1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penyalaan Api Olimpiade-Gambarannya di Media Cina

25 Maret 2008

Pemerintah Tibet di pengasingan menyatakan 140 orang tewas. Sementara itu kritik dunia internasional semakin keras. Saat penyalaan api Olimpiade, terjadi demonstrasi menentang Beijing. Tetapi Cina tidak bergeming.

https://p.dw.com/p/DTzk
Polisi menangkap demonstran yang mengganggu acara penyalaan obor Olimpiade di Athena (24/03)Foto: AP

Gambar obor Olimpiade yang sedang dinyalakan dan diusung tinggi terpampang di berbagai surat kabar Cina. Dengan bangga diberitakan lancarnya upacara di Athena tersebut. Hanya sejumlah kecil koran Cina memberitakan, bahwa demonstrasi juga terjadi saat itu. Tidak diberitakan juga, bahwa demonstran menjunjung bendera Tibet dan menyerukan kebebasan bagi negara di pegunungan Himalaya itu. Jika demonstrasi dilaporkan media, tidak dijelaskan apa alasan aksi protes tersebut. Hanya dikatakan, bahwa dengan menghalau demonstran polisi Yunani menjalankan kewajiban dengan baik .

Media Dikontrol

Cina mengontrol ketat medianya, dan hanya menyiarkan berita yang menyenangkan pemerintah Cina. Antara lain puisi yang diciptakan Liu Qi dari komite Olimpiade Cina, yang memuji jalan yang ditempuh obor Olimpiade di Athena.

Dikatakan dalam puisinya, api Olimpiade dibawa melalui gunung dan air. Ia akan menghidupkan semangat dan menjadi simbol mimpi bersama. Api itu akan membawa kesenangan, cahaya, perdamaian, persahabatan dan semangat Olimpiade, bagi 1,3 milyar rakyat Cina dan orang lain dari lima benua.

Propaganda dalam Laporan

Pemerintah Cina menyatakan diri cinta damai, dan mampu mengendalikan rakyatnya. Memang pemerintah Cina mengakui kembali terjadinya kerusuhan di Propinsi Sichuan di Cina selatan, tetapi secara keseluruhan, keadaannya stabil. Demikian laporan media bagi rakyat Cina.

Aparat propaganda Cina terus bekerja dengan giat. Baik di televisi, koran-koran, maupun internet keberhasilan terus dilaporkan. Kehidupan sehari-hari di Lhasa juga ditunjukkan. Di samping itu, juga laporan tentang demonstran Tibet yang menyatakan penyesalan, dan menyerahkan diri secara sukarela kepada polisi. Foto-foto tersangka demonstran juga diterbitkan secara teratur.

Propaganda Sempurna

Pemerintah Cina menjalankan kampanye propaganda yang dirancang dengan sempurna. Di siaran televisi Tibet milik pemerintah Cina ditunjukkan, bagaimana biksu-biksu yang mengenakan jubah merah berjalan melalui pusat ibukota Lhasa dan meminta maaf dari rakyat Tibet untuk kerusuhan yang mereka buat. Para biksu membelai pipi anak-anak, bersalaman dengan penduduk dan membagi-bagikan uang kepada korban kekerasan pada huruhara.

Seorang biksu dikutip. Ia menyakan, kerusuhan di Tibet tidak diinginkan negara. Melainkan diorganisir sekelompok kecil orang, yang melanggar hukum. "Mereka ingin menghancurkan kesatuan tanah air kita," demikian ditambahkan biksu itu.

Perjuangan Melawan Dalai Lama

Setelah terjadinya kerusuhan di Tibet, orang menyadari, bahwa hidup yang harmonis dan damai sangat menguntungkan, dan sesuai dengan keinginan semua kelompok etnis. Demikian ditulis harian "Peoples Daily". Dengan sekuat tenaga pemerintah Cina berusaha mendikte rakyatnya, bahwa apa yang disebut stabilitas, harmoni dan kesatuan negara, adalah hal yang paling penting.

Tuntutan dari sejumlah negara, agar Cina memulai dialog dengan pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama, untuk mengurangi ketegangan, tetap ditolak pemerintah. Menurut pemerintah Cina, Dalai Lama adalah dalang kerusuhan. Itu dikatakan berulang kali. Dan perjuangan untuk mengalahkan Dalai Lama disebut sebagai perjuangan untuk hidup atau mati. (ml)