1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialJerman

Pentingnya Notruf

Nafisatul Wakhidah
17 Februari 2023

Hal yang bagi saya baru itu ialah ketika melihat para lansia memakai kalung atau gelang khusus dengan tombol berwarna merah. Oleh Nafisatul Wakhidah.*

https://p.dw.com/p/4Nf8Q
Sistem panggilan darurat di rumah sakit Jerman
Sistem panggilan darurat di rumah sakit JermanFoto: Sven Hoppe/dpa/picture alliance

Ada hal baru yang saya temui di tahun 2020 saat masih menjadi siswa Ausbildung, program pendidikan dan pelatihan, di sekolah keperawatan di sini. Kebetulan saat itu saya sedang ditugaskan di Sozialstation selama beberapa waktu.

Konsep Sozialstation ini agak mirip dengan pelayanan homecare yang ada di Indonesia. Para perawat mengunjungi satu persatu rumah pasien dan melakukan tindakan sesuai yang dibutuhkan, seperti mengecek gula darah pasien, mengganti perban, dan memakaikan kaus kaki medis yang disebut Medizinische kompressionsstrümpfe, dll.

Nafisatul Wakhidah | Indonesierin in Bayern
Nafisatul WakhidahFoto: Privat

Hal yang bagi saya baru itu ialah ketika melihat para lansia memakai kalung atau gelang khusus dengan tombol berwarna merah. Setelah bertanya pada kolega, barulah saya tahu bahwa itu bukanlah sembarang aksesories. Gelang dan kalung itu punya fungsi yang sangat penting, yakni menyelamatkan penggunanya saat terjadi kondisi darurat. Aksesories itu digunakan sebagai alat Notruf.

Bagi orang yang sering ke Rumah sakit di Jerman, baik sebagai pasien ataupun bekerja di sana, tentu tak asing dengan yang namanya Notruf, dalam Bahasa Indonesia bisa diartikan dengan panggilan darurat. Di rumah sakit, alarm Notruf ini berfungsi agar kalau pasien membutuhkan bantuan dari perawat, ataupun terjadi kondisi darurat, maka saat pasien memencetnya bantuan akan segera datang.

Seiring semakin berkembangnya teknologi, sistem Notruf ini bukan hanya ada di rumah sakit saja. Notruf di Jerman ini juga diterapkan dalam berbagai bentuk menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Di rumah sakit, alarm Notruf ini berwujud semacam remote. Sedangkan yang digunakan oleh para lansia yang kebanyakan tinggal di apartemen sendiri itu biasanya berbentuk gelang atau kalung dengan bandul Notruf.

Ketika terjadi peristiwa darurat seperti terjatuh di kamar mandi, para lansia ini bisa memencet tombol yang ada di gelang atau kalung tersebut, dan dalam jangka waktu maksimal 15 menit mobil ambulans datang dan membantu pasien, lalu membawanya ke pusat bantuan terdekat. Pengadaan alat bantu seperti kalung dan gelang tersebut juga akan dibantu pembayarannya oleh asuransi kesehatan.

Setelah sekian lama berjibaku dengan sistem kesehatan di Jerman, saya jadi semakin mengerti pentingnya langkah preventif dalam segala hal. Merefleksi kembali momen saat pertama kali memutuskan pergi ke luar negeri seorang diri, April tahun 2016, saat itu penggunaan serta keterjangkauan internet dan media sosial belum seramai hari ini. Tahun-tahun sebelumnya saya sempat berburu buku baru ataupun bekas berbahasa Jerman bahkan sampai di Pasar Buku Shopeng, Samping Taman Pintar Yogyakarta, mengingat minimnya akses buku ataupun youtube dimasa itu.

Ide lainnya yakni iseng memberanikan diri mengajak ngobrol turis-turis yang sedang bersliweran, baik di sekitar Borobudur ataupun Jalan Malioboro. Salah satu obrolan yang saya ingat waktu itu, ketika para Bule ini ingin mencari buah-buah tropis khas Indonesia. Pasar Beringharjo kebetulan tempat paling dekat yang bisa disarankan untuk mendapatkan makanan ataupun buah musiman yang sedang panen di sekitar Yogya saat itu.

Symbolbild Rettungsdienst, Deutsches Rotes Kreuz 112
Nomor darurat di Jerman jika terjadi kecelakaan dan perlu pertolongan: 112Foto: Jens Krick/Flashpic/picture alliance

Pelajaran penting

Setelah dipikir lagi, ternyata momen nekat ke luar negeri tahun 2016 itu memberikan banyak pelajaran kehidupan. Pelajaran pertamanya, cari sebanyak mungkin informasi di internet, bertanya di grup media sosial, atau perkumpulan orang indonesia di suatu negara ataupun orang yang sudah berpengalaman dengan cara bertahan hidup ditempat baru tersebut sebelum kita datang. Di Jerman contohnya ada grup Facebook PPI Jerman, AFA Germany (Aupair FSJ Ausbildung aus Indonesien), atau laman Instagram resmi perwakilan negara seperti @indonesianinfrankfurt, @indonesiainber, dan  @indonesiainhamburg.

Yang kedua, saat hendak ke luar negeri seorang diri sebisa mungkin segera memberikan alamat calon tempat tinggal yang dituju, minimal kepada tiga orang terdekat. Agar kalau ada apa-apa mereka tahu dimana keberadaan kita.

Selain itu, usaha memberikan Notruf (nomor telefon darurat) atau nomor kontak orang terdekat kita di luar negeri kepada orang tua atau sahabat terdekat kita di tanah air. Agar dalam kondisi darurat mereka tahu kemana harus mencari info jika terjadi apa-apa pada diri kita.

Sudah diketahui bahwa di negara Eropa kebudayaannya sangat individualis. Jadi akan sangat susah bagi pihak keluarga untuk menghubungi jika berada diluar negeri seorang diri dan tidak ada kontak yang ditinggalkan. Sebab kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Entah itu ketika ada musibah sakit, kecelakaan, atau kondisi terburuknya meninggal seorang diri di apartemen tanpa seorang terdekat pun yang mengetahui.

Di antara tips lain adalah menuliskan nomor-nomor penting orang terdekat kita, baik keluarga di tanah air ataupun teman-teman di rantau di atas selembar kertas, kemudian ditempelkan atau digantung pada tempat yang cukup mencolok di apartemen ataupun di kamar kita.

Selain itu, sebisa mungkin memiliki teman dekat tempat curhat ketika ada masalah agar memiliki support system selama menjadi anak rantau. Sebab cukup mudah menemui orang-orang Indonesia seperti dalam acara 17-an di KJRI, momen-momen keagamaan seperti Sholat Ied, Pengajian Bulanan ataupun perkumpulan kampus lainnya.

Januari 2023

*Nafisatul Wakhidah sejak April 2016 berada di Jerman dan saat ini bekerja di Negara Bagian Bayern, Jerman

** DWNesiaBlog menerima kiriman blog tentang pengalaman unik Anda ketika berada di Jerman atau Eropa. Atau untuk orang Jerman, pengalaman unik di Indonesia. Kirimkan tulisan Anda lewat mail ke: dwnesiablog@dw.com. Sertakan 1 foto profil dan dua atau lebih foto untuk ilustrasi. Foto-foto yang dikirim adalah foto buatan sendiri. (hp)