1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perancis Masuk Struktur Komando NATO

13 Maret 2009

Perancis ingin kembali jadi anggota penuh dalam pakta pertahanan transatlantik NATO. Selama ini Perancis hanya anggota pasif, tanpa terlibat dalam struktur komando.

https://p.dw.com/p/HBSB
Presseschau

Harian Perancis Le Monde dalam tajuknya menulis:

Kembalinya Perancis ke dalam struktur militer NATO tidak berarti bahwa kita akan berada di bawah kendali Washington. Sebab keputusan-keputusan diambil dengan suara bulat. Negara anggota juga bisa menolak keterlibatan dalam sebuah operasi militer. Selain itu, Perancis tetap akan menjadi adidaya atom yang mandiri. Presiden Sarkozy menyampaikan hal-hal yang benar dan masuk akal. Bentuk-bentuk ancaman sekarang sudah lain dari dulu. Sejak era presiden Chirac, Perancis sudah menjadi anggota NATO yang cukup berpartisipasi. Kembali ke dalam struktur komando gabungan akan meningkatkan pengaruh Perancis di dalam NATO.

Harian Jerman tagesszeitung berkomentar:

Sebagai anggota penuh NATO, lebih mudah lagi bagi pemerintah di Paris untuk mempromosikan pembentukan satuan militer Uni Eropa. Sampai sekarang, upaya ini sering membangkitkan kecurigaan di Washington dan beberapa ibukota lain di Eropa, bahwa Perancis hanya ingin melemahkan ikatan transatlantik. Secara militer NATO akan diperkuat oleh sumber daya, kapasitas dan pengalaman Perancis. Sehingga NATO lebih siap dan lebih mampu melakukan intervensi di berbagai bagian dunia.

Harian Inggris Independent dalam tajuknya menulis:

Kembalinya Perancis ke struktur Komando NATO tidak hanya merupakan sebuah keputusan yang praktis. Dengan langkah itu, Presiden Perancis juga memberi sinyal, bahwa ia ingin membawa haluan politik pertahanan negaranya mendekati aliansi transatlantik. NATO saat ini sudah berkembang menjadi aktor global. Jadi dapat dipahami, jika Paris ingin ikut bicara dalam berbagai keputusan strategis. Perkembangan baru ini sekarang mungkin dilihat sebagai pernyataan kepercayaan bagi NATO. Namun dalam jangka panjang, ini mungkin awal bagi politik pertahanan Eropa yang lebih mandiri.

Tema lain yang jadi sorotan harian-harian Eropa adalah persiapan pertemuan G-20 awal April di London. Apa strategi yang tepat menghadapi krisis ekonomi global saat ini? Presiden AS Barack Obama meminta Eropa memperluas program stimulus ekonominya. Tapi Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dan Kanselir Jerman Angela Merkel menolak. Harian Jerman Tagesspiegel berkomentar:

Apakah krisis ini akan menyatukan, atau justru memecahkan Barat? Untuk menghadapi krisis ini diperlukan upaya bersama. Akhir minggu ini para menteri keuangan dari negara-negara G-20 akan bertemu untuk mempersiapkan pertemuan puncak awal April mendatang di London. Uni Eropa ingin agar pasar keuangan diawasi secara ketat. Bagi Amerika Serikat, ini adalah prioritas yang salah. Yang mendesak sekarang untuk dibicarakan bukanlah strategi bagaimana menghindari krisis yang akan datang, melainkan bagaimana menanggulangi krisis saat ini. Apakah Amerika Serikat terlalu melebih-lebihkan situasi krisis ini, atau Eropa yang terlalu meremehkan? (hp)