1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pendidikan Khusus dan Beasiswa Jalur Content Creator, Minat?

14 November 2023

Content creator menjadi profesi yang tidak lagi dipandang sebelah mata. Beberapa kampus bahkan mulai memberikan beasiswa jalur content creator untuk menarik minat calon mahasiswa. Kamu tertarik?

https://p.dw.com/p/4Y8sx
Ilustrasi content creator
Ilustrasi content creatorFoto: Xavier Lorenzo/Westend61/IMAGO

Gaya hidup mewah, makan enak gratis, bertemu banyak public figure, free akses berbagai acara mewah, sampai liburan gratis yang terpampang di media sosial membuat banyak orang tergiur untuk menjadi pemengaruh atau influencer.

Menurut data Statistica, sebagai salah satu negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, dan populasi tingginya, Indonesia adalah pasar menjanjikan bagi pemasaran lewat influencer. Ditambah dengan jumlah pengguna jejaring sosial di Indonesia, yang diperkirakan akan mencapai lebih dari 260 juta pada 2026, strategi pemasaran 'jalur' influencer atau content creator pun makin potensial.

Hingga September 2022 saja, di Indonesia setidaknya ada 159 akun kreator yang memiliki lebih dari 10 juta pengikut di Instagram, TikTok, dan YouTube, dan jumlah ini diperkirakan masih bakal berkembang.

Content creator sebagai pilihan profesi

Sismita, praktisi dan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik jurusan Komunikasi Universitas Indonesia (UI), mengungkapkan bahwa maraknya pertumbuhan influencer saat ini memang mengikuti perkembangan zaman dan teknologi.

"Apakah itu potensial jadi profesi? Ya, buktinya sekarang ini sudah jadi profesi," katanya kepada DW Indonesia.

"Awal mula orang mau jadi content creator karena ada keinginan untuk menciptakan sesuatu, apalagi dengan adanya sosial media saat ini dan eksistensi yang diinginkan, jadi orang lihat ini hal yang menarik. Orang beranggapan kalau mereka ini bisa ngerjain yang disuka dan bisa menghasilkan."

Koneksi antara dunia kekinian dengan content creation memang sulit dipisahkan. Dari berbagai riset yang ia lakukan, Sismita mengungkapkan bahwa saat ini influencer berpengaruh besar pada pengambilan keputusan di masyarakat akan suatu produk.

Influencer: Profesi Impian Yang Tak Seindah Penampilannya

Pendidikan formal content creator di Irlandia

Memang tak semua orang beruntung punya konten yang bisa langsung viral. Tapi semua bisa dipelajari. Sismita, yang akrab disapa Tata, tidak memandang sebelah mata profesi ini. Seorang content creator juga membutuhkan berbagai macam keterampilan seperti, riset, kerja keras, teknik, waktu, konsistensi, dan usaha yang sungguh-sungguh. Pasti ada perjuangan di baliknya.

Lantas perlukah sebuah pendidikan formal khusus untuk menjadi seorang pencipta konten? Sebuah universitas di Irlandia, Institute of Technology Carlow, ternyata telah membuka jurusan khusus untuk menjadi influencer.

"Kami memiliki beragam kursus yang ditawarkan termasuk video kreatif, studi selebriti, psikologi, analisis data, podcasting, dan pengalaman kerja. Pilihannya komprehensif dan memungkinkan Anda menghadapi dunia digital," tulis mereka dalam laman resminya.

Beberapa mata kuliah yang diajarkan antara lain pengenalan digital marketing, public relations, penulisan kreatif, etika media baru, media digital kreatif, marketing media sosial sampai manajemen krisis.

Beasiswa jalur influencer

Melihat booming-nya fenomena influencer, sejak awal 2022, berbagai kampus di Indonesia mulai memberikan beasiswa khusus bagi para influencer. Tercatat setidaknya ada 16 kampus yang memiliki beasiswa jalur content creator.

Beberapa di antaranya adalah Institut Teknologi Telkom Surabaya, Universitas Sahid, Universitas Ciputra, Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur, Universitas Muhammadiyah Surabaya, dan Universitas Pekalongan.

