1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perang Siber Masih Misteri Besar yang Belum Dipetakan

GMF2021 | Speaker | Janosch Delcker
Janosch Delcker
4 Maret 2022

Aktivis siber dari banyak negara terlibat dalam perang Ukraina. Ini memang wilayah yang belum dipetakan — dan tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Opini editor DW Janosch Delcker.

https://p.dw.com/p/47zqG
Foto ilustrasi perang siber
Foto ilustrasi perang siberFoto: Kacper Pempel/REUTERS

Pada hari ketiga setelah tank Rusia mulai menyerang Ukraina, Menteri Transformasi Digital Ukraina Mykhailo Fedorov menerbitkan seruan di Twitter. Dalam cuitannya dia menyerukan kepada warga dunia untuk membela Ukraina di dunia maya.

"Kami sedang menciptakan pasukan IT," tulis Fedorov dalam bahasa Inggris. Dia juga menambahkan tautan di layanan messenger Telegram, mencantumkan target potensial dengan tautan ke Rusia.

Tweet tersebut menandai, sepengetahuan saya, untuk pertama kalinya selama perang, pemerintahan suatu negara secara terbuka meminta sukarelawan di seluruh dunia untuk menyerang musuhnya di dunia maya.

Sejak itu, para aktivis peretas, termasuk kelompok Anonymous, menjawab panggilan Fedorov dan meluncurkan serangan-serangan siber untuk merusak atau menghancurkan situs web pemerintah Rusia serta perusahaan dan bank di negara itu. Sulit untuk menilai seberapa besar dampak serangan mereka. Sejauh ini, tampaknya agak terbatas.

Tapi kita mungkin hanya melihat sekilas saja dari apa yang terjadi: Gerilyawan siber pro-Ukraina misalnya mengatakan kepada kantor berita Reuters, mereka berencana untuk "menghancurkan" kapasitas siber infrastruktur penting Rusia seperti jaringan listriknya.

Belum ada preseden

Apakah para relawan peretas akan dapat melakukan serangan canggih seperti itu, yang pasti membutuhkan banyak waktu dan sumber daya untuk mempersiapkannya, masih belum jelas — seperti banyak hal lain.

Upaya Ukraina untuk membangun bagian-bagian dari pertahanan sibernya dengan panggilan terbuka tidak memiliki preseden. Meminjam istilah dari mantan Kanselir Jerman Angela Merkel, ini adalah wilayah yang belum dipetakan.

Beberapa ahli mengatakan, kegiatan para gerilyawan siber dapat membantu Ukraina menabur kekacauan di Rusia. Yang lain memperingatkan bahwa upaya itu dapat juga mengganggu operasi strategis otoritas siber resmi Ukraina atau badan intelijen Barat. Bisa saja keduanya benar.

Pada saat yang sama, Moskow tampaknya tidak mungkin menyaksikan serangan siber terhadapnya tanpa melakukan pembalasan. Negara ini telah menghabiskan 15 tahun terakhir untuk membangun beberapa kapasitas siber paling canggih di dunia, dan telah menggunakan kapasitas itu sebelumnya.

Pada tahun 2015, peretas yang diduga memiliki hubungan dengan Rusia menyusup ke sistem komputer jaringan listrik Ukraina, menyebabkan gangguan pada 225.000 penduduk di barat negara itu. Dua tahun kemudian, malware yang diidentifikasi berasal dari Rusia menghantam Ukraina dan kemudian menyebar ke seluruh dunia dan menyebabkan kerugian miliaran euro. Pemerintah Rusia membantah terlibat.

Perang siber masih misteri

Memang hingga saat ini belum kelihatan ada perang siber dalam skala besar, setidaknya tidak ada yang diketahui publik. Tapi hal ini bisa berubah setiap saat.

Selain itu, peretasan bukan satu-satunya senjata yang digunakan oleh negara-negara dalam perang dunia maya. Alat ampuh lainnya adalah penyebaran informasi menyesatkan atau palsu, yang dirancang untuk memengaruhi opini publik. Para ahli telah mengidentifikasi beberapa kampanye yang dilancarkan Rusia untuk mendorong narasi palsu seputar alasannya menginvasi Ukraina.

Situasi ini menyulitkan pekerja media, yang bekerja dengan fakta dan ingin menganalisa perkembangan aktual dan kemungkinan selanjutnya. Jadi apa yang kemungkinan akan terjadi selanjutnya? Satu-satunya penilaian jujur yang saya miliki adalah: Kami tidak tahu.

(hp/as)