Perdebatan Konsep Pengamanan Bundesliga
2 November 2012FC St. Pauli telah menolaknya. Begitu juga Fortuna Düsseldorf, FC Kaiserslautern, Wolfsburg dan masih banyak klub profesional lainnya. Kini perhimpunan "ProFans", persatuan fans sepakbola seluruh Jerman, menolak konsep DFL "pengalaman stadion yang aman". Komisi keamanan liga sepakbola Jerman (DFL) mengajukan konsep tersebut sebagai reaksi atas kekerasan fans dan pembakaran kembang api di stadion yang semakin meningkat. Pada awalnya, konsep keamanan DFL ini akan diresmikan pada sidang umum seluruh 36 klub profesional pertengahan Desember mendatang. Untuk itu komisi meminta masukan dari semua klub yang terlibat. Tanggapan sebagian besar negatif.
Tidak ada tiket berdiri, pemeriksaan seluruh tubuh
Dalam konsepnya, komisi menuntut sikap tertentu bagi para suporter. Termasuk larangan melakukan aksi kekerasan, larangan segala bentuk kembang api, dan mengakui peraturan stadion. Tuntutan yang masuk akal bagi para klub. Namun, begitu mereka menandatangani konsep DFL, maka mereka juga menyetujui bahwa jika kasus pelanggaran berlanjut, maka hukuman tidak berhenti pada pertandingan tanpa penonton. Tapi bisa berlanjut hingga ke larangan bagi pendukung untuk memasuki stadion, pembatasan tiket bagi suporter tim tamu, dan konsekuensi terakhir adalah penghapusan tiket berdiri di stadion.
Selain itu, DFL juga merencanakan penambahan pengawasan video dan "pemeriksaan tubuh". Ini bisa berarti, sebelum masuk ke stadion fans diminta untuk melepas sebagian pakaiannya atau bahkan seluruh pakaiannya, supaya dapat diperiksa apakah mereka membawa petasan atau kembang api. Terlepas dari apakah ini bisa dijalankan dari segi logistik, fans dan klub menganggapnya melanggar konstitusi. Hal lain yang juga dipermasalahkan adalah, penandatanganan konsep DFL ini bisa dilakukan secara sukarela, namun menolak melakukannya bisa mengakibatkan dikenai sanksi.
Kesepakatan antara klub dan fans
Banyak klub mengkritik, konsep tercipta tanpa melibatkan perwakilan fans. "Konsep ini tidak masuk akal bagi kami, selama pandangan fans tidak dipertimbangkan", kata Gerd Mäuser, presiden VfB Stuttgart. Ia menuntut adanya komisi kedua, dimana petugas urusan fans masing-masing klub, merancang konsep alternatif.
"Kemudian konsep pertama dan kedua dibandingkan, lalu kita buat rancangan baru yang memuaskan kedua pihak", tegas Mäuser. Perhimpunan "ProFans" menganggap, "konsep ini hanyalah aksi membabi buta. Tidak ada kejadian darurat yang mendesak." Tidak ada masalah kekerasan yang meningkat dalam sepakbola Jerman. Bahkan di dalam stadion, tendensinya sudah sejak bertahun-tahun menurun.
Perundingan meja bundar tanpa fans
Politik dan polisi memiliki pandangan berbeda. Setelah insiden pertandingan Piala Jerman 25 Oktober 2011, saat fans Borussia Dortmund bentrok dengan fans Dynamo Dresden, keamanan di sepakbola Jerman menjadi tema politik. Waktu itu, suporter Dresden kerap menyalakan kembang api di stadion dan melemparkan barang-barang. Dua kali partai tersebut harus dihentikan selama beberapa menit. Di luar stadion, botol-botol minuman juga dilemparkan. Setidaknya 15 orang mengalami cidera.
November 2011 untuk pertama kalinya menteri dalam negeri Jerman Hans-Peter Friedrich, perwakilan perhimpunan sepakbola Jerman (DFB), DFL, politik dan polisi bertemu. Tidak ada perwakilan dari kubu suporter. Dulu saja ini sudah dikritik. Dalam surat terbuka, pakar olahraga, jurnalis dan pakar suporter sepakbola menuntut agar perundingan meja bundar tersebut melibatkan fans saat mengambil keputusan. Namun, tidak ada yang terjadi hingga konsep DFL dikirimkan kepada klub-klub bersangkutan.
Tekanan dari atas
Setelah komisi keamanan DFL mendengar kritik yang masuk, konsep ini akan dirombak kembali. Namun, komisi masih berada di bawah tekanan politik yang menuntut hasil, dan telah mengancam akan mengambil alih masalah ini jika DFL gagal. Dampaknya bisa jadi sistem pengamanan yang lebih ketat tanpa mempedulikan masukan dari DFL, klub dan fans. Skenario yang paling tidak diinginkan semua pencinta sepakbola Jerman.