Mengutip laman resmi Universitas Sahid, syarat mendapatkan beasiswa jalur content creator atau influencer adalah aktif dan kreatif sebagai influencer dan memiliki sosial media platform (Instagram, Youtube, atau Tiktok). Selain itu, ada syarat akademik seperti memiliki rerata nilai 7,5 dari semester 1-5, harus menyelesaikan sekolah tepat waktu dengan nilai rerata nilai IPK 3,25 selama periode kuliah. 

Sedangkan di laman Universitas Ciputra, beasiswa influencer memiliki persyaratan antara lain berlaku untuk semua jurusan kecuali kedokteran. Selain itu para calon penerima beasiswa juga harus mengunggah konten positif tentang universitas sebanyak 2 kali di media sosialnya.

"Besaran beasiswa dilihat dari jumlah followers dan juga lolos review," tulis laman tersebut.

Misalnya untuk kategori 1 dengan pengikut Instagram lebih dari 12.000 maka keuntungan yang didapat adalah 100 persen Dana Pengembangan Pendidikan (DPP) dan cashback SPP Rp3 juta, kategori 2 dengan jumlah followers lebih dari 10 ribu maka beasiswa yang didapat adalah 75 persen DPP. 

Mata kuliah content creator

Bagaimana di Indonesia? Di Indonesia sendiri sampai saat ini belum ada jurusan atau program studi khusus untuk menjadi seorang content creator. Namun, dalam beberapa program studi, mata kuliah ini menjadi selipan tambahan ilmu untuk kebaruan.

Menanggapi fenomena jurusan khusus untuk content creator, Sismita mengaku cenderung ke sisi kontra.

"Ini sebenarnya positif dan lumrah ya karena kebaruan teknologi, tapi saya cenderung merasa ini belum perlu," ujarnya. Ia mengatakan bahwa sebenarnya dasar ilmu untuk jadi content creator sudah ada dalam jurusan lain, seperti komunikasi digital, public relations, broadcast, dan manajemen krisis.

Sismita juga menyelipkan mata kuliah dan pengetahuan tentang bagaimana perkembangan dunia komunikasi digital saat ini dan 'menyerempet' ke sisi content creation meski tak melabeli mata kuliahnya dengan content creation.

Sementara Program Studi Sarjana Terapan Bahasa Inggris Universitas Gadjah Mada punya mata kuliah digital content creation. Dikutip dari laman resminya, program studi ini ditawarkan kepada mahasiswa semester 6 untuk mempelajari tahapan produksi digital content mulai dari pemahaman konsep dasar, tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi.

Dosen LSPR Ricky Wattimena
Dosen LSPR Ricky WattimenaFoto: Privat

Selain itu, LSPR Communication & Business Institute disebut juga punya mata kuliah terkait hal tersebut. Dosen LSPR Ricky Wattimena menyebut semua ilmu tersebut masuk ke mata kuliah introduction digital creative production. 

"Di kampus LSPR 90% yang dibahas adalah new media dan perkembangannya, bagaimana kita bisa fit in di semua media. Itu yang digali. Bagaimana mahasiswa bisa growing untuk jadi Content Creator baik individu dan korporasi nantinya," kata Ricky kepada DW Indonesia.

Ricky mengungkapkan bahwa dalam mata kuliah tersebut juga diajarkan soal teknik produksi konten, dari sebelum produksi, produksi, sampai pascaproduksi. "Secara teknis sosial media seperti Tiktok, reels, youtube yang optimal itu berapa menit juga diajarkan karena itu nantinya relate ke bentuk script konten."

Peminat keilmuan ini pun cukup banyak, baik dari individual yang baru mau memulai, perusahaan hingga influencer yang sudah punya banyak pengikut. Bagaimana, apakah kamu berminat? (ae)

 

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif yang akan kami pilih setiap Rabu untuk kamu. Kirimkan e-mail kamu untuk berlangganan Newsletter mingguan Wednesday Bite. 

​​​​​​​

C. Andhika S. Detail, humanis, dan tidak ambigu menjadi pedoman saya dalam membuat artikel yang berkualitas.