan intelijen dianggap sebagai hal yang normal. Di AS kaum republik dan demokrat masing-masing mengklaim dirinya yang paling banyak berjasa dalam peningkatan struktur badan intelijen. Dengan mengangkat seorang direktur baru intelijen , Bush praktis telah memutusakan hasil pemilihan.