1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penjahat Perang Khmer Merah Akan Diadili Tahun Ini

16 Januari 2008

Selama 30 tahun, para korban keganasan pemerintahan Khmer Merah menunggu keadilan. Antara April 1975 hingga Januari 1979 di Kamboja sekitar 1,7 juta orang tewas akibat kebijakan Khmer Merah.

https://p.dw.com/p/Cr0b
Khieu Sampan, bekas pemimpin Khmer MerahFoto: AP

Tahun lalu, sebuah Mahkamah Khusus dibentuk dengan dukungan Perserikatan Bangsa Bangsa. Lima pemimpin Khmer Merah diharapkan akan bisa digiring ke pengadilan tahun ini dan tim penyidik mengunjungi Pailin, kawasan yang sampai kini dikuasai kaki tangan Khmer Merah.

Pailin berada di baratdaya Kamboja, dekat perbatasan Thailand. Kawasan hijau yang masih penuh hutan kecil ini dulunya merupakan kubu terkuat Khmer Merah. Kinipun banyak bekas anggota Khmer Merah yang menetap di sana dan merekalah yang ditemui oleh para penyidik Tribunal Khmer Merah.

Seorang hakim Prancis, Marcel Lemonde, bersama hakim Kamboja, You Bun Leng, berada di Pailin untuk mengumpulkan informasi dan saksi-saksi tambahan untuk proses pengadilan yang akan berlangsung. Selain itu, untuk meredam kekhawatiran masyarakat, bahwa merekapun nantinya akan digiring ke pengadilan.

Saat ini , lima bekas pemimpin Khmer Merah dipenjara. Para bekas pejabat tinggi itu termasuk bekas Kepala Negara Khieu Sampan, bekas Menteri Luar Negi Ieng Sary dan Ieng Thirith, istrinya yang pernah menjabat menteri sosial, serta orang kedua Khmer Merah, Nuon Chea. Seorang tertuduh lain, Kaing Khek Iev yang dulu direktur penjara Tuol Sleng di Phnom Penh sudah sejak 1999 ditahan di penjara militer.

Mereka dituduh melakukan Kejahatan terhadap kemanusiaan dan pelanggaran perang. Kedua Hakim yang berada dikantor walikota Pailin itu, mendapat perhatian besar dari para bekas anggota Khmer Merah. Sok Kimsan, yang kini menjadi polisi militer mengatakan, “Saya ingin mengetahui segala sesuatu mengenai bagaimana proses Tribunal Khmer Merah itu.“

Setelah puluhan tahun negosiasi alot antara pemerintahan Kamboja dan PBB, Tribunal Khmer Merah akhirnya dibentuk pada Juni 2003. Meski 3 tahun kemudian, 17 hakim Kamboja dan 12 hakim internasional diambil sumpahnya untuk Tribunal itu, tarik ulur mengenai prosedur pengadilan terus berlangsung. Banyak orang menilai bahwa penundaaan yang kerap terjadi merupakan akibat hubungan erat antara sebagian pejabat pemerintahan Kamboja kini dengan anggota Khmer Merah.

Di Pailin, tidak mudah untuk menemukan orang yang bersedia menjadi saksi pengadilan. Namun Sam Yet, yang pernah menjadi pejuang gerakan Mao siap memberikan bukti yang memberatkan tuduhan terhadap bekas komandannya. “Saya lega, bahwa ada hakim yang kemari dan memberi keterangan mengenai Tribunal ini.“ Demikian ungkapnya.

Masalah besar yang dihadapi Tribunal itu adalah waktu. Dikhawatirkan para tertuduh yang sudah lanjut usia ini akan meninggal dunia sebelum diadili. Rencananya, mereka akan diadili dalam tahun ini juga. Sebelumnya untuk puluhan tahun mereka mengenyam kebebasan.