1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PendidikanItalia

Italia Masih Hindari Berikan Pendidikan Sekssual di Sekolah

25 April 2023

Italia adalah satu dari sembilan negara Uni Eropa yang tidak mewajibkan pendidikan seksual di sekolah. Para ahli mengatakan kelalaian ini membahayakan generasi muda.

https://p.dw.com/p/4QU00
Foto ilustrasi pendidikan seks di sekolah
Foto ilustrasi pendidikan seks di sekolahFoto: picture-alliance/C. Ohde

"Kian banyak anak dan remaja yang mencari jawaban di internet," ujar Alberto Pellai, psikoterapis anak dan peneliti di Departemen Ilmu Biomedis di Universitas Milan, Italia, saat ditanya tentang pendidikan seksual di Italia.

Sejak 1975, telah ada beberapa upaya untuk memberikan pendidikan seksual sekolah-sekolah di Italia. Namun hingga tahun 2023, pendidikan seks masih belum menjadi bagian dari kurikulum nasional negara itu. Dalam hal pendanaan dan implementasi di sekolah, pendidikan seks tetap menjadi keputusan daerah.

Italia bukanlah satu-satunya negara Uni Eropa yang tertinggal dalam hal ini. Para generasi muda di Bulgaria, Polandia, Rumania, Lituania, Hungaria, Slovakia, Kroasia, dan Spanyol juga tidak secara konsisten mendapatkan pendidikan seksual di sekolah.

Pendidikan sekssual dari internet

Pellai tentu saja khawatir akan akibatnya apabila kaum muda mendapatkan informasi tentang seksual lewat internet. Selain informasi palsu dan setengah kebenaran tentang praktik seksual dan penyakit menular seksual (PMS), jenis pornografi tertentu juga berbahaya, terutama di kalangan anak laki-laki.

"Penggambaran seks di internet sangat brutal dan sering kali bersifat rasis atau pedofil. Hal ini menimbulkan banyak kebingungan dan ketidakpastian tentang pendidikan seksual, dan masalah lain yang harus dihadapi kaum muda," jelas Pellai.

Di Italia, seperti di negara Eropa lainnya, PMS seperti klamidia dan sifilis kembali meningkat. Bagi psikoterapis Maria Cristina Florini yang menjabat sebagai Presiden Pusat Seksologi Italia (Cis), fokus pendidikan tidak hanya pada penyediaan informasi tentang seksual dan kesehatan, tetapi juga melibatkan generasi muda untuk terlibat dalam dialog tentang topik ini.

"Guru harus membahas pendidikan seksual sepanjang tahun ajaran," ujar Florini. "Karena mereka mengenal siswa dengan baik, guru punya akses yang berbeda kepada mereka."

Informalitas sebatas hal tertentu tentu saja akan sangat membantu dalam menangani topik semacam itu secara terbuka, kata Florini. Hasilnya adalah, siswa belajar bertanggung jawab atas diri sendiri dan orang lain dalam hal kesehatan seksual. 

Atmosfer politik di Italia tidak bersahabat

Cis dan banyak organisasi lainnya, sebenarnya telah mencoba menginformasikan kepada pemerintah tentang pentingnya pendidikan seksual. Psikoterapis Alberto Pellai juga percaya bahwa Italia sangat membutuhkan konsep pedagogis seks yang disesuaikan dengan dunia digital.

Pada tahun 2021, Stefania Ascari dari Gerakan Bintang Lima (M5S) yang berhaluan populis melakukan upaya untuk mewajibkan sekolah-sekolah menyediakan pendidikan seksual secara nasional. Namun upaya yang digelar keenam belas kalinya sejak tahun 1975 terus menemui kegagalan.

Sekarang masalahnya ada di tangan menteri pendidikan, Giuseppe Valditara, anggota Partai Lega, partai populis sayap kanan, yang menentang apa yang disebutnya "propaganda gender" dan mendukung peran kuat orang tua dalam pendidikan anak.

Lega adalah bagian dari pemerintahan saat ini, bersama dengan partai sayap kanan Perdana Menteri Giorgia Meloni yang konservatif. Meloni ingin meningkatkan angka kelahiran negara dan konsep "keluarga alami" dalam pengertian Kristen. Ini berarti pemerintahan Meloni hanya secara eksklusif memperhitungkan keluarga heteroseksual.

"Saya tidak melihat perdebatan tentang pendidikan seksual di tingkat nasional yang dapat memunculkan konsep baru untuk menjawab tantangan pendidikan ini," kata peneliti Pellai.

Perlawanan dari Inisiatif Roma

Meski begitu, ada politisi yang terus mendorong untuk mewajibkan pendidikan seksual wajib, dengan tiga anggota Dewan Kota Roma meluncurkan petisi untuk ini pada 2022. Anggota Dewan Eva Vittoria Cammerino juga mendukung prakarsa yang akan diperluas ke tingkat negara bagian ini.

"Kehadiran gereja tidak bisa dipungkiri dan justru mengembalikan pandangan patriarkal di mana perempuan selalu memainkan peran subordinat," katanya kepada platform feminis online, Freeda, pekan lalu. Pendidikan seksual yang tidak memadai di Italia memperkuat diskriminasi, seksisme, homofobia, dan kekerasan terhadap perempuan, kata Eva Vittoria.

Sains secara umum menyimpulkan bahwa pendidikan seksual tidak hanya mempromosikan perilaku seksual yang sehat di kalangan anak muda, tetapi juga meningkatkan pengetahuan tentang seksual dan kesehatan. ae/yf