1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pengakuan Eksistensi Penjara Rahasia CIA

9 September 2006

Pidato Presiden AS George W. Bush yang mengakui adanya penjara rahasia CIA di luar Amerika dan dilakukannya metode interogasi dengan kekerasan, masih menjadi topik komentar harian-harian internasional.

https://p.dw.com/p/CPJ5
George W. Bush
George W. BushFoto: AP

Harian berhaluan kiri Hungaria Nepszava menurunkan komentar:

Pada akhirnya, Bush juga akan mengakui, dilakukannya penyiksaan di penjara-penjara rahasia CIA. Semua sudah mengetahui, CIA bukanlah asrama pelajar putri. Juga jika dalam pidatonya Bush menekankan, dinas rahasia AS tidak melakukan penyiksaan, adalah sangat riskan menerima begitu saja racun kebohongan dalam kata-katanya. Suatu hari nanti, di bawah tekanan baru, Bush pasti mengakui adanya penyiksaan ini. Yang akan menanggung malu, bukan hanya Gedung Putih dan Pentagon, melainkan juga negara-negara yang mengizinkan CIA mendirikan penjara rahasia di wilayah kekuasaannya, yang selama ini terus mencoba berbohong seperti kebohongannya Bush.

Sementara harian independen Perancis Le Monde yang terbit di Paris berkomentar:

Bush ibaratnya mencoba membuang beban. Hal yang paling mendasar dari pidato Bush jangan sampai dihilangkan. Yakni, pemerintahannya merestui program khusus CIA. Dengan itu, ia mencoba membuang badan, dari praktek ilegal dalam politiknya “perang melawan terorisme“, untuk dapat menekan Kongres. Hal ini bertujuan, agar Kongres memberikan landasan hukum, bagi pengadilan militer yang melanggar konstitusi di Guantanamo.

Sedangkan harian Inggris The Guardian yang terbit di London berkomentar :

Bush belum mengatakan seluruhnya. Pengakuan presiden Bush itu, tidak akan mengubah secara mendasar pandangan internasional, menyangkut pelanggaran nilai moral, hukum dan politik dari program perang melawan terorisme. Juga penjara-penjara CIA, yang diduga berada di Rumania, Polandia atau di Maroko dan Mesir, belum ditutup. Sekarang diketahui, siapa yang selama ini terus menerus berbohong.

Tema lainnya yang masih disoroti harian-harian Eropa adalah rencana pengunduran diri PM Inggris, Tony Blair. Harian Italia La Repubblica yang terbit di Roma berkomentar :

Ini merupakan cara yang amat menyedihkan untuk melakukan perpisahan. Tony Blair telah berbuat banyak bagi negara dan partainya. Ia pula yang menghendaki, Inggris memainkan peranan menentukan, dalam menggulingkan tiga pemerintahan diktatur, mulai dari Slobodan Milosevic di bekas Yugoslavia, Taliban di Afghanistan dan Saddam Hussein di Irak. Tapi karir politik Blair berakhir secara mengecewakan. Sekarang, tinggal jalannya sejarah, yang harus memberikan analisis dan penilaian.

Dan terakhir harian Inggris Financial Times berkomentar :

Masa jabatan Blair praktis sudah lewat. Karir Blair, sebagai pemenang pemilu tiga kali berturut-turut sudah habis. Perang saudara di dalam partai pemerintah, berakibat fatal runtuhnya kekuasaan PM. Sekarang, Blair seharusnya menarik diri dan hanya berperan sebagai administratur, serta memulai persaingan bagi calon penggantinya.